Ustadz dan Ustadzah

5.7K 290 0
                                    

Masih terngiang di benakku perkataan Fisha tadi. Apa ini jalan yang memang mengharuskanku untuk mengikhlaskan Arka?

"Kok makannya di aduk - aduk doang sih Ros?" Tanya abi yang bingung melihat aku terlihat murung tiba - tiba seperti ini.

"E..eh, iya bi," aku pun tersadar dari lamunanku dan melanjutkan makan malamku.

"Kamu jarang - jarang lho Ros, makan di rumah, cuma liburan aja. Makannya yang semangat dong. Nanti kalo masuk lagi ke Pondok malah sakit kan gak lucu," ujar Ummi.

"Tahu ni Kak Ros gak seru!" Rungut Rafa dengan wajah cemberutnya.

"Gak seru huu," lempar Rafi mengikuti kakak kembarnya.

Aku memelototi Rafa dan Rafi sebal, "Anak kecil gak usah ikut - ikutan!" Ucapku galak pada kedua adikku.

Ummi hanya geleng - geleng kepala melihat kelakuan anak - anaknya.

—————————————————————

Tring!

Sebuah notifikasi LINE muncul di layar ponselku.

Gina : Assalamu'alaikum ukhti. Maaf ganggu waktunya, besok bisa gak ukhti ngajar anak TPA? Karena kak Dinda ada kepentingan mendadak yang gak bisa ditinggalkan besok.

Ros : Waalaikumussalam, insya Allah siap ukhti. Hehehe, jam berapa kira - kira ana bisa datang kesana?

Memang selain Ponpes, yayasan Darussalam pun memiliki jenjang pendidikan dari TPA, SDIT, SMPIT, sampai SMAIT. Dan untuk TPA, tenaga pengajar terkadang bergiliran dari santri Ponpes sendiri, untuk melatih keberanian santri menjadi ustadz dan ustadzah.

Dan waktu liburan santri - santri TPA sampai SMAIT di akhir tahun hanya 10 hari, selebihnya kegiatan belajar mengajar kembali berjalan seperti biasa. Sedangkan untuk santri Ponpes, mereka dapat jatah libur 3 minggu lamanya. Selain untuk refreshing otak yang dipaksa berat setiap harinya, 3 minggu itu berlaku untuk mereka temu kangen dengan sanak saudara.

Gina : Alhamdulillah, ukhti bisa datang jam 7 pagi, ukhti isi jam pelajaran + tahfidzul Quran dengan kak Arka sampai jam 12 siang ya. Syukron katsiron.

DEG!

Jantungku berpacu dengan cepat. Dengan Arka?

Ros : Naam ukhti. Afwan. Siap 86! Hehehe.

Lalu aku menutup layar ponselku dan mengusap wajah perlahan. Niatku melupakan Arka, tertahan sementara.

—————————————————————

"Assalamualaikum warrahmatullahi wabarrakatuh," salam para santri TPA yang masih imut - imut itu dengan kompak.

"Waalaikumussalam warrahmatullahi wabarrakatuh," jawabku dan Arka.

"Yang duduknya rapi boleh pulang duluan," lanjut Arka sembari tersenyum.

Sontak, semua santri di kelas itu duduk dengan rapi.

"Wah, pintarnya. Semuanya boleh pulang. Tapi jangan lupa bantu orang tua di rumah ya," lanjutku kemudian.

"Siap ustadz, ustadzah!" Sontak para santri lalu keluar ruangan dengan teratur. Tak lupa mereka menyalami tanganku dan Arka.

Aku dan Arka tersenyum melihat punggung santri - santri cilik itu yang semakin menjauh keluar ruangan.

"Langsung pulang ukhti?" Tanya Arka padaku. Aku masih sibuk merapikan dan menyusun buku - buku di kelas.

"E...Eh...Iya. Mau pulang saja," jawabku sedikit canggung. Aku sangat jarang mengobrol dengan Arka kalu di luar kepentingan seperti ini.

Arka hanya membalasnya dengan anggukan dan senyum tipis. Setelah acara beres - beres selesai, aku dan Arka keluar dari ruangan itu.

"Hati - hati di jalan. Syukron bantuannya hari ini," ucap Arka masih menundukkan pandangannya.

"Afwan akhi. Ana duluan, assalamualaikum," jawabku yang sedari tadi juga menundukkan pandanganku.

"Waalaikumussalam," jawab Arka kembali.

Aku keluar dari gerbang Ponpes dengan hati yang membuncah dan wajah yang terus tersenyum. Berkali - kali aku melafalkab hamdalah dalam hati.

Asma untuk AlthafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang