Kita yang Sekarang

1.8K 101 0
                                    

Asma PoV

Kisampirkan bagian atas kerudungku ke kanan, lalu mengaitkannya dengan bros kelinciku hingga menutupi dada.

Sempurna!

Ya, hari ini adalah hari Minggu and it's hangout time!

Tadinya, aku hanya ingin sekedar piknik di taman dengan Vani, namun tiba - tiba Ummi melarang ku pergi jika tidak ada Althaf di sana.

Katanya, sih, untuk alasan keselamatan.

"Assalamu'alaikum, kak Asma!" Suara khas gadis kecil yang diyakini Vani, terdengar dari arah luar.

Ah, itu pasti mereka!

"Waalaikumussalam!" Jawabku setengah berteriak, menjinjing tas berisi camilan untuk nanti.

Pemandangan pagi ini...

Devani yang begitu cantik dan sangat ceria dengan pakaian serba pink nya.

Berbanding terbalik dengan Althaf yang tampak begitu...

Kacau?

Di pagi yang sangatlah cerah ini, Althaf tampil dengan jaket abu - abu yang menutupi puncak kepalanya, memar - memar di wajahnya pun masih terlihat, belum lagi wajah datarnya itu, menambah kiasan kacau seorang Althaf.

Biar kacau tetap ganteng, sih, hehehe.

"Ayo, kak!" Seru Vani menggamit tanganku dan berjalan lebih dulu di depan Althaf.

Vani terus bercerita padaku di sepanjang jalan dan kutanggapi sekenanya.

Karena fokusnya sekarang tak tertuju pada cerita - cerita Vani, tapi pada lelaki yang ada di belakangku sekarang.

Yah, masalah kami berdua memang sudah benar - benar tuntas. Ayyash dan teman - temannya sudah diadili oleh pihak sekolah, karena banyak bukti suara dari pihak mereka sendiri yang tak ikut andil dalam kejadian naas kemarin.

Tapi bukan itu juga yang menjadi pusat pikiranku kali ini.

Semenjak, ehm, pernyataan cinta kemarin, kami jadi tidak banyak bertengkar sekarang. Justru lebih banyak bungkam karena suasana hatiku menjadi sangat berbeda ketika berada di dekatnya.

Malu, gugup, canggung, takut untuk memulai perbincangan dengannya.

"Yeay! Sampai!" Ujar Vani sumringah.

Kami pun memilih tempat bawah pohon yang rindang dan menggelar tikar di sana.

Taman Anggrek pagi ini begitu sepi, hanya ada beberapa manula yang sekedar berjemur di bawah sinar matahari pagi.

Padahal suasananya cerah sekali.

"Aku petik bunga di sana dulu ya, kak!" Izin Vani.

"Hati - hati ya, Van. Jangan nakal," jawabku mengingatkan.

Ia pun mengangguk lalu bergegas menuju tempat yang ia maksud.

Meninggalkanku berdua dengan Althaf disini.

Tak ada satu pun dari kami yang memulai pembicaraan, sibuk bergelut dengan pikiran masing - masing.

Ya ampun, makin canggung saja jadinya.

Tiba - tiba, Althaf menarik pundakku dan kami berdua pun berbaring di atas tikar bersisian, menatap ke arah langit yang begitu cerah.

"Kalau kamu canggung padaku karena kejadian kemarin, maka lupakan saja. Anggap masing - masing dari kita tidak pernah mengucapkannya," ucap Althaf melipat kedua tangannya di atas kepala.

Kuhadapkan tubuhku ke arahnya.

"Bagaimana jika aku lebih menyukai kita yang sekarang?" Bisik ku pelan.

Dia menoleh ke arahku.

"Mengapa begitu?"

"Karena dengan seperti sekarang, kita bisa lebih menghargai arti masing - masing," cicitku.

Raut wajahnya menjadi lebih serius.

"Bukankah seperti dulu lebih nyaman? Tak ada perasaan canggung seperti sekarang?"

"Ini 'kan hanya awalnya, karena mungkin aku dan kamu belum terbiasa. Coba lihat sekarang saja kita sudah mulai tidak merasa canggung, bukan?" Ucapku meyakinkan.

Lalu ia mengangguk dan mengulas senyum padaku.

Senyuman yang sekali lihat saja akan membuatku sulit tidur nanti malam.

---------------

Althaf PoV

Betapa bersyukurnya aku atas semua kejadian akhir - akhir ini.

Yah, walaupun tubuhku sedikit lebih tertatih.

Tapi Asma menjadi sangat perhatian padaku!

Asma : Apa luka - lukamu sudah lebih baik? Jangan lupa minum obat yang kuletakkan di meja belajarmu kemarin!

Benar - benar calon istri idaman.

Althaf : Sudahlah, luka - luka ini baru akan sembuh jika aku bertemu denganmu sekarang!

Jika saja kami sedang berhadapan sekarang, kupastikan dia sudah menimpukku dengan vas bunga atau pun sejenisnya.

Asma : Pergi tidur dan bermimpi lah!

Althaf : Good night and have a nice dream too, honey.

Asma : Berisik!

Aku terkekeh pelan.

Althaf : Love you too!

Sepertinya, aku pun mulai menyukai kita yang sekarang.

Asma untuk AlthafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang