53

135 2 0
                                    

sapa para pegawai kebersihan kampus yang sedang sibuk membersihkan daun-daun yang berguguran. Aku terhenti sejenak seperti mendengar sayup-sayup suara akustik, kemudian aku mempercepat langkahku dan suara itu semakin terdengar jelas, ya itu suara akustik David. Tuhan trimakasi akhirnya ku bisa ketemu David, aku berlari kesana kemari mencarinya, setiap ruang aku masuki, ruang musik, gedung olahraga, auditorium tapi tidak ada juga.

Aku terus mencari sampai tak tertahan air mata ini mengalir. David kamu dimana? kenapa kamu buat aku jadi begini. Aku terus mencari dan mencari sudah semua ruang aku sambangi tapi tak ada juga, dan berakhir di ruang lantai paling atas kampus paling ujung. Aku buka berlahan berharap bisa melihat wajah David, tapi nyatanya nihil. Aku berpaling dan melemah duduk didepan ruang itu menutup memeluk tubuhku sendiri menhan air mata yang tak mau berhenti ini. Ya Allah jika ini takdirku aku iklas menerimanya, tapi aku mohon ya Allah hentikan semua ini jangan kau buat aku terus menerus terpuruk dalam bayang- bayang tentangnya, jika dia ditakdirkan untukku kumohon Ya Allah persatukan kami, pertemukan kami. Jika dia bukan takdirku, buatlah hati ini ikhlas melupakannya.

Suara itu belum hilang dan makin nyaringku dengar, aku bangkit dan kembali berlari menuruni tangga pergi kelantai dasar. Dan berhenti di ruang musik, aku buka pintunya yang kulihat sudah sedikit terbuka, tapi ternya tidak ada juga, hanya kudapati CD yang menyala dan memainkan akustik David. Aku melihat kesekeliling ruang musik tak ada orang satu pun, aku mendekat dan ada selembar kertas yang ada di atas CD yang bertuliskan thanks to your smile aku memeluk kertas itu dan menangis
sejadi-jadinya, apa maksud semua ini David, kamu dimana? aku nggak suka lelucon kamu ini. Aku mendengar ada orang masuk kedalam ruang musik, aku menoleh kebelakang ternyata kak Fikri, dia langsung buru- buru berlari kearahku.

"Ca!... kamu kenapa?, apa yang terjadi?" aku menangis dan memeluknya tanpa ragu, karena mungkin dia tau aku sedang butuh seseorang disaat seperti ini dia membiarkanku memeluknya. Kami keluar dan duduk di taman, kampus masih belum begitu ramai.

"kamu kenapa Ca?... bisa cerita sama aku"

"aku nggak tau kak, cinta bisa buat aku kayak gini, aku pengen ketemu dia dan bilang semua yang aku rasain ini, apapun tanggapan dia aku akan terima, hanya itu jalan satu-satunya yang bisa buat aku tenang"

"memang sakit rasanya Ca... tapi percayalah jika Allah sudah kunfayakun untuk mempertemukan kamu dengannya tanpa kamu pinta dia akan datang, kunfayakun seperti yang pernah kamu bilang ke akukan" saran kak Fikri dan ia tersenyum kearahku. "siapa laki-laki yang membuat kamu seperti ini"

Aku menatap kearahnya, aku takut jika aku jawab aku akan menyakiti hatinya, aku hanya diam dan memalingkan pandanganku.

"ayolah Ca... bilang saja, aku nggak papa kok, kita kan teman haruskah kita saling menutupi setelah aku mengungkapkan semua perasaanku kekamu" dia mengelus kepalaku, yang mengigatkanku akan kebiasaan

David.

Kunfayakun CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang