Berdamai dengan Masa Lalu

3.7K 198 3
                                    

Arka PoV

Persahabatan pun nama lain dari cinta.

Layaknya si pemberi cinta, sahabat yang sesungguhnya pun akan tetap disisimu dan berkorban untukmu, bagaimana pun situasinya.

Seperti kisah yang Rosa dan Fisha miliki, mereka menunjukkan padaku bahwa cinta tak datang dari keluarga atau kekasih saja, sahabat pun memiliki peran penting.

Jujur, aku iri pada mereka.

Mereka memiliki ikatan yang kuat, disaat orang lain mungkin akan berontak atau saling merebut. Tapi tidak untuk mereka.

Mereka memilih untuk saling berkorban satu sama lain.

Mengorbankan aku.

Akulah pihak yang bermasalah, namun tak dilibatkan.

Dua gadis itu memperlakukanku layaknya barang yang dapat diserah terimakan.

Hey, aku tidak munafik. Aku pun tidak menyangkal bahwa aku sakit hati dengan perlakuan dua gadis itu.

Aku pun tidak munafik untuk menyangkal bahwa aku masih mencintai Rosa.

Aku belum mampu melakukannya.

Drrrt.

Ponselku bergetar menerima pesan.

Siapa lagi kalau bukan...

Fisha : Sedang mempersiapkan hari kelulusanmu, jagoan?:)

Fisha.

Astagfirullah. Fisha.

Lagi.

Sudah kuceritakan bahwa aku menyetujui ta'aruf dengannya itu?

Yah, kupikir tidak ada salahnya mencoba.

Kupikir, cinta datang karena telah terbiasa. Mungkin. Namun sampai sekarang, belum ada 1% pun rasa cinta di hatiku untuknya.

Arka : Hm, seperti tebakanmu. Doakan saja ya.

————————————————

"Abi dukung kalau Arka jadi lanjut pendidikan di Kairo!" Ucap kepala keluarga nan bijaksana itu dengan penuh gairah.

"Ummi gak setuju! Pokoknya Arka itu gak boleh jauh - jauh dari kita, bi! Ingat pesan ummi, Arka, Ridha Allah itu Ridha orang tua!" Sela sang permaisuri tidak terima.

Jadilah acara makan malam sekeluarga ini ricuh. Kebijakan yang biasa orang tuaku tampilkan di depan anak - anaknya, sirna sudah. Berakhir dengan perdebatan setuju tidak setuju.

Ya, alih - alih membicarakan wisuda kelulusanku yang berlangsung Minggu depan, keluarga harmonis nan romantis ini membanting topik pembicaraan ke arah kelanjutan pendidikan putra sulungnya.

"Sayang dong beasiswa Arka, gak sembarang orang, lho, mi, yang bisa dapat kesempatan ini," sahutku sang empu topik pembicaraan.

"Memangnya gak ada universitas bagus di Indonesia? Pokoknya Ummi gak suka dibantah - bantah!" Jawab Nyonya kerajaan setengah berteriak.

Ummi menatapku penuh kasih sayang, tak menyangka, putra tercintanya yang 17 tahun lalu masih bayi, yang 14 tahun lalu masih merengek meminta mainan, yang 7 tahun lalu bermain sampai lupa waktu, harus dihadapkan dengan pilihan sesulit ini. Entah apa resiko yang didapatnya nanti.

—————————————————————

Kulirik gadis pujaan dihadapan ku ini dengan sorot acuh. Berusaha kelihatan berhasil melupakannya walaupun nyatanya belum bisa.

"Rencananya sih, mau ambil jurusan sastra Inggris, Ka. Kalau kamu gimana?" Tanya gadis di sebelahku tanpa perasaan berdosa, seakan belum pernah meruntuhkan duniaku beberapa bulan lalu.

