Arka PoV.
Ku buka kartu yang kudapatkan atas titipan Nanda.
"Assalamualaikum, Arka. Aku Fisha, pasti kamu ingat denganku. Ada suatu hal yang ingin ku sampaikan padamu sejak dulu. Aku tahu ini terlalu cepat, tapi aku menyukaimu. Sejak dulu. Bolehkah kita menjalani hubungan yang lebih? Ta'aruf?"
Tertanda,
Amara Nafisha
089643591670Aku melongo keheranan. Mataku mengerjap beberapa kali.
Di sisi kanan kartu terdapat foto ukuran 4x6, seorang gadis berjilbab warna - warni dengan banyak perhiasan lainnya. Sangat mencirikan perempuan berhias.
Sekali - kali cek lah QS An - Nur ayat 31, disitu tertera perintah Allah yang melarang wanita untuk berhias, agar tidak mengundang tatapan lelaki.
Mungkin gadis ini belum mengetahuinya.
Segera kurobek fotonya dari kartu dan membuangnya asal. Aku tidak ingin terus memandanginya, yang ada hanya menambah bebannya karena tatapan lelaki.
Tapi omong - omong, aku terkejut, sungguh.
Fisha namanya? Ya Rabbi, dia perempuan. Apa yang ada dipikirannya sampai - sampai mengajak lelaki untuk ta'aruf duluan?
DULUAN?
Bahkan dia menyisipkan foto dan juga nomor teleponnya. Bukankah ungkapan yang tepat untuk perempuan ini terlalu...
Nekad?
Aku lupa siapa Fisha itu, pernah mendengar namanya, melihat fotonya pun aku merasa de javu. Seperti pernah mengenalnya.
Tapi aku lupa.
Kucoba mengingat lagi, siapa tahu Fisha itu teman pondokku, atau mungkin alumni sekolahku dulu.
Tapi aku tak ingat. Sungguh.
—————————————————————
"Dek, kak Fisha yang tadi titipin kartu ini orangnya kayak gimana?" Tanyaku pada Nanda sesudah makan malam.
"Orangnya baik kok mas," jawab Nanda yang sedang serius mengutak - atik rantai sepeda.
Nanda adikku ini, walaupun perempuan, hobinya sedikit menjurus hobi anak lelaki.
"Bukan itu maksud mas. Maksudnya ciri - ciri fisik orangnya gimana dek?" Tanyaku menelisik.
Nanda meletakkan rantai sepedanya, tangannya hitam berlumuran oli. Matanya menerawang, kelihatan sedang mencoba mengingat - ingat.
"Hm... Orangnya tinggi, agak gemuk. Matanya sipit kulitnya juga putih. Waktu itu pakai baju warna kuning mas," ujar Nanda, "udah Nanda gak inget lagi," lanjutnya kemudian.
—————————————————————
Lupakan soal Fisha itu, aku sama sekali tidak berhasil mengingatnya.
Mungkin dia hanya salah titip kartu ta'aruf.
Lagi pula lucu, ada saja perempuan seberani dia, yang mendekati lawan jenisnya duluan. Seolah tidak dapat mengendalikan diri.
Aku sedang mempersiapkan teks yang akan kuhafalkan nanti, karena aku dan Rosa, menjadi MC di acara muhadharah nanti.
Namun ada hal yang lebih penting lagi untuk kupersiapkan.
Mental saat bertemu Rosa.
Bukan sekadar bertemu, bahkan aku berencana untuk meminta maaf padanya, atas sikap semena - menaku selama ini.
Belum lagi, kami berdua berkolaborasi menjadi MC nantinya, kekompakan sepertinya merupakan harga mati.
Mungkin sudah sekitar 50 kali aku mengecek ponselku malam ini. Hanya sekadar untuk memastikan, Rosa membalas pesanku dan memaafkanku atau tidak.
Walaupun rasanya tidak mungkin semudah itu. Namun apa salahnya mencoba?
Aku selalu merasa ada sesuatu yang mengganjal jika masih memiliki masalah dengan seseorang, apalagi orang itu...
Gadis yang kucintai.
Entah sampai kapan perasaan ini bertahan, aku tetap akan mengharapkan...
Semoga Allah meridhoinya.
—————————————————————
Yoo hello what's up guys!!!
Maafkan aku yang dua hari tidak update:( karena aku sedang sibuk, eh ga sibuk sih sebenernya😂 aku cuma lagi main sama doi yang baru pulang dari Aceh😂 dan soal cerita ini aku belajar dari mana itu otodidak sama belajar dari dia yeayy!!😂 Maafin aku ya sekali lagi😄Nahyoloh ternyata Fisha ngirim surat ke Arka itu untuk ngajak ta'aruf!! Waduh nekad banget ya Fisha. Tapi aku salut dengan perjuanganmu Sha(suara hati seorang author😂)
Jangan lupa. Bismillah for everything
KAMU SEDANG MEMBACA
Asma untuk Althaf
Ficción General"Dia musuhku dalam hal apapun. Dan aku selalu menganggapnya sebagai saingan telakku, tak lebih dari itu." - Asmara Adiba - "Dia sudah mengibarkan bendera peperangan sejak pertama kali kami bertemu. Entah mengapa, dia selalu menganggapku musuhnya, da...