Kubuka laci kecil di samping tempat tidurku. Kuaktifkan kembali ponselku setelah 6 bulan lamanya tak kuaktifkan. Ponpes mengadakan acara apa lagi ya untuk liburan kali ini.
Siapa tahu santri Ponpes ada yang mengusulkan acara liburan ke puncak lagi. Hitung - hitung tadabbur alam, menikmati keindahan - Nya. Satu dari berjuta - juta kenikmatan yang insya Allah membuat kita senantiasa bersyukur.
Ponselku bergetar dan berdering menerima puluhan notifikasi yang masuk.
"Ros, kemari nak," terdengar suara ummi memanggilku dari dapur.
"Iyaa ummi," dengan segera kuhampiri ummi di dapur dengan langkah tergesa - gesa, "iya, ada apa ummi?" Tanyaku kemudian.
"Tadi ada tukang pos, ada surat sepertinya dari temanmu Ros. Tuh suratnya ada di meja ruang tamu," ucap ummi yang masih fokus pada masakannya.
"Surat dari siapa ya?" Batinku.
Aku mengangguk pelan pada Ummi dan menuju ruang tamu. Disana kedua adik kembarku, Rafa dan Rafi, sedang berguling - guling ria di sofa.
"Hih! Rafa Rafi mandi dulu sana! Nanti ruang tamunya bau!" Ucapku pada kedua adikku sembari berkacak pinggang melihat tingkah konyol mereka yang kadang membuatku gemas sendiri.
"Kak Ros juga belum mandi huuu," jawab Rafa dan Rafi.
Usia Rafa dan Rafi baru 4 tahun. Tingkah mereka sangat lucu dan kadang juga menyebalkan, tapi merekalah yang membuat rumah tidak pernah sepi selama aku di Ponpes. Oh! Aku sangat menyayangi mereka.
Di meja, bertengger manis sebuah amplop merah muda dengan hiasan pita merah di sisinya. Cukup dilihat dari amplopnya yang terkesan girly dan kekanak - kanakan, sepertinya aku tahu siapa pengirimnya.
Ya, siapa lagi kalau bukan Nafisha, sahabat karibku yang sangat feminim itu. Betapa aku sangat merindukannya.
Segera ku buka amplop itu dan keluarlah sepucuk surat berwarna senada.
Teruntuk sahabatku, Rosalina Siti Zulaikha.
Assalamualaikum Ros. Apa kabarmu di Jakarta? Bagaimana sekolahmu? Lancarkah? Aku sangat merindukanmu Ros. Bye the way, kamu pasti sedang liburan akhir tahun kan sekarang? Aku ingin berkunjung ke rumahmu, boleh ya? Ya? Ya? Aku ingin bercerita banyak hal padamu. Ya sudah itu saja, ku tunggu balasanmu ya! Wassalamualaikum.
Aku terkekeh pelan membaca surat dari Fisha, dia masih sama seperti dulu. Kekanak - kanakan dan terkadang berlebihan, padahal dia seusia denganku.
Oh iya, Fisha itu sahabatku sejak aku masih duduk di bangku TPA. Orang tuanya dan orang tuaku juga bersahabat dengan baik, namun saat lulus SDIT, orang tua Fisha memutuskan untuk pindah ke Bogor, karena pekerjaan ayah Fisha yang bermutasi di sana.
Namun, dengan kepindahan Fisha ke Bogor, bukan berarti kami memutuskan tali silaturahim, kami akan selalu berkomunikasi lewat telepon ataupun surat karena tidak mungkin membawa ponsel ke Ponpes.
Fisha akan mengirimiku surat ketika ponselku tidak bisa dihubungi. Maklum, Pondok Pesantren Darussalam tidak mengizinkan santrinya membawa ponsel di kawasan Pondok.
Aku memutuskan untuk membalas surat Fisha lewat pesan di ponselku saja.
Waalaikumussalam Fisha. Suratmu sudah sampai barusan, aku balas disini saja yaa. Alhamdulillah, kabarku baik dan sekolahku lancar. Bagaimana denganmu? Aku pun sangat merindukanmu Fisha. Iya, aku sedang liburan sekarang. Berkunjunglah Fisha, aku rindu kebawelanmu itu hehehe. Segeralah ceritakan semuanya padaku. Wassalamualaikum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asma untuk Althaf
Ficción General"Dia musuhku dalam hal apapun. Dan aku selalu menganggapnya sebagai saingan telakku, tak lebih dari itu." - Asmara Adiba - "Dia sudah mengibarkan bendera peperangan sejak pertama kali kami bertemu. Entah mengapa, dia selalu menganggapku musuhnya, da...