Laura

16.4K 1K 483
                                    

***

Anak perempuan itu keluar dari mobil Honda Brio milik ayahnya bersama ibunya. Ia menggandeng tangan ibunya dengan ceria menuju salah satu Mall di Ibukota Jakarta.

Ia, gadis bernama Laura Natania. Seorang gadis yang ceria yang saat ini berstatus taken.

Ia menengadah ke ibunya, "Ibu, kita ke toko coklat dulu ya," ujarnya dengan antusias.

"Tapi Ibu mau ke tempat sayur-sayuran sama buah-buahan dulu."

Laura mengerucutkan bibirnya, "Tapi bu..." rengeknya sambil mengoyang-goyangkan tangan ibunya yang digenggamnya.

Ibunya menghela napas, "Kamu pergi sendiri aja. Ntar kalo udah selesai, telpon aja Ibu."

Laura kemudian menengadahkan kedua tangannya bermaksud meminta uang dengan wajah memohonnya.

Ibunya tersenyum kecil, mengambil dompet dalam tas yang dibawanya, dan menyodorkan beberapa lembar uang lima puluh ribu. "Nih, jangan boros belanjanya," pesan ibunya sebelum Laura beranjak pergi.

Gadis itu berlari kecil memasuki Mall itu. Hari ini ia bermaksud untuk membelikan hadiah pada pacarnya, Rhasel dikarenakan hari Mensive-nya akan tiba.

Ia beranjak mengarahkan dirinya ke arah toko coklat yang sudah ada di depan matanya sebelum matanya menangkap sesuatu yang mencurigakan.

Seorang cowok yang sedang bersama dengan seorang cewek di salah satu tempat makan di mall itu sungguh mencurigakan karena cowok itu sangat mirip dengan pacarnya, Rhasel.

Laura menyipitkan matanya untuk melihat lebih jelas. Ia sungguh terkejut ketika melihat cowok itu memang benar adalah Rhasel.

Dari mata Laura, ia melihat Rhasel yang tertawa girangnya bersama dengan cewek itu sambil merangkulnya. Mereka saling suap-menyuap satu sama lain yang Jelas-jelas hal itu terlihat seperti seorang pasangan.

Seketika, Jantung Laura mencelos. Dadanya terasa sesak. Kakinya lemah lesu. Tubuhnya menegang. Tidak tau apa yang akan dilakukan selanjutnya.

Bulir-bulir air matanya mengalir begitu saja tanpa disadari oleh Laura.

Ia menghapus air matanya dengan kasar. Entah keberanian itu darimana ia dapat berjalan mendekati mereka berdua.

Dengan emosi yang memuncak ia menghampiri mereka dan menampar pipi kanan Rhasel dengan kerasnya.

Rhasel berdiri sambil memegang pipinya yang Laura tampar diikuti oleh cewek yang berada disampingnya dengan tatapan bingung.

Semua orang yang ada di tempat makan itu menatap mereka sebagai bahan tontonan yang menurut mereka bagus. Namun, Laura sama sekali tak peduli.

Rhasel terlihat bingung ingin menjelaskan apa. Tubuhnya mendadak mati rasa. Ia ingin mengatakan sesuatu namun suaranya seperti tertahan dalam tenggorokannya.

Cewek yang bersama Rhasel menatap Laura dan Rhasel bergantian. Ia menatap Laura bingung, "Lu siapanya Rhasel?" Tanyanya tak mengerti.

Menghiraukan ucapan cewek itu, Laura menatap Rhasel dengan emosinya, "Jelasin sama aku ini siapa, HAH?!" Bentak Laura, tangannya menunjuk ke arah cewek itu.

Rhasel menyunggingkan smirk-nya, "Ini pacar gue, emang kenapa?" ujarnya sambil merangkul cewek itu disusul dengan senyum dari cewek itu.

Air mata yang ia tahan dari tadi meluncur melewati pelupuk matanya. "Trus aku, kamu anggap apa?" Ia menelan ludahnya, "Kamu emang jahat."

Rhasel menghembuskan napasnya secara kasar, ia lalu membisikkan sesuatu pada cewek itu kemudian cewek itu beranjak pergi meninggalkan ia dan Laura.

"Kenapa kamu usir tuh cewek? Kenapa dia gak disini aja? Biarin aja," ujar Laura dengan suara rendah dan parau.

Rhasel menarik rambutnya sembarangan, frustasi. "Kalo emang aku jahat, gimana?" desis Rhasel.

Mendengar itu, dada Laura terasa sesak, air matanya terus mengalir. "Kita putus." Hanya itu kata-kata yang dapat keluar dari mulut Laura. Dirinya terduduk di kursi dalam tempat makan tersebut. Air matanya keluar bergitu derasnya.

Rhasel mendekatkan wajahnya di telinga Laura, "Kalau itu mau lo, gue juga gak peduli," bisiknya dengan senyuman jahatnya kemudian meninggalkan Laura dengan hati yang tak berdosa begitu saja.

Laura ingin melawan, namun dirinya tak sanggup. Dia capek. Sulit memang mengetahui kenyataan bahwa orang yang sungguh dipercayai terkadang menghianati kepercayaan kita.

Dirinya terus menangis, mengeluarkan semua perasaan dalam hatinya. Ia kecewa, marah, malu, sedih. Ia bingung, ia merasa sebagian darinya hilang.

Orang yang menjadi cinta pertama sekaligus pacar pertamanya itu mengkhianatinya dengan rasa tak bersalah sama sekali.

Ia mengambil ponselnya dari tas kecilnya dengan tangan yang bergetar. Menggeser layar ponselnya dan mengetuk nomor panggilan cepat yang langsung terhubung dengan ibunya.

Laura mendekatkan ponselnya ke telinganya ketika ibunya sudah mengangkatnya, "Ibu dimana?" tanyanya dengan suara parau.

Mendengar suara anaknya itu, ibunya menjadi khawatir, "Kamu kenapa? Kamu dimana? Ibu akan kesana," tanya ibunya dengan nada suara khawatir.

"Aku di tempat makan dekat pintu depan mall. Ibu kesini cepetan."

Ibunya yang masih memilah-milah sayur yang akan dibelinya ia tinggalkan begitu saja. Ia bergegas ke tempat anaknya itu.

Laura masih saja menangis memikirkan perlakuan yang dibuat oleh Rhasel tadi. Dia jahat, gak punya hati, semua cowok sama aja, batinnya.

Tanpa Laura sadari, ibunya sudah menghampirinya, duduk disamping anaknya dan memeluknya sambil mengelus-elus rambutnya.

Laura masih saja menangis dalam pelukan ibunya. "Kamu kenapa?" tanya ibunya dengan nada suara khawatir.

Laura menelan ludahnya, "Rhasel bu..." jedanya karena tak sanggup berbicara, "Rhasel..."

"Rhasel kenapa? Kalian putus?"

Laura hanya mengangguk.

Ibunya tersenyum kecil, "Kenapa harus nangis? Kalau emang dia jodohmu pasti dia bakal usahain hubungan kalian bagaimanapun itu. Cara itu dibuat Tuhan supaya kamu ngerti apa yang benar dan apa yang salah," jelas ibunya.

Laura mengangguk-angguk, "Bu, aku mau pulang," ujar dengan suara parau.

Mereka berdua berjalan ke arah parkiran tanpa membeli apapun.

Laura duduk disamping ibunya yang mengemudi. Matanya bengkak, wajah memerah akibat menangis, namun ia tak peduli.

Ia membuka layar ponselnya dan menghapus foto-foto dan video-video tentang Rhasel di galerinya. Sampai gerakan menghapus fotonya terhenti pada satu video. Ia memutar video itu.

Di video itu terdapat dirinya bersama Rhasel dan impian Rhasel bersamanya.

Nanti aku janji kita bakal pergi sama-sama ke Spanyol, nonton pertandingannya Real Madrid di Santiago Bernabeu.

Seperti itulah janjinya.

Dan dari situ hati tergerak untuk pergi menepati janji yang dibuat Rhasel sendiri.

Ia menatap ibunya, "Bu.."

Ibunya menatap anaknya itu sebentar, "Kenapa?"

"Aku boleh kan ke Spanyol sendiri?"

***

Gimana? Bgus gak?
Ksih kritik dan saran y
Vomment lah say

Double BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang