Asma PoV
"Maafkan kesalahanku dulu, Asma. Aku benar - benar menyesal telah membohongimu, sekarang, aku merasakan arti karma yang sesungguhnya. Aku jatuh cinta pada gadis yang telah kusakiti hatinya," ucap lelaki di hadapanku menatap mataku sendu.
Yah, Ayyash mencegatku ketika keluar perpustakaan dengan alasan ia ingin mengatakan sesuatu padaku.
"Aku sudah memaafkanmu, Ayyash," jawabku jujur. Aku memang sudah memaafkannya, tapi aku belum bisa melupakan tragedi naas yang mencelakakan Althaf waktu itu.
"Benarkah? Kamu sudah memaafkanku? Kamu akan kembali denganku seperti dulu?" Tanyanya antusias dengan mata yang berbinar.
Namun sayang, fokusku justru terarah pada seorang lelaki yang sedang menatapku sendu dibalik pepohonan.
Namun tak beberapa lama, lelaki itu mulai menjauh sampai tububnya tak terpandang lagi olehku.
Dia... Althaf.
Oh tidak, dia pasti salah paham!
"Sekedar memaafkan itu mudah, Ayyash, namun hatiku tak akan pernah bisa kembali padamu. Tak akan pernah. Karena... Telah tersimpan sebuah nama disana," jawabku hati - hati, berusaha menjaga hati Ayyash agar tak tersakiti oleh kata - kataku.
"Siapa dia?"
"Althaf Rifqi Abrisam."
Lalu aku berlari mengejar Althaf dan berniat untuk meluruskan kesalah pahaman yang terjadi.
----------
"Ini berbeda jauh dengan apa yang kamu lihat tadi, Ta, sungguh!" Ucapku lugas, berusaha meyakinkan Althaf bahwa ini hanyalah kesalah pahaman sepihak.
"Jelaskan apa yang ingin kamu jelaskan, Asmara. Bagaimana pun kita sudah berjanji untuk saling memercayai," jawab Althaf, terlihat sangat bijak and he so damn cool as hell!
"Ya, tadi Ayyash mendatangiku dan meminta maaf atas apa yang ia lakukan waktu itu," jelasku.
Althaf menaikkan sebelah alisnya, "Lalu?"
"Aku memaafkannya," jawabku singkat.
"Dan kembali ke pelukannya seperti dulu? Jangan harap aku akan mengizinkanmu!" Ancamnya.
"Misalkan itu benar terjadi, lalu kenapa? Ada yang salah?" Tantangku, siapa tahu ada sedikit pengakuan akan apa yang ia rasakan padaku.
"Aku tidak akan ridha! Sampai kapanpun!"
"Cemburu, eh?"
"Biasa saja."
----------
Althaf : Kuingatkan sekali lagi, jangan pernah kamu meladeni orang semacam Ayyash jika tidak ingin tersakiti lagi!
Ya ampun, betapa suudzon nya dia padaku!
Jujur, semenjak Ayyash menyakitiku dan parahnya membuat Althaf babak belur, hatiku tidak lagi untuknya. Lagi pula perasaanku kala itu hanya sebatas suka dan cintaku kali ini tentu saja untuk Althaf tercinta!
Asma : Mengakulah jika cemburu!
Althaf : Cemburu karena seorang Ayyash? Dia tidak setingkat denganku.
Semakin Althaf menyangkal, semakin aku penasaran. Pasalnya, sejak tadi, ia selalu mengantaiku dari kejauhan. Di kelas, di kantin, di taman, di kolam ikan, bahkan sampai perpustakaan sekalipun.
Dan ketika aku berpapasan dengannya dan bertanya, ia akan menjawab, "Bagaimana ya, aku juga tak bisa menghindari jalan takdir," konyol bukan?
Puncaknya adalah ketika ia dengan sengaja menyelengkat kaki Ayyash yang hendak menghampiriku di koridor sekolah. Alhasil, munculah beberapa lebam di wajah Ayyash yang membuatku tak tega dan segera mengobatinya di UKS. Wajah Althaf tak hentinya tertekuk karena itu. Menggemaskan sekali.
Kutemukan sesuatu yang baru dalam diri Althaf, yaitu sifat posesif dan over protective nya.
----------
Author PoV
"Gue... Mutusin buat keluar dari permainan ini," ucap Ayyash pada akhirnya. Sedikit berberat hati, namun ia telah memikirkannya dari jauh - jauh hari.
Sontak, teman - teman seisi tongkrongannya pun menghentikan aktivitasnya, kembali mencerna maksud dari kata - kata sang ketua geng tadi.
Yosep mengernyitkan dahi dalam - dalam, "Maksud lo?"
"Ya, gue mutusin buat pisah dari lo semua. Gak ada nge pub, gak ada main cewek, gak ada wine, gak ada rokok, gak ada keroyokan, dan gak ada lagi gue buat main - main sama kalian," jelas Ayyash, sedikit kikuk dengan suasana canggung ini, tak seperti biasanya.
"Ada angin apa lo tiba - tiba begini? Lo mau pindah sekolah? Atau pindah rumah?" Tanya Mirda bertubi - tubi.
"Gue... Mau jadi orang baik - baik."
"Hah?!"
----------
"Kasih aku satu kesempatan lagi, Ma, please," ucap Ayyash memelas.
Namun otak dan hati Asna sudah terlanjur ter setting untuk menganggap semua yang Ayyash lakukan hanyalah akting.
"Aku akan memperbaiki keadaan ini, memulai semua dari nol lagi," lanjut Ayyash yang hanya dibalas dengan kebungkaman dari gadis di hadapannya.
"Ma, jawab aku...," Lirihnya menggenggam tangan Asma dengan begitu erat.
Asma menepis tangannya kasar.
"Cukup Ayyash! Tak ada yang harus kamu perbaiki karena keadaanku sudah sangat baik tanpa adamya kamu, tak ada yang harus dimulai dari nol lagi karena aku sudah mencapai tahap keseratus bersama Althaf!" Ketusnya terlihat menggebu - gebu.
Awalnya, Asma memang berniat untuk tidak mengeluarkan kata - kata yang akan menyakiti hati Ayyash, mencoba untuk melupakan permasalahan dulu.
Namun lama kelamaan Ayyash semakin keterlaluan, karena berkali - kali membuat Asma dan Althaf semakin berjauhan.
Tingkah konyol Ayyash telah melewati batas kesabaran Asma.
"Aku akan berubah jadi orang baik - baik buat kamu, aku janji!" Balas Ayyash tak kalah sengit
"Luruskan niatmu untuk berubah semata - mata karena Allah, bukan karena aku. Jadi, jangan usik kehidupanku lagi, kumohon," ucap Asma pada akhirnya.
Meninggalkan Ayyash yang hanya bertemankan angin haluan barat sore.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asma untuk Althaf
Художественная проза"Dia musuhku dalam hal apapun. Dan aku selalu menganggapnya sebagai saingan telakku, tak lebih dari itu." - Asmara Adiba - "Dia sudah mengibarkan bendera peperangan sejak pertama kali kami bertemu. Entah mengapa, dia selalu menganggapku musuhnya, da...