Fisha PoV
Suasana canggung mulai menyusup antara aku dan Arka.
Diantara keluarganya dan keluargaku yang sedang berbincang hangat di meja makan, hanya kami berdua lah yang saling menundukkan pandangan.
Walaupun sesekali curi - curi pandangan juga, sih, hehe.
Baru saja kedua orang tua Arka melamarku pada Papa dan Mamaku. Dan apakah kamu tahu? Tak hentinya aliran darah terhenti pada kedua pipiku.
Pipiku merah bersemu!
Aura Arka terlihat sama dengan pakaian yang ia pakai malam ini, koko merah dengan celana bahan berwarna senada.
Ah, Arka benar - benar menggelora!
Kulirik wajahnya sesekali, ketika ia menoleh, aku akan langsung buang muka. Selalu seperti itu.
Sekali lagi kulirik wajahnya, namun ada yang aneh.
Dia menyeringai lebar ke arahku, dan mengedipkan sebelah matanya!
Astagfirullah, genit sekali dia.
Tring!
Sebuah notifikasi LINE muncul pada layar ponselku.
Arka : Tak bosankah kamu menatapku? Apa aku terlalu tampan malam ini?
Kulirik kembali Arka, ia cengengesan ke arahku sembari mengangkat jarinya menunjukan tanda peace.
Ku ketik balasan untuknya.
Fisha : Pede sekali kamu.
Dan ia langsung membalasnya dalam sekejap mata.
Arka : Hush, biar pede begini aku calon suamimu.
Deg!
AAAAA CUKUP!!!
Blush. Ku yakin kedua pipiku sudah matang seperti udang rebus sekarang.
Dan untuk malam ini, kurasa tingkat kewarasan ku mulai berkurang.
----------------
Diantara banyak kabar baik yang kudapatkan sekarang, ada satu yang masih mengganjal.
Ros.
Dia sudah seperti orang linglung sekarang. Suaminya, mas Yusuf, kecelakaan sebulan yang lalu dan masih koma hingga sekarang.
Aku benar - benar khawatir dengannya dan kandungan yang ada didalam rahimnya. Bagaimana tidak, Ros hanya makan satu kali dalam sehari dan kuyakini itu pun jika ada yang mengingatkannya.
Seperti insiden beberapa hari yang lalu, ketika Arka berusaha memotivasi Ros untuk kembali bangkit, namun dengan nada yang sedikit menggertak.
Dan kamu tahu apa reaksi Ros?
Dia berteriak, menangis tersedu - sedu dan mengatakan bahwa kami sama sekali tidak mengerti apa yang ia rasakan.
Setelah itu, tubuhnya meluruh dan emosinya surut perlahan - lahan ketika kupandu dia untuk istighfar.
Kuharap kondisi mas Yusuf benar - benar segera pulih.
Aku melihat jati diri yang lain dalam diri Ros ketika ia sangat menyayangi seseorang.
Lebih sengsara ketika orang yang sangat ia sayangi tersiksa.
-----------------
Arka PoV
Masih dalam keadaan libur panjang. Jadi kuputuskan untuk mengajak Fisha pergi menjenguk mas Yusuf ke rumah sakit.
Ah, apa mungkin Bu bidan itu sedang sibuk, ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Asma untuk Althaf
General Fiction"Dia musuhku dalam hal apapun. Dan aku selalu menganggapnya sebagai saingan telakku, tak lebih dari itu." - Asmara Adiba - "Dia sudah mengibarkan bendera peperangan sejak pertama kali kami bertemu. Entah mengapa, dia selalu menganggapku musuhnya, da...