15

203 7 0
                                    

"eem... iya dech bu aku mau... tapi di temenin sama Deva Devi ya, masak cuma berdua sama David kan nggak enak"

"hem... alhamdulillah, iya mungkin itu lebih baik... kalo gitu ibu akan siapkan baju ganti kamu. karna mungkin harus nginep... soalnya rumah neneknya agak jauh dari sini tepatnya di daerah pegunungan "

"wahhh... enak ni bisa sambil liburan"

"ya... lagian udah lama kamu nggak liburan, ya sudah kamu hubungi Deva Devi, ibu akan memberi tahu David"

"ok bu" jawabku dengan senyum dan menyambut ciuman di keningku dari Ibu. Aku memberi kabar Deva Devi, dan jawabnya mereka nggak akan pernah nolak kalo masalah liburan.

Setelah subuh kami mulai perjalan di perjalanan kami berbincang- bincanng kesana kemari, walaupun baru kenal David bebrapa hari tapi kami cepat akrab seperti sudah lama kenal dan nyambung juga saat berbincang. Karena suasana jalan yang pemandangan dan aroma tumbuh-tumbuhan pemandangan kebun teh yang menyejukan, perjalanan yang begitu jauh. Aku tengok Deva Devi yang sukses dengan pose mereka siap membuat peta masing-masing (tidur). Sesekali aku melihat David yang fokus menyetir, sedangkan aku sibuk melihat sekeliling memanjakan mata melihat panorama yang sayang untuk dilewatkan.

"oh iya, apa kamu dulu juga tinggal di desa nenekmu Vid?" tanyaku memecah keheningan.
"eem... iya dulu waktu umur tujuh tahun sampe SMP aku tinggal sama nenek, soalnya orang tuaku lagi sibuk-sibuknya ngurusin usaha mereka jadi aku di titipin ke nenek"

"eem gitu... enak ya bisa tiap hari hirup udara sesegar ini"

"ya gitu dech... makanya kalo lagi kangen aku sering kesini itung-itung cari udara sehat yang gak kita dapet di kota"

"iya ya... kapan-kapan boleh dong ikut kesini lagi hhhh"

"boleh, tapi aku pasang tarif ya...hhh"

"hem, balas dendam ni critanya" di sambut dengan tawa kami.

Kalo dipikir-pikir David asik juga orangnya, walupun dilihat dari materi lebih dari cukup tapi tampilannya sederhana nggak neko-neko. Lucu juga si, ah apa si kok jadi mikirin dia.

"Ca... bangun udah sampe" pelan membuka mata, mungkin karna kecapean sampe nggak nyadar aku ketiduran. Saat ku buka lebar mataku, betapa terkagumnya aku saat melihat panorama gunung yang sanagat indah. Gungung dedepanku menjulang tinggi seakan bisa cepat kujangkau, suasana desa yang ramai dan penduduknya yang ramah. Kami berjalan menuju rumah kayu yang sederhana, rapi, dan lumayan luas. Nenek David menyambut kami di pelataran rumahnya. Beliau mengikatku dengan alrmarhum nenekku, dengan busana kebaya khas jawanya yang ia kenakan dengan sanggul rambutnya dan kelihatan sangat ramah sekali menyambut kami, mungkin usianya sekitar 80an.



Kunfayakun CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang