Part 32

2.8K 184 57
                                    

"Jangan kau pilih dia, pilihlah aku
Yang mampu mencintamu lebih dari dia"
Cinta dan Rahasia - Yura Yunita


Laura menutup pulpen miliknya dan tak lupa ia letakkan di atas meja. Tatapan matanya mengarah pada Shania yang kini sedang mengerjakan soal Sejarah dengan seriusnya. Lengan kanannya ia gunakan menyenggol Shania sehingga Shania mengerang kesal. "Nyontek dong!" ujarnya dengan nada godaan juga cengiran di wajahnya.

Shania melirik Laura sejenak lalu kembali fokus pada soal yang dikerjanya, "Mau nyontek? Ya bayarlah," ujarnya dengan santai.

Laura memanyunkan bibirnya ke depan. Matanya menatap Shania dengan berbinar, "Diskon teman gak ada?"

"Halah, Shania kek gitu," Niken terkekeh sejenak, matanya masih fokus pada soal sejarah, "kiamat dunia mah," semprotnya tanpa menoleh sedikit pun.

Vita yang mempunyai posisi duduk disamping Niken, membalikkan posisi tubuhnya ke belakang. Ditatapnya Shania sejenak lalu dibalikkan tubuhnya kembali ke depan dan tertawa kemudian kembali fokus lagi menyalin jawaban soal Sejarah dari teman yang berada di depannya.

Laura melirik Vita sejenak kemudian kembali terfokus untuk mengerjakan soal sejarahnya. Dibacanya soal-soal yang belum ia isi lalu berpikir keras mendapatkan jawaban-jawaban dari soal tersebut.

Ia menghembuskan nafasnya secara kesal ketika tak ada satupun jawaban muncul ataupun singgah di otaknya, "Ish, malas benget gue kerja ginian. Emang kenapa sih harus ada pelajaran Sejarah? Sejarah itu masa lalu, gak boleh diingat," omelnya.

Shania terkekeh, "Halah masa. Mantan lo yang dulu waktu lupainnya sampe berbulan-bulan," ujarnya dengan santai sembari menuliskan jawaban pada kertas soal Sejarah tersebut.

Niken menoleh. Ditatapnya Shania kemudian Laura dengan tatapan aneh. Tawanya lalu menggelegar seketika, tetapi nadanya berusaha ia kecilkan.

Niken menyeka air matanya yang tak sengaja keluar. Ia menyambarkan kertas di atas mejanya yang merupakan jawaban dari soal Sejarah tersebut, "Nih, untung gue lagi baik," Matanya menatap kertas putih berisi jawaban soal Sejarah tersebut.

Laura mengambil kertas yang disodorkan Niken tersebut dengan antusias. Sebelah matanya ia kedipkan, "Biologi nanti, tenang aja," ia melirik Shania kemudian memajukan bibirnya ke telinga Niken, "dan yang disamping gue, gausah," ucapnya dengan suara yang terdengar agak keras.

Shania menyenggol lengan Laura dengan kedua alis yang tertaut sehingga menimbulkan kekehan di wajah Laura. Ia mengambil tutup pulpen yang diletakkannya di ujung pulpen tersebut lalu menutup pulpennya. Pulpennya ia letakkan di atas soal juga jawaban Sejarah tersebut.

"Si Daffa kemarin nyariin lo," ujar Shania, menghiraukan ucapan yang baru saja dikatakan Laura.

Laura menaruh pulpennya di atas kertas jawabannya. Kepalanya ia tolehkan ke arah Shania, "Waktu pulang?"

"Dia kemarin mau nganter lu pulang tapi lu gak ada. Masa kemarin dia nungguin lo di halte sampe hujan," jelas Shania sembari wajahnya menunjukkan raut terkesima.

Tanpa disadari, sebuah senyuman terpancar di wajah Laura. Tangan kirinya ia gunakan menutup mulutnya sembari terkekeh dengan nada yang kecil juga tangan kanan yang ia gunakan memukul-mukul lengan Shania.

Shania melepaskan tangan Laura dari lengannya, "Tipe pacar setia noh. Baper nih," godanya dengan jari telunjuk digunakan mencolek dagu Laura.

"Ya iyalah, pacar gue. Safat mana ada kek gitu," ujar Laura disertai dengan tawa juga raut wajah percaya diri.

Shania memutar kedua bola matanya. Ia mendengus kesal, "Idihh, Safat tipe pacar setia buat gue. Buktinya bertahun-tahun gue pacaran sama dia, kita belum ada tanda-tanda mau 'retak' gitu," jelasnya dengan pengecilan nada pada kata yang menurutnya sensitif.

Double BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang