Sulit, tapi harus.

4.1K 233 4
                                    

Ros PoV

Drrrt

Ponselku bergetar di atas meja.

Notifikasi LINE rupanya.

Alfiandra Arkan added you as friend.

Deg!

Kenapa? Kenapa orang ini lagi?

Kenapa baru disaat aku ingin melepasnya? Membuangnya jauh - jauh dari hatiku?

Tidak. Untuk kebaikanku, juga untuk kebaikan Fisha. Aku harus mengabaikannya. Itu harus.

5 menit.

Tidak. Tidak. Aku harus menghindari segala kontak sosial dengan manusia yang satu itu. Harus.

15 menit.

Kulirik ponselku yang masih tergeletak manis di atas meja. Ingin rasanya tahu untuk apa Arka mencoba menghubungiku.

30 menit.

Kutatap baris - baris kata di buku kimiaku. Menciba fokus, fokus, dan fokus. Lupakan hal yang tidak penting semacam itu.

1 jam.

Astagfirullah, untuk tetap konsentrasi pun aku tak bisa.

2 jam.

Kutatap layar ponselku lekat - lekat, menimbang - nimbang apa sebaiknya aku confirm saja.

Click!

Entah kenapa ibu jariku bergerak sendiri pada tulisan confirm. Sungguh, ini diluar kendali. Aku benar - benar tidak sengaja.

—————————————————————

Kupandangi profile pict LINE Arka, seorang lelaki bertubuh tinggi, bersorban dengan mata tajam hidung mancung, serta rahangnya yang tegas. Viewnya menunjukkan betapa indahnya pemandangan Gunung Lawu.

Sosok yang kukenali sejak dulu. Wajah dan tubuhnya memang berubah dari tahun ke tahun. Namun Arka tetaplah Arka.

Lelaki cerdas dengan kepribadian yang gemilang.

Lelaki yang selalu tersimpan dihati ini selain abi. Sejak dulu.

Dan sangat sulit untuk kucapai.

Tiba - tiba sebuah suara memecah fikiranku.

"Assalamu'alaikum Ros!" Suara Fisha menggema dengan nyaring di seluruh penjuru kamarku.

"Waalaikumussalam, Sha. Aduh, kamu ini. Jangan teriak - teriak begitu dong," keluhku.

Fisha bergegas lompat keatas kasurku dan meraup bantal Mickey mouse.

"Ros, ya ampun. Aku butuh bantuan idemu. Masalah hati!" Ucap Fisha heboh.

Seperti biasa, sahabatku yang berlebihan.

"Ide apa, Sha? Insya Allah aku bantu sebisaku," ucapku datar.

Entahlah, akhir - akhir ini setiap bertemu Fisha, aku jadi sering mengingat Arka. Kesal sendiri jadinya.

"Menurutmu cara yang paling tepat untuk berkenalan dengan Arka gimana Ros?" Tanya Fisha. Heboh. Selalu.

"Hm... Taaruf mungkin? Lewat surat pun bisa," jawabku seadanya.

"Menurutmu, kalau aku jadi santri Ponpes gimana?" Tanya Fisha kemudian.

Apa? Aku tidak salah dengar? Setahuku sejak dulu Fisha paling anti tinggal berjauhan dengan kedua orang tuanya. Secara, dia anak semata wayang dan maaf, sedikit manja.

"Kalau tujuan kamu masuk Ponpes untuk kenal sama Arka, aku gak dukung. Ilmumu bisa gak berkah nantinya Sha," jawabku.

"Tapi aku sudah memikirkan ini. Sepertinya aku siap untuk jadi santri Ponpesmu Ros," ucap Fisha.

Seperti biasa, keinginannya tidak bisa ditolak. Tidak bisa diganggu gugat. Sekali harus, ya harus. Sangat Fisha sekali.

"Lillahita'ala Sha. Niatkan hanya untuk Allah semata," ucapku akhirnya.

Raut wajah Fisha berubah, matanya berbinar - binar dan senyumnya mengembang sempurna.

Tidak bisa kubayangkan. Fisha juga akan menjadi santri di Ponpesku, tidak ada lagi Fisha yang pecicilan seperti biasa.

Kuhela nafas panjang. Ini akan menjadi hari - hari yang sulit kedepannya.

—————————————————————

Kulafalkan istighfar berkali - kali dalam hati. Mencoba memendam perasaan sedih dihatiku.

Menahan air mata. Untuk kesekian kalinya.

Tak bisa kupungkiri, Fisha adalah sahabat satu - satunya yang sangat kusayangi layaknya saudara dalam hidupku. Aku tidak mungkin membencinya. Tidak mungkin bisa.

Dan Arka, lelaki yang kusimpan dihati selama bertahun - tahun.

Bisa dibilang, dua - duanya orang yang kusayangi bukan?

Apa perasaanku jika sahabatmu menyukai lelaki yang juga kamu cintai?

Bagaimana tindakanmu bila berada di posisiku?

Memperjuangkan atau merelakan?

Jika merelakan merupakan tindakan yang terbaik, maka akan kulakukan. Merelakan Arka untuk Fisha. Sebisa mungkin.

Walaupun terasa sulit bagiku, tapi harus bisa kuikhlaskan dia. Harus.

—————————————————————

Hohohi i'm back.
Hope u like this capter. Oh iya makasih yaa yang udah komen ceritaku, hehe iya kamu yang komen di part sebelumnya. Aku juga mau kasih tau aku bukan anak pesantren yaa, aku anak sekolah formal biasa, aku ingin sekali pesantren tapi ga dibolehin sama orang tuaku:( oh iya lagi😂 ini bener gada yang bisa bikinin aku cover?:( Btw cerita ini cover nya kubuat sendiri loh. Makanya jelek banget:( hm kalo ada yang mau ku follback messages aku aja ya hehe. Udah deh gitu aja.

Jangan lupa. Bismillah for everything:)

Asma untuk AlthafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang