18

168 6 0
                                    

"iya, ini-ni yang namanya surga dunia accchhh". Menghempaskan tubuh mereka ke kasur secara bersamaan, yang nggak sengaja melindas kakiku yang sakit sonta aku bertriak.

" awww... Deva, seneng si seneng tapi ati-ati dong sakit tauk"

"aduh... iya-iya maaf-maaf.. aku pijit ya"

"hem... jangan tambah parah dech kalo kamu yang mijit" jawabkku dengan mengindar dari sentuhan Deva

"makan yok, laper ni" pungkas Deva.

"eem dasar, tunggu dong yang punya rumah aja belom nawarin" tangkasku.

"iya ni,,, gendut" ledek Devi, yang membawa senyum kami dan membuat Deva cemberut tak berapa lama David datang .

"kalian kalo mau makan, makan aja udah di siapin sama nenek, nenek lagi ada perkumpulan sama warga"

"oow gitu, baik B.G.T si nenek tau aja kalo aku laper" jawab Deva dan dibalas dengan senggolan tangan Devi yang mencoba menghentikan ucapan Deva yang sedikit membuat kami tidak enak.

"ya udah kalian makan saja, kebetulan aku udah makan tadi biar aku yang nemenin Ecca di sini, iya Ca ni makanan kamu... kata nenek kamu belum boleh jalan, jadi aku bawain kesini makanannya"

"eem... iya makasi" sembari menerima nampan berisi makanan dari David.
"ya udah Ca kita makan dulu ya, kita tinggal dulu ya Vid" mereka melangkah pergi dengan acara bisik-bisik dan saling cekikikan mereka pasti ngomongin aku.

"gimana kakinya udah mendingan" David melangkah mendekati ku dan duduk di kursi dekat ranjang yang langsung berhadapan dengan ku.

"udah si, nggak terlalu sakit kayak kemarin" jawabku dengan mencoba mengerak-gerakkan kakiku yang masih sedikit nyeri.

"eem... syukurlah" ada raut wajah lega di muka David, dan tiba-tiba jantungku berdebar-debar lagi. Hening beberapa saat dan aku mencoba memecah keheningan itu.

"makasi ya udah dibawa kesini"

"hem... iya sama-sama, selagi kita bisa kan wajib untuk membatu apalagi tetangga" kata-kata yang membuat kami saling tersenyum .

"kira-kira besok udah boleh buat jalan nggak ya... bosen kalo harus di kamar terus" David tersenyum mendengar ucapanku.

"kata nenek tadi si boleh... tapi nggak boleh jauh-jauh dulu"

"gitu ya, padahal aku penasaran banget sama tempat vaforit kamu, sebagus apa si sampe sefavorit itu"

Davit tertawa geli dengan jawabanku, memang ada yang salah dengan ucapanku.

"jadi... karna itu sampe buru-buru mau jalan"


Kunfayakun CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang