Cepat atau lambat semua penderitaanku akan berakhir
Dan saat itu akan tiba bisakah aku memintamu untuk tidak menangisi kepergianku.
Akan terasa sesaak jika aku meninggalkanmu dengan air mata dan bukannya seulas senyuman.
-Mario
****
Hari pun mulai gelap. Matahari kini telah lenyap, digantikan oleh bulan dan ratusan bintang, sang penguasa malam. Di dalam mobil kini hanya ada Dave dan Mita. Laki-laki itu duduk dengan tenang, tatapannya hanya terarah ke jalan raya yang agak lengang, smeentara Mita hanya diam di sampingnya, ia tak mau mengganggu konsentrasi Dave saat mengemudi.
Sebelumnya Dave terpaksa mengantar Gema dan Wenda ke rumah terlebih dahulu karena orang tuanya terus saja menanyakan posisi mereka. Lain halnya dengan Mita, orang tuanya sedang bekerja malam ini jadi Mita pun mengalah untuk pulang paling belakangan.
Situasi saat ini membuat Dave agak canggung. Sedaritadi ia hanya melirik Mita tanpa mau mengajakbya bicara. Dave agak ragu, raut wajahnya berbeda dari yang tadi, saat di rumah sakit. Mungkinkah ia masih memikirkan Rio, pikirnya.
"Gimana perasaan kamu sekarang?" Akhirnya Dave pun memberanikan diri untuk membuka suara. Dalam hati ia menjerit, semoga saja ucapannya tidak menyinggung Mita.
Mita menengok ke arah Dave dengan tatapan nanar.
"Entahlah, Dave. Perasaanku campur aduk saat ini," ujar Mita. "Ada perasaan senang, kesal, dan juga bingung."
Alisnya bertautan, "Kalau perasaan senang dan kesalmu mungkin aku tau apa alasannya. Tetapi kenapa harus ada perasaan bingung? Kamu memikirkan sesuatu?" tebak Dave seraya mengganti gigi mobilnya.
"Mungkin." Mita menatap keluar kaca, matanya melihat lampu-lampu jalanan yang menyala terang. "Ada yang masih mengganjal di sini." Mita memegang dadanya.
"Kenapa? Kamu sakit jantung? Haha," guraunya diiringi suara tawa.
Mita melayangkan sebuah pukulan ke lengan Dave. "Aku serius, Dave." Laki-laki itu hanya cengengesan sambil meringis pelan. "Trus apa dong. Yang ngerasain kan kamu, bukannya aku."
"Aku merasa Rio masih menyembunyikan sesuatu. Tapi aku nggak tau apa itu," ujar Mita ragu-ragu.
"Kenapa juga kamu berpikir kayak gitu?" Dave memelankan laju mobilnya. "Ayolah, tidak mungkin dia menyembunyikan sesuatu darimu. Aku yakin hari ini dia udah nyeritain semuanya sama kamu. Percayalah." Dave meyakinkan Mita.
Walaupun Dave berkata demikian, tetapi hati kecilnya masih berpikir kalau Rio masih menyembunyikan sesuatu.
Ia mencerna kembali kata-kata Dave, ada benarnya juga menurut Mita. Sekarang semua sudah berbeda, Rio pun sudah meminta maaf. Mita menepuk pipinya berulang kali, dahinya berkerut. Sebisa mungkin Mita menghilangkan pikiran negatifnya tentang Rio. Mungkin ini cuma perasaan sesaat saja, pikirnya.
"Mungkin bener kata kamu." Mita menyungging senyuman kecil.
"Hari ini kamu melalui banyak kejadian, pasti kamu capek. Mending sekarang kamu istirahat aja, nanti aku bangunin kalo udah sampe," titah Dave.
Mita mengangguk setuju, ada benarnya juga apa yang dikatakan Dave. Hari ini ia sudah melewati banyak kejadian yang tak terduga. Bukan hari ini juga, kemarin-kemarin pun seperti ini. Saat Dave mengatakan untuk istirahat tiba-tiba saja ia jadi mengantuk. Matanya mulai terasa berat, perlahan ia pun menutupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle (COMPLETED)
Teen Fiction#252 In Teenfiction (12/06/2018) #55 In Teenlit (25/07/2018) 17+ TAHAP REVISI [Part 45 sampai akhir akan di privat acak untuk menghindari adanya peniruan karya. FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA^^] "Mit, kamu mau dengerin permintaan aku, nggak...