"Beasiswa Al Azhar belum dapat restu dari ibuku, Rosa. Doakan saja ya," jawabku ramah, masih mencoba menghilangkan kesan terluka dibalik nada hangatku.

"Aku doakan yang terbaik untukmu, selalu. Bagaimana hubunganmu dengan Fisha?"

Deg!

"Terima kasih. Oh, baik - baik saja, kami semakin dekat. Bagaimana menurutmu?" Jawabku.

Entahlah, aku hanya ingin membuat Rosa cemburu terhadapku, sekali saja. Agar dia tahu rasanya menderita karena diabaikan.

Terdengar egois memang, namun beginilah adanya. Hatiku terlalu sempit, belum mampu menerima perlakuan semena  -menanya terhadap perasaanku.

Menyerahkanku pada sahabatnya, heh?

Walaupun dapat dikatakan berkorban, disini aku dijadikan barang!

Dan aku sungguh tak terima.

"Alhamdulillah kalau begitu," ucapnya sembari memasang seulas senyum.

Masih dengan keadaan jalan berdampingan, dia menoleh padaku. Sontak, aku pun menoleh padanya dan kami bertemu pandang. Langkah kami terhenti seketika.

Dapat kulihat kedua bola mata teduh miliknya seolah mengajakku untuk singgah kedalam rengkuhan tatapan damainya.

Lalu selang beberapa detik, ia memutuskan kontak mata denganku.

"Kutahu ini sulit untukmu, Arka. Namun maafkanlah aku, maafkan keegoisanku padamu. Terimalah Fisha, sebagaimana dia menerimamu tanpa secuil alasan penting lainnya," ujarnya kemudian.

"Aku sedang mencoba, Rosa. Masih mencoba. Kamu tahu, proses terkadang menyakitkan. Menyakitkan ketika aku mencoba mengalihkan duniaku darimu secara keseluruhan, setelah 3 tahun belakangan," jawabku mulai terang - terangan. Tidak kuat menahan sikap acuhku pada Rosa 2 bulan belakangan ini.

"Aku tahu aku jahat, Arka. Namun aku tidak sejahat yang kamu pikir. Aku memilih mundur, untuk sahabatku. Sahabat satu - satunya yang kumiliki sejak masih bayi. Sekalipun itu menitik rugikan kamu," ucapnya kembali.

Setetes air mata jatuh menyusuri kedua pipinya yang merah merona, sangat khas Rosa. Bahkan Rosa masih terlihat cantik ketika menangis sekalipun.

Astagfirullah!

Segera ku hapus pikiran buruk yang mulai menggerayangi otakku.

"Aku mau mengusahakan keinginanmu ini, hanya untukmu. Aku pun sadar, aku memiliki banyak kesalahan padamu. Entah sudah berapa tetes air mata yang kamu tumpahkan untukku. Maka dari itu, aku bersedia mengantikan semua rasa sakit itu. Kuharap kamu menyadarinya," jelasku panjang lebar.

"Jika kamu bersedia menggantikan semua rasa sakit ku, bersediakah kamu untuk menghapus segala memori menyakitkan tentang kita dari hatimu? Karena aku tahu sangat sulit untuk menghapusnya dari pikiranmu. Namun aku berharap, setidaknya ikhlaskanlah semua ini dari hatimu. Untuk itu, mari berdamai dengan masa lalu," ucapnya kemudian.

Dan untuk pertama kalinya, Rosa tersenyum dengan sangat tulus kepadaku, setelah 3 tahun belakangan aku mengenalnya.

Dan dengan ini, aku akan menghapus luka lamaku, menutup lembaran - lembaran kusam diatasnya, dan mencoba, untuk berdamai dengan masa lalu.

—————————————————————

Hello!!! Kali ini aku gak akan cuap - cuap panjang lebar karena udah cape ngetik. Hehehe.

Mereka idaman sekali ya❤ huhu

Jangan lupa. Bismillah for everything:)

Asma untuk AlthafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang