21

165 6 0
                                    

"ok, malam, cepet tidur ya" sembari mengelus kepalaku. Sepertinya sudah menjadi kebiasaan David, aku hanya tersenyum dan masuk kekamar. Aku berjalan dan membaringkan tubuhku sambil membayangkang wajah David saat tadi mengelus kepalaku.

Membuat aku enggan melupakannya dan membuatku senyum-senyum seperti orang gila, hem inikah yang namanya jatuh cinta rasanya indah banget, berlahan tapi pasti aku memejamkan mataku. Ku dengar suara kokokan ayam dan aktivitas penduduk, rasanya baru saja aku terlelap tau-tau udah pagi aja. Aku bangun berjalan menuju kamar kecil. ditengah langkahku terhenti mendengar panggilan dari Deva dan Devi.

"Ca!... jalan kamu kok lancar banget" ucap Deva yang melongo melihatku.

"ajaib cepet B.G.T sembuhnya" yang membuatku tersadar ternyata aku berjalan keluar tanpa merasakan sakit di kakiku.

"hem, iya nggak sakit lagi, heemmm alhamdulillah akhirnya yes" aku bertingkah aneh dan membuat Deva Devi bengong melihatku. Mereka saling berpandangan dan kembali melihatku, karna malu buru-buru aku masuk kamar mandi menyadari itu yang mau kulakukan tadi. Akhirnya sembuh juga jadi bisa pergi jalan-jalan.

"Alhamdulillah, sudah pulih sini perbannya nenek lepas perbannya...biar nggak nyrimbeti (menghalangi) seneng to udah sembuh... jadi bisa jalan- jalan lliat keliling kampung"

aku jawab dengan senyuman dan langsung ku peluk tubuh nenek.

"makasi ya nek" ucapku manja seperti berbicara dengan nenekku sendiri.
"iya nduk, sama-sama ya sudah ayo kita sarapan dulu setelah itu kalian bisa jalan-jalan" kami sambut dengan gembira, kami makan bersama sembari bencanda ria di meja makan. Setelah makan Deva Devi masuk kekamar katanya mau tidur, ngantuk.

Maklum mungkin tadi malam mereka tidur terlalu larut, tapi akukan pengen keluar masak sendirian ah mereka menyebalkan, giliran aku udah sembuh malah pada malas-malasan. Aku keluar duduk di depan teras rumah. David datang menghampiriku.

"udah siap?" ucapan yang membuatku bingung .

"siap? Siap apanya?" dia malah senyum, emang ada yang salah dengan ekspresiku.

"udah siap jalan?, kalo belom siap... ya udah besok lagi aja" hal yang membuatku ingat dengan janji David yang akan membawaku ketampat favoritnya. Langsung aku berdiri dan menganggukan gembira dengan ekspresi yang berbinar-binar, David tertawa geli sembari mengelus kepalaku. Kami berjalan melewati jalan-jalan setapak dan area persawahan dengan canda tawa kami sembari menikmati perjalanan dan keindahan suasana pegunungan, menaiki bukit yang sepertinya sering dijajahi orang karna banyak jalan setapak yang ada di sana.

"yapp, sampai ... ini-ni tempat favoritku... gimana Ca?"

aku yang samar-samar mendengar pertanyaan David, yang tak kunjung ku jawab. Keren banget, terpesona aku dengan keindahan pemandangan dan panorama desa yang dapat kulihat dari atas bukit yang membuat matakku terngangah lebar.


Kunfayakun CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang