Ending

4.8K 174 3
                                    

Ros PoV

4 tahun kemudian...

"Sayang - sayang Ummi, Ummiku sayang," racau Althaf sembari melangkahkan kaki - kaki kecilnya ke arahku, lalu memelukku.

"Kenapa, nak? Mau bobo siang?" Tanyaku lembut lalu mengelus rambut tebalnya perlahan.

"Abi nya Ata kemana, sih, ummi? Ata juga mau diantar ke sekolah sama abi, kayak temen - temen yang lain," ucapnya pelan.

Dahinya berkerut, wajahnya tertekuk, seolah - olah memasang wajah super serius, namun digagalkan oleh pipi tembemnya yang lucu itu.

"Ata 'kan bisa diantar sama ummi, biasanya juga begitu 'kan?" Ucapku.

"Tapi Ata maunya sama abi, abi nya Ata kemana, ummi?" Tanya Althaf sengit.

Ku tatap putra sulungku dengan tatapan sendu. Sepasang netra kelabunya yang tajam, alisnya yang tebal sempurna, begitu pula garis - garis wajahnya yang tidak bisa membohongi.

Althaf benar - benar replika Yusufku.

"Jawab Ata, ummi, Ata mau bertemu abi. Ada, 'kan, ummi?" Sekali lagi pertanyaan yang sama berhasil keluar dari bibir mungilnya.

Tidak henti - hentinya Althaf menghujaniku dengan banyak pertanyaan setiap harinya.

Dan pertanyaan itu selalu sama.

Menanyakan keberadaan Abi nya, dan berkata, bahwa ia ingin menemuinya.

Namun putraku tak pernah tahu, seberapa dalam rindu yang ummi nya simpan untuk Abi tercintanya.

"Sekarang, Ata bobo siang dulu, ya. Nanti habis bobo pasti ketemu abi," ucapku lembut sembari memapahnya menuju kamar dan menidurkannya penuh kasih sayang.

Ada seberkas perasaan bersalah di lubuk hatiku ketika mengetahui.

Bahkan, aku menjanjikannya hal yang belum tentu bisa terwujudkan.

-------------

Ku buka album foto keluarga yang selalu tergeletak manis di laci ruang keluarga.

Membuka lembaran demi lembaran kenangan yang terpupuk selama lima tahun lamanya.

Melihat perkembangan putraku dari tahun ke tahun, membuatku semakin bersyukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan padaku.

Althaf Rifqi Abrisam, putra pertamaku dengan mas Yusuf. Sejak kecil, Althaf benar - benar hiperaktif dan juga serba ingin tahu.

Bersyukur juga empat tahun lalu, hari kelahirannya, ia lahir dengan sehat tanpa kekurangan fisik apapun. Yah, mengingat banyak masalah yang menimpaku saat hamil Althaf dulu.

Namun Alhamdulillah, Althaf adalah anak yang kuat dan tangguh seperti Abi nya.

Ting tong!

"Assalamu'alaikum."

Siapa yang bertamu sore - sore begini?"

"Ya! Waalaikumussalam!" Teriakku, segera kuambil kerudungku dan memakainya asal lalu berlari ke arah pintu.

"Merindukanku, Rosalina?"

Pria tampan itu...

"Selama kamu pergi, suamiku tercinta.".

Ah, Yusufku!

-------------

Ku pererat dekapanku pada lengan mas Yusuf, mungkin efek rasa rinduku yang berlebih membuatku jadi semakin manja seperti ini padanya.

Asma untuk AlthafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang