"I don't why i let you go
Oh i learned the hard way
Tell me it's not too late"
Its Gotta Be You - Isaiah"Gue capek banget antrinya tau," ujar Daffa dengan raut wajah yang berpura-pura marah, disodorkanya nasi campur yang berada di tangan kirinya ke arah Farel.
Cengiran lebar tercetak dalam raut wajah Farel, kedua tangannya teralih mengambil nasi campur yang disodorkan Daffa, "Hehehe, itung-itung pahala biar masuk surga," sahutnya tak lupa dengan wajah tanpa dosanya.
Daffa melemparkan tatapan kesalnya pada Farel, kemudian kedua matanya mencari keberadaan Aryo. Hasilnya sia-sia. Daffa menghembuskan nafasnya, "Aryo pasti lari lagi. Tuh anak ya," omelnya tak lupa dengan aktingnya yang berlagak seakan ia emak-emak yang mengomel-omel tentang kelakuan anaknya.
Farel mengedarkan pandangannya ke arah lautan manusia yang berada di kantin saat ini, "Aryo mah gitu, gimana gue mau dapatin hatinya kalo dia lari-lari terus," ujarnya dengan nada rengekan lalu kemudian berakting layaknya ingin muntah.
Kekehan Daffa terpancar di wajahnya, sebelah tangannya teralih merangkul Farel mencari meja yang masih kosong. "Makanya cari cewek yang tepat di depan mata, jangan yang kerjanya lari-larian," sahut Daffa disela-sela jalan mereka.
Farel terlihat berpikir-pikir, kedua alisnya tertaut, lalu membuka suara, "Tapi kalo menurut gue, jodoh ada karena adanya perjuangan, sama seperti game lo harus berusaha dulu baru lo bakal menang."
Farel menelan ludahnya, "Jodoh emang gak kemana, tapi jodoh gak bakal datang kalo lo cuma duduk santai gak berlari mengejarnya," jelasnya.
Daffa setuju dengan perkataan Farel. Daffa merasa hal itu seakan menohoknya secara tak langsung.
Hidup itu sama seperti game, kau akan berhasil jika kau terus berusaha. Masalah akan selesai jika kau menyelesaikannya, tanpa membiarkannya sedikit pun.
Kepalanya ia geleng-gelengkan, ia menatap Farel terkesima, "Wah, lo cocok jadi pakar cinta," ujar Daffa dengan eskpresi tak percaya.
"Gue kan udah bilang, gue itu Mario Teguh versi ganteng," ucap Farel dengan percaya diri.
Pinggang Daffa ia senggolkan ke arah Farel, "Ngaco deh lo," ujarnya dengan sedikit kekehan.
Farel ikut terkekeh, matanya ia edarkan mencari-cari meja dalam kantin yang masih kosong. Matanya tak sengaja mendapati Laura bersama temannya yang telah menendang kakinya itu. Secara tak langsung, dirinya mulai meringis, kakinya gemetar melihat teman dari Laura yang tak ia ketahui namanya itu.
Daffa menatap Farel heran, matanya kemudian ia arahkan kemana arah tatapan Farel. Sebuah senyuman sumringah tersungging di wajahnya.
Tanpa disuruh, Daffa mengarahkan arah langkahnya yang diikuti oleh Farel ke arah dimana dirinya mendapati Laura sedang makan bersama temannya.
Laura berdecak kesal ketika didapati di depannya saat ini duduk cowok setengah gila dengan cengiran kampretnya. Kedua bola matanya ia putar lalu menghela nafasnya berusaha kembali memfokuskan dirinya pada semangkuk bakso miliknya yang sudah hampir habis.
Sedangkan Farel, Farel terduduk dengan wajah menunduk tak berniat menatap orang yang ada di depannya saat ini. Matanya menatap nasi campur yang dipesankan tadi oleh Daffa, kakinya gemetaran. Takut.
Niken terkekeh kecil melihat Farel yang terlihat ketakutan di depannya saat ini. Kakinya ia mainkan di bawah meja berniat menginjak kaki Farel. Namun ya Niken masih punya hati nurani, ia mengurungkan niatnya kali ini.
Laura berdiri dari duduknya, kedua tangannya ia gunakan untuk menopang mangkuk bakso milik Bi Num. Kepalanya ia tolehkan, menatap Niken, "Gue mau kembaliin mangkuk Bi Num dulu," ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Double Broken
Teen FictionAku menyukai dia yang terluka. Dirinya bagaikan kaktus yang berduri dan aku bagaikan balon. Balon dan kaktus tidak dapat bersatu, sedangkan aku dan dia.. Mungkin.... Amazing cover by @katrinapradnya 9 Mei 2017