7

330 10 0
                                    

"hem, subhanallah kak Fikri santunnya kalo ngomong, gaya bicaranya lembut"

Devi sambil menyanggah dagunya dengan tangan kanannya tanpa berkedip memandangi kak Fikri yang sedang memimpin diskusi.

"betah dech sampai besok di sini" tambah Deva dengan ekspresi yang sama. Aku tengak tengok sesekali melihat mereka dengan tersenyum heran, heran karna melihat mereka begitu terpesona dengan sosok kak Fikri. Memang tak bisa di sangkal sosok kak Fikri yang baik, tampan, soleh, sopan pula. Jadi wajar kalau banyak gadis-gadis mengidolakannya. Aku beranjak berdiri karna acara sudah selesai. Tapi Deva dan Devi masih melongo memandangi kak Fikri sambil senyum-senyum sendiri .

"hey! Plok! " ucapku sambil menepuk tanganku di hadapan mereka dan mengagetkan mereka.

"ahh...kamu Ca ganggu orang aja" jawab Devi dengan nada kesal dan melanjutkan posenya.

"hey kalian liat donk udah sepi acaranya udah selesai sayang....ayo pulang udah soreni" aku berjalan meninggalkan mereka dan mereka mengikutiku.

"Ca, kamu kenapa si?" tanya Deva

" kenpa? Kenapa apanya? " aku heran dengan pertanyaannya " ya, kenapa? Gak kayak cewek lain yang kalau di deketin kak Fikri tu gugup, terpesona, kagum, gak bisa ngomong... kamu malah biyasa aja... apa jangan-jangan..."
"jangan-jangan apa!" sautku memotong kalimat Devi. "jangan-jangan kamu gak suka sama cowok ya?"kata Devi yang mengagetkanku

"hey, kalian ni ngaco dech kalo aku gak suka cowok knapa aku nggak macarin kalian aja" jawabku santai, menaikan sebelah alisku menggoda mereka.

"hiiiii, Deva aja ni aku gak mau" ekspresi alay devi muncul

"hhh, nggak becanda, memang kak Fikri patut untuk di kagumi tapi bukan berarti harus terlalu mengaguminya, dan aku lebih mengagumi Allah karna dia yang menciptakan mahluk yang kalian kagumi itu ... ya nggak!"

"ya!... Bu Ustad" jawab serentak mereka

" yap! Anak pinter" di barengi dengan tawa lepas kami.

Sampai di komplek rumah, aku berhenti sebentar untuk duduk di tepi danau yang tak jauh dari rumahku. Untuk menikmati sepoy-sepoy angin sore dan melihat sang surya tenggelam. Aku pejamkan mataku, menghadapkan wajahku ke arah langit menikmati sejuknya angin meniup-niup tubuhku dengan membawa harumnya bunga-bunga dan aroma air yang khas. karena telalu lelap dalam pesona itu, sampai - sampai lupa waktu.

Ku lihat jam di tanganku ternyata sudah hampir jam lima sore. Aku segera bangun dan terhenti pandanganku melihat seseorang yang berada di sebrang danau, tepatnya di depanku. Laki-laki yang sedang asik dengan kameranya. Aku berbalik dan melangkah pulang.

"tok...tok...tok.... asalamualaikum"

Kunfayakun CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang