"Ca kamu kenapa?, kenapa jadi gini si?, kak Fikri, Ecca kenapa?!" tambah Devi, Devi keluar bersama kak Fikri mungkin ingin bicara sesuatu. Entah apa yang merasuki tubuh dan fikiranku, aku begitu ingin bertemu dengan David. Aku ingin memeluknya, aku ingin menceritakan segala hal yang aku alami sekarang. Aku bingung apa yang terjadi padaku, Deva masih menangis dan memelukku aku memandangnya dan tersenyum tipis.
"kamu kenapa Ca?" tanyanya sambil sesenggukan menahan tangis.
"aku nggak pa-pa Va, aku capek mau tidur" Deva mengangguk dan membantu membaringkan tubuhku, dia tidur disampingku sembari memelukku, Devi masuk dia juga berbaring di dekatku dan memelukku.
"Ca... aku tau apa yang kamu rasain, menangislah sepuasmu kalau itu membuatmu tenang"
Mendengar ucapan Devi aku kembali menngucurkan air mata dan memegang erat tangan Deva Devi.
"aku bingung, kenapa cinta membuatku sesakit ini"
"mungkin sekarang cinta membuatmu sakit, tapi percayalah jika cinta Kunfayakun dari Allah datang kamu akan merasa bahagia " tambah Devi, aku terdiam membenarkan perkataan Devi.
"besok kita pulang, besok langsung kerumah kamu ya Ca, aku kangen cup cake ibu kamu" kata Deva.
yang mengubah suasana sedih kami menjadi buyar karna tawa kami, trimakasi Tuhan kau berikan teman-teman yang selalu mengerti aku. Jam
6 pagi kami bersiap membereskan barang masuk kebagasi bus, sebelum berangkat kami dikumpulkan berdoa bersama, agar dilancarkan perjalanan pulang kami. Selesai berkumpul aku berjalan menuju bus, tapi tiba-tiba Deva Devi menarik tanganku mengajakku kearah berlawanan."mau kemana lagi, busnya nanti kita ketinggalan "
"udah ikut aja bentar" kata Devi sembari tersenyum kearah Deva.
Mereka mengajakku ke kebun teh yang kemarin kami sambangi, dan yang membuatku terkejut sudah ada kak Fikri di sana dengan ekspresi gugup. Aku melihat Deva Devi mereka menepuk punggungku dan meninggalkan aku dan kak Fikri berdua. Dengan rasa takut aku mencoba memulai pembicaraan.
"ada yang mau kakak omongin sama aku" tanyaku.
Kak Fikri tidak menjawab apa-apa dia hanya memandangku, berjalan kearahku dan memeluk erat tubuhku hal yang mengejutkanku.
"Ca, maafin aku gara-gara aku kamu jadi gini, nggak seharusnya aku menghindar dari kamu, nggak seharusnya aku memaksakan kehendakku... maafin aku, Ca" dengan nada serak menahan tangisnya.
Aku hanya terbengong dan meneteskan air mata, kemudian aku menganggukan kepalaku. Aku lepaskan pelukan kak Fikri.
"bukan salah kak Fikri, perasaanku yang salah terlalu berlebihan memikirkan hal itu, sampai-sampai aku seperti semalem. Masih mau jadi temenku kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kunfayakun Cinta
Spiritual[SINOPSIS] Aku tak pernah tau akan arti kata cinta. Tak tau rasanya mencintai dan dicintai, tapi aku yakin cinta itu ada dan akan datang padaku. Aku tak mau mencari, aku hanya akan menunggu cinta yang dikirim olehNya. Karna aku yakin kunfayakun cint...