Asma PoV
Akhir - akhir ini sepertinya ada seseorang yang berusaha untuk dekat denganku.
Kalau tidak salah, namanya Ayyash Raihan. Dia kakak kelasku, anak IPS, wajar saja aku tidak begitu mengenalnya karena aku sendiri anak IPA.
Awalnya dia hanya sekedar menyapaku, namun entah siapa yang memulai, sedikit demi sedikit kami mulai akrab satu sama lain.
Ayyash itu tipikal lelaki yang sangat ramah dan sangat asik jika diajak ngobrol.
Masalah fisiknya? Tidak terlalu tampan, sih, tapi bisa dibilang manis. Hehehe.
"Pagi, Asma!" Sapa Ayyash yang Tan dipersilahkan sudah duduk berhadapan denganku. Dia terus tersenyum dan menatapku tepat di kedua mataku.
Dan aku hanya bisa mengalihkan pandangan, canggung.
Ya, pagi ini jam pelajaran di kelasku kosong, sehingga anak - anak dapat berkeliaran dengan bebas di seluruh penjuru sekolah. Ada yang di perpustakaan, ada yang di taman belakang, ada juga yang sekedar duduk - duduk di kantin sekolah seperti aku sekarang.
"Tumben ada disini pas jam pelajaran, bolos?" Lanjutnya bertanya, masih dengan ekspresi wajah yang sama.
Ceria dan bersahaja.
"Mana mungkin aku membolos jam pelajaran kelasku sedang kosong," jawabku sekenanya.
Itulah aku, sedikit sulit akrab dengan orang yang baru kukenal. Walaupun sebenarnya sudah agak nyaman.
"Jadi kamu harus dituduh dulu baru mau jawab pertanyaanku ya?" Ucap Ayyash sembari terkekeh pelan.
Dan ketika kutatap senyuman itu...
Aku tak bisa lagi menampik pesonanya yang begitu memikat.
-------------
"Yang barusan denganmu di kantin itu siapa?" Tanya Althaf yang masih berjalan di sebelahku.
Sekarang kami berdua jadi sering berjalan pulang bersama karena rumah kami pun tak begitu memakan jarak.
"Oh, dia... Dia itu Ayyash, kelas 12 IPS 3 kalau tidak salah," jawabku sekenanya, mengingat pengetahuanku yang masih minim tentang kakak kelas itu.
"Kenapa tiba - tiba begini?" Ia lanjut bertanya.
"Tiba - tiba apanya?" Ujarku balik bertanya.
"Kenapa aku bisa kalah secepat ini?" Desahnya frustasi.
Aku makin bingung.
"Aku tak mengerti maksudmu, coba jelask-"
"Ah, sudah tak usah dipikirkan. Aku duluan, assalamu'alaikum," ucapnya, lalu bergegas meninggalkanku.
"E... Eh, iya, waalaikumussalam," balasku.
Dan akhirnya kami pun berpisah di perempatan jalan.
Padahal biasanya, dia selalu mengantarku sampai ke rumah.
--------------
Ayyash PoV
"Jadi incaran lo Minggu ini siapa, bro?" Tanya Alit, teman satu tongkrobganku.
"Entahlah, kayaknya gue kehabisan stock. Ada saran?" Jawabku sembari melempar sebatang rokok pada Seno yang sedang duduk di sudut ruangan.
"Thanks, bro!" Ujar Seno kemudian.
Kamu tau apa arah pembicaraanku dengan teman - temanku.
Biar ku jelaskan.
Aku, Ayyash Raihan, adalah playboy ulung di seantero sekolah.
Tiap minggunya, aku akan bertaruh mendapatkan perempuan incaranku dan jika berhasil, teman - temanku akan memberikan reward setelahnya.
Yah, minimal, sih, mereka nombokin biayaku di club malam sampai seminggu berikutnya.
Lumayan, 'kan?
Korbanku, mulai dari perempuan yang biasa saja sampai perempuan paling cantik di sekolah.
Dan mereka akan berakhir sama.
Menangis dan sakit hari karena kubohongi.
Namun malam ini, aku bingung kemana target incaranku ini akan berlabuh.
"Gue tahu, bro!" Yang satu ini pasti bakal seru banget," seru Yosep kemudian.
"Siapa, Yos?"
"Siapa - siapa?"
"Siapa tuh?"
Satu persatu temanku mulai ribut menanyakan siapa gadis itu. Yah, aku juga penasaran sih siapa orangnya.
"Asmara Adiba, kelas 11 IPA 1," lanjut Yosep sok berbisik, padahal seisi tongkrongan mampu mendengarnya.
"Unggulan, coy!"
"Widih unggulan."
Di SMA kami, anak IPA itu sudah terkenal jenius. Ditambah lagi dengan embel - embel IPA 1, kelas unggulan. Bisa kalian tebak bagaimana kemampuan otaknya.
"Cewek kerudungan, gue sering lihat dia bolak - balik musholla. Kabarnya, sih, cewek terjenius seangkatan," jelas Yosep panjang lebar.
"Kalo Lo berhasil bikin dia jatuh cinta, nih simpen. Si putih nangkring di garasi," tantangnya, kemudian melempar kunci mobil jazz putih yang selalu ia bawa ke sekolah setiap hari.
"Ajib!"
"Sikat, coy!"
"Menantang nih!"
Kelihatannya, sih, bakal agak sulit, nih, cewek. Tapi lihat dulu reward nya.
"Cewek mana yang mampu menolak pesona seorang Ayyash Raihan?" Ucapku bangga.
Sorak sorai seisi tongkrongan mulai sahut menyahut.
--------------
Althaf PoV
Mengapa Asma tak juga menyadarinya?
Dari semua sikapku padanya?
Mengapa tak satu pun terbaca olehnya?
Bagaimana bisa, orang yang sangat baru mengenalnya dapet membuatnya tersipu saat diajak bicara?
Bahkan aku, yang mengenal dia hampir seumur hidupnya pun tak mampu.
Aku pun tak mengerti, dadaku bergemuruh hebat saat melihatnya dekat dengan orang baru itu.
Dan puncaknya adalah tadi pagi, ketika cecunguk itu berani - beraninya merangkul gadisku di koridor sekolah!
Emosiku tak tertahan, kepalaku memanas, ingin sekali rasanya kusingkitkan orang baru itu saat itu juga.
Perasaan yang cukup aneh dan tak biasa.
Perasaan aneh ini apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Asma untuk Althaf
General Fiction"Dia musuhku dalam hal apapun. Dan aku selalu menganggapnya sebagai saingan telakku, tak lebih dari itu." - Asmara Adiba - "Dia sudah mengibarkan bendera peperangan sejak pertama kali kami bertemu. Entah mengapa, dia selalu menganggapku musuhnya, da...