Fisha PoV
"Kamu harus bahagia. Janji?"
Masih terekam jelas perkataan Ros di otakku.
Dia terlalu banyak berkorban segala hal padaku. Sejak dulu.
Berkorban segala hal yang dia punya hanya untuk kebahagiaanku.
Dan aku baru menyadarinya sekarang?
Sebut saja aku si manusia tak tahu diri.
Disaat seharusnya dia memusuhiku habis - habisan, dia mampu untuk tetap menyayangiku sebagaimana sahabat kecilnya.
Betapa suci hati yang Ros milikki.
Tidak sepertiku yang keji ini, eh?
Orang sebaik dirinya sangat pantas mendapatkan kebahagiaan yang setimpal.
Ros pantas mendapatkan Arka.
Ya, sejak tadi pagi kami saling mengungkapkan kejujuran masing - masing, aku sudah berjanji.
Aku akan mengikhlaskan Arka bagaimanapun caranya, seperti apa yang Ros lakukan padaku.
Walaupun berkali - kali mengatakan bahwa aku ikhlas, bahwa aku bisa melepas Arka, tapi tetap saja, hatiku tidak bisa berbohong lebih lama.
Aku masih sangat - sangat mencintainya.
Bukan hanya aku yang tersakiti disini, sahabatku pun juga merasakan hal yang sama.
Hatiku terasa seperti dihantam berjuta - juta palu disaat yang bersamaan.
Jarum jam menunjukkan angka 2. Lebih tepatnya pukul 2 pagi.
Dan aku belum mengistirahatkan tubuhku sama sekali.
Mataku sembab, lingkaran hitam di sekitar kelopaknya. Wajah dan rambutku tidak karuan. Seperti orang kelelahan sehabis bekerja.
Namun nyatanya, yang kulakukan sepanjang hari hanyalah mengurung diri di kamar, lalu mengeluarkan air mata sepuasnya.
Kucoba memejamkan mata dan mengosongkan pikiranku walaupun hanya setengah jam saja. Setidaknya, manusia jahat sepertiku pun butuh istirahat. Sebentar saja.
—————————————————————
Pukul 4 pagi
Rasa kantukku meluap seketika.
Dua jam terasa sangat cukup untuk melepaskan segala beban yang bersemayam di pundak ku, itu pun tidak termasuk rasa bersalah.
Segera kuraih ponselku di atas meja belajar dan mengetikkan sesuatu di layarnya.
"Assalamualaikum, Arka. Temui aku di Taman Anggrek pagi ini, aku ingin menyampaikan hal penting padamu. Sangat - sangat penting."
Klik!
Message sent.
Lengkungan bibirku terangkat. Tersenyum puas setelah sekian jam aku melupakan cara untuk tersenyum.
Sesuai janjiku, aku akan mengorbankan hal terbesar dihidupku untuk Ros.
Walaupun hanya sekali ini saja.
—————————————————————
"Ingat denganku, tuan tampan?" Ledekku pada Arka. Walaupun ini candaan, aku bersungguh - sungguh. Dia terlihat sangat tampan dan segar di pagi yang cerah ini.
Arka datang tepat waktu di tempat yang telah kami janjikan. Dia terlihat sangat penasaran tentang apa yang akan aku sampaikan padanya nanti.
Arka terkekeh pelan.
"Oh, tentu saja. Kamu sahabat Ros, bukan? Lantas hal apa yang ingin kamu utarakan hingga membawaku datang ke tempat ini? Cepatlah, aku ada jadwal mengajar pagi ini," tukas Arka tidak ingin membuang - buang waktunya.
"Hei, santailah kawan! Kamu seperti seorang buronan yang harus bergegas pergi dalam 5 menit saja. Ini hal penting. Simak lalu camkan baik - baik," jawabku.
Hm, Arka sepertinya cocok untuk dijadikan sahabat saja.
"Hal apa itu?" Tanya Arka. Dia tampak gelisah, sesekali memerhatikan arloji di tangannya.
Aku jadi tidak tega. Hehe.
"Oke, kamu masih ingat dengan kartu yang kamu dapatkan atas titipan adikmu itu?" Tanyaku to the point.
Arka mengangguk perlahan.
"Itu dariku. Aku tahu pasti kamu lupa dengan nama familiarku itu, bahkan sejak tadi kamu tidak menyebutnya. Kamu hanya mengingatku sebagai sahabat Ros saja," ucapku dengan nada meremehkan, seolah - olah dia seorang kakek pikun yang dengan mudah kubodohi.
" F - I - S - H - A," lanjutku mengeja namaku sendiri.
Mata Arka terbelalak, "K - kamu? Jadi kamu?" Beoknya gelagapan, seolah yang ada di hadapannya sekarang adalah jin seram nan menakutkan.
Namun nyatanya, aku ini jin yang cantik, bukan?
Lupakan masalah jin. Waktu adalah uang. Aku harus segera berkicau panjang lebar dan urusan selesai. Beres!
"Dan dengan ini, aku mencabut permohonan ta'aruf denganmu itu. Anggap saja kita baru mengenal hari ini, oke?" Ujarku.
"Namun, bukan itu hal terpentingnya," lanjutku terhenti.
Kupastikan ia penasaran setengah mati.
"Apa lagi?" Tanyanya masih dengan wajah kebingungan.
"Ros mencintaimu, sejak 3 tahun yang lalu. Kuharap kamu mengerti, jaga hatinya. Jika kulihat dia menangis lagi karenamu, kupastikan kamu tidak dapat menghirup udara bebas dengan leluasa," tukasku cepat.
Segera kurapikan penampilanku lalu beranjak pergi dari taman.
Mulut Arka menganga sempurna, kesadarannya belum kembali seutuhnya ketika mengetahui aku sudah beranjak jauh dari taman di tengah lamunan konyolnya.
Kuhela nafas lega. Urusan selesai.
Ini akan menjadi hal paling menyenangkan seumur hidupku.
Berkorban untuk orang yang amat mengasihi ku setulus hatinya, Rosalina Siti Zulaikha.
Petik yang terbaik, dan berikanlah. Maka, Allah akan menumbuhkan buah yang lebih sempurna lagi untukmu kelak. Percayalah.
—————————————————————
Hello guys. I'm finally back!!!
Apakah harus di setiap part aku minta maaf?:( Kayaknya iya ya:( kemarin kemarin itu jujur aku lagi males banget ngetik. Karena... ah sudahlah:vIntinya apa aku bilang Fisha berubah kan?:) Keknya sih ya Arka bakalan sama Ros. Hm, menurut kalian, kalian mau Arka sama siapa nih? Komen yaa.
Oiya besok udah puasa guys. Jadi aku mau minta maaf kalo ada perkataan aku yang kurang mengenakkan di hati kalian. Semangat puasanya juga💟 kan jomblo jomblo gaada yang ucapin tuh, paling cuma sama iklan sirup😂 jadi aku aja yang ucapin:v
Jangan lupa. Bismillah for everything:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Asma untuk Althaf
General Fiction"Dia musuhku dalam hal apapun. Dan aku selalu menganggapnya sebagai saingan telakku, tak lebih dari itu." - Asmara Adiba - "Dia sudah mengibarkan bendera peperangan sejak pertama kali kami bertemu. Entah mengapa, dia selalu menganggapku musuhnya, da...