46

142 2 0
                                    

peserta bergegas ke masjid ya walupun nggak semua, masih ada beberapa yang masih tidur pulas dikamar masing-masing dan mengunci diri takut ketauan panitia, ya itulah manusia.

Kami solat di masjid pemukiman warga, masjid yang tadinya nggak seberapa orang yang menyabanginya, karna adanya kami jadi bisa terisi full sampe ada yang diteras masjid. Kasian, untungnya aku, Deva Devi cepet jadi kebagian didalem.

Sepulang dari masjid, kami berjalan menuju wisma, berjalan berlahan- lahan menikmati udara desa yang sejuk dan melihat sang surya yang mulai bangun dari tidurnya, karna waktu istirahat masih lama aku dan Deva Devi pergi ke kebun teh yang ada di samping penginapan kami.

"wah, enak banget udaranya, sejuk, liat dech pemandangannya bukit- bukit tanaman teh semua, foto-foto yok" kata Devi, sembari menarik tanganku dan Deva dan kami puasa berpose, di ladang teh. Mereka asik berfoto, aku berjalan menjauhi mereka melihat-lihat indahnya pemandangan dan udara sejuk banget.

Terlintas bayang David dalam benakku, ingat saat kami berdua berjalan mendaki bukit dan melihat pemandangan yang sangat indah di tempat favoritnya. Akhir-akhir ini aku sering kepikiran dia, padahal belum tentu dia mikirin aku.

Aku kembali menoleh kearah Deva Devi yang masih asik foto-foto, aku berjalan kearah mereka dan mengajak mereka kembali ke wisma. Sampe di seperempat jalan kami kaget karna ada kak Fikri yang berjalan kearah kami. Dengan ekspresi takut kami, takut dia marah karna kami pergi tanpa seijin panitia.
"kenapa ekspresi kalian tegang?"

"kakak kesini, buat marahin kita karna nggak ijin dulukan" jawab Deva.

"hhhhhh.... kalian tu lucu, siapa bilang, orang aku juga lagi jalan-jalan, lagian inikan masih waktu istirahat"

Kami saling pandang dan mengambil nafas lega.

"kalo gitu kita jalan bareng aja kak, dari pada kakak sendiri" pinta Devi

"boleh, ayo tapi nanti aja, ini udah hampir jam setengah tuju waktunya kita pulang" kami menuruti permintaan kak Fikri, kami berjalan beriringan Deva Devi berjejer dan aku berjejer dengan kak Fikri. Sembari berjalan kami mengobrol kesana-kemari, karna mungkin jalan yang agak licin kak fikri terpleset, dan dengan reflek aku memengang bahunya, mungkin kaget dengan sentuhanku kak Fikri memandangiku dengan tatapan yang tajam sembari tersenyum.

Aku melihat sesuatu yang aneh saat dia mandang aku, tapi apa itu aku belum paham, aku membantunya berdiri dan kami melanjutkan perjalanan kami. Sampai di wisma kami bersiap dengan menggunakan pakaian trening (baju olahraga) untuk memudahkan kami leluasa bergerak. Kami berjalan ketempat air tejun yang merupakan tempat wisata daerah itu yang tak berada jauh dari wisma kami cuma berjarak 3km.

Di sana kami di bagi kelompok satu kelompoknya berisi 6 orang dan kali ini aku tetep masih kebagian satu kelompok sama Deva Devi dan tambahan dari anak-anak satu jurusan kami. Baguslah jadi bisa lebih

Kunfayakun CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang