Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Teruntuk,
Alfiandra Arkan.Dengan surat ini aku ingin menyampaikan beberapa hal juga padamu. Semoga masalah ini berakhir dengan kejelasan dari kita masing - masing.
Aku ingin jujur padamu. Aku memang mencintaimu sejak 3 tahun lalu. Aku merasakan beberapa hal tentangmu seperti bahagia dan berdebar ketika bersamamu, cemburu setiap melihatmu dengan orang lain, rindu yang mendalam saat tidak bertemu denganmu.
Aku sungguh mencintaimu kala itu.
Namun maaf, perasaan itu telah hilang entah kemana. Debaran ekstra tak normal di jantungku setiap menemui hal yang berhubungan denganmu, sudah tak ada lagi.
Tahukah kamu, bahwa selama ini pun Fisha mencintaimu. Aku tidak mungkin bersaing dengan sahabat sendiri, bukan? Lagi pula, kecintaan kita padamu masih sangat kecil. Mengalahkan rasa cintaku pada Allah dan keluargaku. Jadi, kupikir aku tidak pantas untuk diperlakukan sebaik itu olehmu.
Fisha lah yang lebih pantas. Terkadang, kamu memang tak dibersamakan dengan orang yang kamu cintai, namun bagaimana dengan orang yang mencintaimu? Apa kamu melupakannya begitu saja.
Bukalah hatimu untuknya, Arka. Lupakan aku. Dia sahabat terbaikku satu - satunya. Dan melihatnya terluka, menjadi luka terparah di hatiku selama - lamanya.
Kumohon padamu, hilangkan rasa cinta di hatimu itu untukku. Jadikan aku sahabatmu, teman terbaikmu, ceritakan lah segala keluh kesahmu padaku. Semoga Allah merahmati kita semua. Selalu.
Wassalamualaikum warahmatullaahi wabarakatuh.
Salam hormat,
Rosalina Siti Zulaikha.Goresan demi goresan yang tercipta dari penaku memenuhi secarik kertas cantik berwarna biru laut, kesukaanku.
Percaya atau tidak, setelah sekian lama mencoba, aku berhasil melupakannya.
Aku berhasil melupakan Arka. Sungguh.
Awalnya terasa sulit, namun sekarang aku mulai terbiasa.
Memang ada beberapa hal yang harus memaksa kita keluar dari zona nyaman, bukan?
Untuk keadaan yang lebih baik, tentunya.
Seperti yang kurasakan sekarang ini.
Tak ada sakit hati, kecemburuan, kebencian, air mata, patah semangat, segalanya. Tidak ada lagi.
Allah telah menggantikan semuanya dengan kebahagiaan.
Karena yang kupercaya pasti, Allah tidak pernah tidur. Allah akan membalas setiap tetes air matamu itu dengan kebahagiaan yang berlipat ganda.
—————————————————————
"Kamu makin kacau sekarang," ucapku pada Fisha yang sekarang sedang asik melamun sembari memeluk bantal pink kesayangannya.
Tahu sekacau apa dia sekarang?
Lingkaran hitam di kelopak matanya, rambutnya acak - acakan, wajahnya sembab, bahkan yang kutahu dari Tante Kiki, ibunda Fisha, sahabat heroik ku itu belum makan dan mandi sejak pagi.
Perlu kutekankan? Se - jak pa - gi.
Dan tahu sekarang pukul berapa?
8 malam.
"Hei, lihat gadis dihadapannya yang cantik nan sehat wal'afiat lahir batin ini," ujar Fisha mulai ngaco.
Bisakah keadaannya yang seperti ini disebut sehat?
Tidak!
Jawabannya tidak!
"Makanlah Fisha, jangan menyiksa diri sendiri seperti ini. Kamu tidak perlu melakukan aksi pahlawan untuk merelakan Arka seperti lusa lalu. Karena percaya atau tidak, aku sudah tidak mencintainya. Tidak. Mencintainya. Lagi," ucapku dengan penuh penekanan.
Mata Fisha mencelos. Kegiatan melamunnya terhenti seketika.
"K... Kamu tahu dari mana?" Tanyanya keheranan.
"Aku sudah berdiskusi banyak dengan lelaki tampanmu itu. Kamu mati langkah, kawan. Pengorbananmu sia - sia," jawabku asal, kulemparkan pandangan pada seluruh penjuru kamar Fisha.
Benar - benar berantakan. Seperti pemiliknya.
"Ti... Tidak, k... Kamu harus tetap bersamanya. Kalian saling mencintai!" Ucap Fisha penuh semangat, nafasnya tak beraturan.
"Berhentilah membohongi perasaan kalian masing - masing!" Lanjutnya.
Aku tertegun. Inikah Fisha yang sekarang?
Pribadi dengan kisah menyesakkan dan segala pengorbanannya.
—————————————————————
Kuedarkan pandangan, mencari Abi dan Ummi yang sudah berjanji akan menjemputku disini. Namun nampaknya mereka belum sampai juga.
Acara muhadharah malam ini lancar dengan aku dan Arka sebagai pembawa acaranya. Tak sedikit santri yang memuji kami berdua secara terang - terangan.
"Kalian cocok!"
"Serasi sekali!"
"MC yang serasi!"
Namun bukan pujian - pujian itu yang membuatku sebahagia ini.
Kamu tahu, keadaan Fisha makin membaik. Dia kembali menjalani hari - harinya dengan ceria seperti sedia kala.
Aku dan Arka? Hm, kita benar - benar akrab layaknya saudara. Tidak ada masing - masing dari kami yang membahas mengenai masalah Minggu lalu itu. Semuanya seperti sudah terlupakan.
Sudah beres.
Arka dan Fisha pun makin akrab, mereka sedang dalam proses menjalani masa taaruf sesuai permintaanku pada Arka Minggu lalu.
"Setidaknya, kamu cobalah mengenal pribadi dia terlebih dahulu. Tidak ada salahnya bukan, menurutku dia gadis yang baik."
Aku merasa sangat bahagia.
Masalah hai yang kemarin sempat membebaniku secara membabi buta, layaknya debu diatasi meja yang tertiup angin.
Hilang. Tak membekas.
Tapi aku tak pernah menyesal memiliki perasaan ini dan bertemu dengan orang - orang seperti Arka dan Fisha.
Karena kutahu, Allah mempertemukan ku dengan mereka untuk membuatku lebih dewasa.
Lebih kuat dari sebelumnya.
"Karena orang - orang yang berada di kehidupanmu sekarang, tak pernah Allah pertemukan denganmu secara sia - sia. Mereka memiliki porsi tersendiri dalam hidupmu, untuk membantumu mengetahui, bagaimana caranya menguatkan diri." - Mutiara Regita -
—————————————————————
Hai kalian. Hari ini aku update dua kali hehe. Biar dapet pahala nyenengin readers tercinta😂
RoKa ternyata tidak bersatu tuh guys. Nah terus Ros sama siapa yaa? Coba kalian tebak hehe.
Oh iya waktu itu ada beberapa orang yang nanya aku dapet ide bikin cerita ini tuh dari mana, sebenernya cuma temen sama doi sih hehe. Aku dapet idenya itu sebagian dari real life aku sih. Hehe.
Jangan lupa. Bismillah for everything:)
![](https://img.wattpad.com/cover/107123191-288-k299491.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Asma untuk Althaf
General Fiction"Dia musuhku dalam hal apapun. Dan aku selalu menganggapnya sebagai saingan telakku, tak lebih dari itu." - Asmara Adiba - "Dia sudah mengibarkan bendera peperangan sejak pertama kali kami bertemu. Entah mengapa, dia selalu menganggapku musuhnya, da...