Terluka

4.6K 232 8
                                    

Ros PoV.

"Kok kamu tahu? Tahu dari mana?" Tanyaku gugup.

"Gak penting aku tahu dari mana, yang paling penting, ini menyangkut orang dihatiku dan kamu gak cerita sama sekali!" Sungut Fisha meledak - ledak, suaranya menggema di seantero kamarku.

Masalahku dengan Arka mengajar santri TPA. Terdengar begitu sepele, namun tidak bagi Fisha.

Aku memang sengaja menyembunyikan ini dari Fisha, karena aku tahu pasti bahwa sahabat manjanya itu akan banyak bertanya dan merengek ingin bertemu Arka.

"Cuma ngajar, Sha. Itu juga bukan kemauanku dari awal kok," jelasku berusaha tenang.

"Tapi kamu tahu 'kan perasaanku? Ketika sahabatku dekat dengan orang yang kusukai?" Fisha mulai mendramatisir suasana.

"Apa kamu juga tahu perasaanku, ketika sahabatku juga menyukai orang yang kucintai selama bertahun - tahun," batinku.

Aku tersenyum hambar. Belum pernah hatiku setidak mengenakkan ini.

Ketika aku mencemaskan Fisha karena takut sahabatku terombang - ambing oleh cinta, disaat itu pula aku merasakan hal yang sama pada diriku sendiri.

"Aku gak mau tahu, kamu jangan deketin Arka. Gak boleh! Cukup aku aja yang boleh deket sama dia!" Rengek Fisha.

Ini dia sisi asli dari kepribadian Fisha, manja dan cengeng. Namun aku tetap mewajarkannya, karena memang Fisha anak semata wayang, membuat semua keinginannya tidak bisa ditolak.

Hanya aku dan orang tuanyalah yang mengerti Fisha baik luar maupun dalam.

"Iya iya, tenang aja. Buat apa juga aku deketin Arka? Kalo gak terpaksa juga aku gak akan deketin dia," jawabku.

Berbohong. Lagi. Pada Allah, pada Fisha, pada hatiku sendiri.

Istighfar pun terus terlantunkan dalam hatiku.

—————————————————————

Author PoV.

Ros membanting tubuhnya ke kasur setelah kepulangan Fisha. Membekap mulut erat - erat. Berharap tangan dapat meredam suara memilukannya.

Menangis. Pertama kali dalam pekan liburan ini.

Dibalik senyumnya, dibalik wajah bersahabatnya, dibalik tegarnya, seorang Ros pun memiliki batas kesabaran. Sebagaimana manusia lainnya.

Dan benteng pertahanannya runtuh seketika hanya karena cinta, satu kata penuh makna namun membahayakan.

Ros menyesal. Menyesal karena terlalu berharap pada seseorang, menyesal karena lupa bahwa Allah - lah yang lebih pantas diharapkan daripada makhluk - Nya.

Ros tidak pernah merasa semenyesal ini dalam hidupnya.

—————————————————————

Ros mengerjapkan matanya perlahan, melihat ke arah jarum jam.

02.45

Sesegera mungkin Ros bangkit lalu mengambil wudhu untuk melaksanakan qiyamullail.

Tahajjud Ros kali ini benar - benar khusyu. Benar - benar khidmat.

Ia serahkan hati, jiwa, dan raganya hanya pada Allah.

Mengharap ampunan dan Ridho - Nya, mengharapkan kesabaran senantiasa tertanam di hatinya.

Mulai detik ini, Ros sadar akan menyakitkannya pengharapan pada seseorang.

—————————————————————

Yoo i'm back kawan.
Sebenernya ini sih mau nyelesain kejar tayang gara - gara UN kemarin. Maunya sih tadi malem dan berhubung aku amat sangat mengantuk gak jadi deh:v
Aku amat sangat mengharapkan kalian menjadi temanku gaes hehe.
Oh iya aku juga mau nanya ke kalian ya, mohon dijawab, kenapa ya writers cowok itu sangat minim jumlahnya? Hehe aku kepo aja gitu. Udah ah gitu aja terlalu banyak cuap cuap hehehe.

Jangan lupa. Bismillah for everything:))

Asma untuk AlthafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang