Chapter 50: Selamat Tinggal, Aku Mencintaimu

2.3K 102 11
                                    

Nyalakan lagunya

****
Kita akan bertemu lagi.

Tidak hari ini ataupun esok. Tidak di tempat ini ataupun dunia ini.

Selamat tinggal, sayangku.

Aku mencintaimu

****

"Kemarilah." Rio menggandeng tangan Mita lembut seolah ia sedang memegang sebuah vas bunga. Laki-laki itu menuntun Mita untuk mengikutinya, bagaikan seorang pangeran membawa seorang putri ke istananya.

Mita dan Rio berjalan menjauh dari air laut, mengajak Mita untuk duduk di atas pasir. Mita pun tak menolak. Laki-laki itu menempatkan dirinya berada di sebelah kiri sementara Mita ada di sebelah kanan. Mita meringkuk, tubuhnya dipeluk Rio dari samping. Sesaat dirinya terasa seperti terbang ke langit. Perlakuan Rio membuat rona merah muncul di wajahnya.

Perempuan itu menyenderkan kepalanya di bahu Rio. Ia agak gugup, takut kalau Rio tak suka ia menyender di bahunya. Namun kegugupannya seketika hilang saat Rio menggenggam tangan kirinya. Itu berarti Rio mempersilahkannya.

"Udah nggak marah?" Rio bertanya namun sekilas Mita merasa Rio tengah meledeknya.

Mita mengerucutkan bibirnya. Rio benar-benar memancing emosinya. "Nggak," jawab Mita singkat. "Dave udah nyeritain semuanya sama aku."

Rio menaikkan sudut bibirnya ke atas. Tangannya mengelus rambut Mita teratur. "Baguslah. Aku udah lega jadinya."

Mita bangkit dari bahu Rio. "Tapi aku masih cemburu, lho."

Ungkapan Mita tadi membuat Rio tersenyum miring. Padahal tadi dia duluan yang bilang maaf, tapi sekarang dia lagi yang mengungkitnya. Rio berdecak pelan. Pikiran perempuan memang susah ditebak, pikirnya.

"Kan aku udah bilang dia dateng cuma minta maaf sama aku," jelas Rio, berharap perempuan di sampingnya mau mengerti.

Kini Mita yang bergantian memegang tangan Rio. "Sebagai pacar aku cemburu. Karena kamu itu cuma punya aku," ucap perempuan itu meyakinkan Rio. " Yang boleh kamu genggam, kamu peluk, kamu cium itu cuma aku, bukan yang lain," lanjutnya.

Rio mengerjapkan kedua matanya, beberapa saat kemudia ia terkekeh geli. Jawaban Mita membuat dirinya tak bisa untuk berhenti tertawa, Rio pun hanya bisa menahan gelak tawanya. Kalau Mita berkata seperti itu ia terlihat sekali seperti pasangan posesif. Tapi menurut Rio itu lucu, soalnya itu pertama kalinya terjadi. Menggemaskan, pikir Rio.

"Iya, aku nggak akan peluk cewek lain selain kamu." Dengan gerakan cepat Rio menyodorkan bibirnya tepat di dahi Mita. "Kamu tau nggak? Yoana itu cerita soal kamu. Katanya kamu itu lucu. Selain itu--"

Belum selesai Rio berbicara Mita sudah menaruh jari telunjuknya tepat di depan bibir Rio. Pandangan matanya berubah jadi seram. "Jangan ngomongin dia, plis," pintanya sembari menekan kata-katanya.

"O-oke." Rio bergidik ngeri. Atmosfer di sekitarnya tiba-tiba terasa aneh. Memang salahnya juga karena tanpa sadar ia menceritakan soal Yoana ke Mita. Bodoh, kan?

ZIINNG

Kepalanya kembali terasa sangat sakit. Ia mencoba sebisa mungkin menahannya namun sangat sulit. Hidungnya kembali mengeluarkan darah namun dalam sekejap mata Rio langsung menyekanya dengan sapu tangan. Maklum saja, sebelum ia keluar dari kamar ia sama sekali tak menyentuh obatnya jadi penyakitnya pun kembali kambuh.

Sehari saja, ia berharap sehari saja ia menjadi orang yang sehat, ia juga ingin menjadi orang normal seperti yang lainnya. Apakah permintaan itu sulit? Rio ingin terlihat sehat di depan Mita. Ingin sekali. Tetapi ia tak yakin, apakah ia bisa?

Miracle (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang