Ros PoV
Bosan sekali rasanya. Liburan akhir tahun, terpaksa harus mendekam dirumah.
Katanya sih, agar tidak kelelahan.
Hey, aku mampu, kok. Setidaknya hanya untuk berjalan kaki di sekitar tempat - tempat wisata yang luasnya tidak lebih dari 10 kilo.
"Huh, badmood. Apa berjalan kaki sedikit saja akan selelah itu?" Gumamku sedikit keras, memberi kode bahwa aku BENAR - BENAR BUTUH JALAN - JALAN!
Dan apa yang pria itu lakukan, dia tetap konsentrasi berkutat dengan buku anatomi fisiologinya dan mengacuhkan ku!
"Sungguh membosankan di rumah terus," gumamku sekali lagi.
Dan sekali lagi, matanya tetap fokus tertuju pada buku dengan ketebalan ekstra itu.
Geregetan, ingin rasanya kuremukan wajah tampannya itu.
Fix! Aku marah pada mas Yusuf.
Kupasang wajah bete sejadi - jadinya. Pokoknya, aku harus berhasil membuat mas Yusuf pria yang peka terhadap wanita!
10 detik...
30 detik...
1 menit...
2 menit...
Tidak ada reaksi! Oh ya ampun, seberapa tipiskah tingkat kepekaannya itu?
Dan entah mendapat kekuatan dari mana, aku bangun dan menarik buku di tangan mas Yusuf dengan sedikit kasar.
"Apa yang kamu lakukan?" Tanya mas Yusuf dengan nada sedikit kesal, rahangnya mengeras dan kulit di dahinya mengerut sempurna.
"Aku bosan, mas! Setiap hari yang kulakukan hanya berdiam diri di rumah dan memperhatikanmu tidur, makan, dan belajar. Tidakkah kamu peduli padaku?" Tanya dengan emosi yang semakin menyulut.
"Dan membiarkan kandunganmu memburuk karena mood kekanakan - kanakanmu itu. Kamu pikir aku tidak memikirkan anak kita? Berhentilah bersikap seperti anak kecil!" Bentaknya.
Pertama kalinya mas Yusuf membentukku dan mengataiku seperti anak kecil. Sebelumnya dia tidak pernah sekasar ini terhadapku, sungguh.
Setetes air mata meluncur sempurna dari kedua mataku. Dadaku terasa sesak, menghirup oksigen kembali pun butuh usaha keras.
Aku hanya... Merasa kecewa.
Rasanya amat sakit, sungguh.
"A... Aku tidak bermaksud..."
"Ya, kamu benar, mas. Sikapku terlalu mengganggu, seperti anak kecil. Dan maafkan anak kecil ini atas segala tuntutan tak berarti seperti itu. Sungguh, aku tidak bermaksud merepotkan mu," sahutku.
Ku hapus air mataku dan menyunggingkan hangat padanya. Lalu berbalik badan dan melangkahkan kaki menuju kamar.
Entah mengapa, tidur adalah hal yang kurasa lebih baik untuk dilakukan sekarang.
-----------------------
Yusuf PoV
Ya Allah, apa yang kulakukan padanya tadi?
Menumpahkan air mata wanita yang sangat kucintai. Hal yang sangat - sangat tidak pernah kuharapkan.
Kaki ini terasa begitu kaku untuk mengejar Ros, memeluknya, dan berkata bahwa aku ini seorang bajingan.
Yang bisa kulakukan hanya mengacak - acak rambut dan mondar - mandir di depan pintu kamar kami dengan gelisah.
Dan untuk yang kesekian kalinya, aku terlalu takut untuk menyadari bahwa aku seorang pengecut.
Mengingat kembali wajah cemas Ros ketika sedang menungguku pulang di larut malam, wajah hangatnya saat menyiapkan segala kebutuhan sehari - hariku, menungguku dengan sabar ketika aku sedang sibuk bahkan di hari libur sekalipun.
Dan juga wajah damainya ketika tertidur di pelukanku di larut malam.
Bahkan dia rela mengorbankan cita - citanya demi mengurusku dan calon anak - anak kami kelak.
Hari - harinya sangat melelahkan, hampir seluruh waktunya dia abdikan hanya untuk bersamaku.
Dan pantaskah aku membentaknya ketika dia merasa bosan?
Aku merasa benar - benar tidak tahu diri.
Kubilang pintu kamar secara perlahan, dan kutemukan Ros telah tertidur pulas dengan selimut menutupi seluruh tubuhnya.
Kusibakkan anak rambut yang menutupi wajahnya dengan lembut.
Sangat cantik.
Bahkan Ros masih terlihat cantik ketika tertidur sekalipun.
Namun bukan itu yang menjadi pusat perhatianku.
Melainkan mata sembabnya dan kasur yang basah dengan air mata.
"Maafkan aku, Ros...," Lirihku.
---------------
Pagi ini tidak kutemukan Ros dimana pun.
Berkali - kali kuhubungi namun nomornya tidak aktif.
Aku sudah menghubungi Fisha, Arka, dan teman - temannya yang lain, yang kira - kira mengetahui keberadaannya, namun hasilnya nihil. Tidak ada satu pun yang mengetahui keberadaannya.
Sudah kukelilingi seisi kota Jakarta dan tempat - tempat yang sering dia kunjungi, namun belum terlihat juga Batang hidungnya hingga sekarang.
Apa Ros benar - benar kecewa padaku hingga memilih untuk pergi?
Pikiran - pikiran negatif mulai menggerayangi otaku. Kucengkram stir dengan kuat hingga buku - buku jariku memutih.
Kemana lagi aku harus mencarimu, Ros? Kumohon, kembalilah...
---------------
Update dua kali Yeay.
Ros lagi hamil agak alay ya hehe. Tapi kasian juga sih:( hayo Ros kemana yaa?
Jangan lupa. Bismillah for everything:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Asma untuk Althaf
Ficțiune generală"Dia musuhku dalam hal apapun. Dan aku selalu menganggapnya sebagai saingan telakku, tak lebih dari itu." - Asmara Adiba - "Dia sudah mengibarkan bendera peperangan sejak pertama kali kami bertemu. Entah mengapa, dia selalu menganggapku musuhnya, da...