"kakak percaya Allah" tanyaku dan dia mengangguk.
"kalau kak Fikri percaya Dia, berdoalah dan minta petunjuk padanya, kita semua nggak tau apa yang sedang direncanakan Allah untuk kita, tapi kakak harus yakin apapun jalan yang kita alami sekarang itu datangnya dari Allah dan akan pergi karna Allah juga, untuk saat ini aku belum bisa nrima perasaan kakak" dia menatapku tercengan dengan ekspresi pandangan yang kosong.
"ya aku tau, mungkin ada orang lain yang sudah memiliki hatimu" jawabnya sembari tersenyum.
"hem, enggak bukan gitu" jawabku mengelak. "kita percayakan saja sama
Dia kak, jodohkan ada ditangan Dia, kalau Dia sudah kunfayakun menjodohkan kita nggak mungkin kita akan mengelak, iya kan" sambungku sembari tersenyum.
"iya Ca, makasi udah mau denger persaanku, hatiku nggak salah milih kamu untuk ngisi kekosongannya" aku kembali menatapnya dengan malu-malu.
"eh, udah waktunya kita kumpul kan kak, ke stand lagi yok" ajakku agar tidak terlarut dalam suasana yang sangat tidak membuatku nyaman ini. Sembari berjalan kami hanya saling diam, sesekali saling memandang. Aku merasa canggung sepertinya kak Fikri pun merasakan hal yang sama. Sejak kejadian itu kak Fikri bersikap aneh, seperti menghindar dariku. Aku jadi merasa bersalah tapi aku harus gimana, aku nggak bisa berpura-pura suka sama dia, dan nggak mungkin bisa membohongi perasaanku sendiri. Dalam lamunanku aku melihat bayangan David yang
selalu ada di fikiranku, Ya Allah apa yang sebenarnya engkau rencanakan untukku.Malam terakhir kemping, aku masih kepikiran kejadian tadi siang, karna lelah menahannya aku pergi ke masjid melakukan solat malam, dalam doa ku aku memohon pada Allah.
"ya Allah, tunjukkan jalan yang terbaik untuk hidup hamba, ya Allah maafkan hamba karna telah menyakiti hati Hambamu, tapi apa yang harus hamba lakukan ya Allah tunjukkanlah jalannya untuk hamba, jangan biarkan ia membenci hamba karna hamba tau engkau sangat membenci hal itu, ya Allah tolong hamba."
Dengan berlinang air mata, aku tetap berada di masjid hingga tengah malam. Aku mendengar suara akustik yang sering dimainkan David, aku berlari mencari-cari sumber suaranya, berharap David ada disini. Aku ingin melihatnya, sangat-sangat berharap bisa melihatnya. Aku terus berlari mencari cari suara itu, berlari dan terus berlari dengan berlinang air mata, dengan lirih memanggil-manggil nama David. Hingga aku lelah dan berhenti duduk lemah di depan wisma tempat ku menginap. Dan suara itu berlahan menghilang.
"Ca, kamu kenapa?" suara kak Fikri, yang berlari ke arahku dan menyodorkan jaketnya padaku, dan menutupkan jaket itu ke badanku, kawatir karna melihatku berlinang air mata "ayo kita masuk" kak Fikri memapahku masuk ke wisma membawaku ke kamarku.
"Ca kamu kemana si?!, kenapa, Ca?!" sambut Deva menangis dan memelukku, aku seakan dibungkam aku hanya bisa diam nggak bisa berucap sepatah katapun saat mereka bertanya padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kunfayakun Cinta
Spiritualité[SINOPSIS] Aku tak pernah tau akan arti kata cinta. Tak tau rasanya mencintai dan dicintai, tapi aku yakin cinta itu ada dan akan datang padaku. Aku tak mau mencari, aku hanya akan menunggu cinta yang dikirim olehNya. Karna aku yakin kunfayakun cint...