"It's so strange how the same face
Can make you love until it hurts"
Who Are You - Fifth Harmony"Oke, jadi terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada tumbuhan. Ada yang bisa jelaskan?" tanya Bu Wati yang sedang mengajar Biologi di depan kelas.
Ciri khas dari Bu Wati adalah selalu mengajukan pertanyaan dan pertanyaan itu harus dijawab jika ingin memperoleh nilai. Bu Wati akan menunjuk salah satu dari siswa di kelas yang mengancungkan tangannya lebih cepat.
Laura membuka buku cetak Biologinya mencari-cari jawaban pertanyaan itu. Baru dirinya akan mengancungkan tangan, ia terdahului oleh salah satu murid paling cerdas dalam kelas, Sinta. Laura memelas dan menutup kembali buku cetak Biologinya. "Kampret," umpatnya.
Shania mendekap leher Laura, "Tenang, besok juga masih ada waktu," ujarnya dengan santai.
Tak lama, bel tanda istirahat berbunyi. Laura merapikan buku-bukunya di atas meja dan beberapa ia masukkan ke dalam tasnya.
"Anak-anak, hari ini pelajaran kita selesai. Silahkan istirahat!" ujar Bu Wati kemudian melangkahkan kakinya keluar dari kelas.
Beberapa siswa kemudian berbondong-bondong keluar dari kelas tetapi ada juga beberapa siswa yang tetap dalam kelas bergosip juga bermain game dalam ponselnya.
Niken berdiri, merenggangkan otot-ototnya, "Ahhh, susah banget pertanyaan ibu tadi," keluhnya.
Laura beralih mengaitkan tangannya ke lengan Niken, "Biarin aja, kantin kuy!" ajaknya.
Niken berbalik ke arah Laura dan tersenyum sambil mengangguk disusul dengan Shania yang ikut mengangguk. Mereka berjalan beriringan menuju kantin. Sambil sesekali bergosip di tengah jalan.
Pandangan mata Shania diarahkan ke arah Safat yang tengah duduk di pinggir lapangan sambil mengibas-ngibaskan seragamnya. Shania tersenyum. Mata mereka beradu pandang sekejap lalu Safat memanggil nama Shania sambil menepuk-nepuk tempatnya yang kosong disampingnya dengan bersemangat.
Shania menatap kedua sahabatnya yang sedang sibuk bergosip, "Kalian duluan ke kantin ya. Gue mau samperin Safat dulu. Bye!" Shania melambaikan tangannya sekejap ke arah temannya lalu berlari kecil menuju Safat.
Niken mendengus menatap Shania, "Pacaran teruss," teriaknya pada Shania yang kini sudah berada di samping Safat yang dibalas dengan tatapan tajam Shania.
"Cari cowok makanya. Jangan jomblo terus!" ejek Laura.
Niken mengerucutkan bibirnya tak lupa menyelipkan beberapa helaian rambutnya yang pendek ke belakang telinganya. Tak lama ia mendengus dan menyelipkan tangannya ke tangan Laura.
Sesampainya mereka di kantin, mereka disambut dengan suasana kantin yang sama sekali tidak rukun juga ramai. Mata mereka mencari-cari meja yang masih kosong untuk mereka berdua.
Laura menarik-narik lengan Niken, "Eh, itu Rani. Kita disitu aja."Jari telunjuknya dia arahkan ke arah Rani yang sedang sendiri di salah satu meja di kantin.
Mereka berdua duduk tepat di depan Rani. "Sendiri aja," ujar Laura.
Rani yang baru saja akan beranjak dari tempat duduknya dihalangi oleh suara itu. Rani menoleh melihat Laura dan Niken yang merupakan salah satu temannya. Rani terkekeh, "Iya nih. Si kampret lagi rapat OSIS." Rani kemudian beranjak dari tempat duduknya, "Gue sekalian mau pesan makanan. Kalian mau pesan apa?" tanyanya menatap Laura dan Niken bergantian.
"Aku bakso satu tapi sambelnya sedikit aja sama es teh," jelas Laura.
"Aku bakso juga sambelnya banyakin sama jus jeruk," jelas Niken.
![](https://img.wattpad.com/cover/103368266-288-k460667.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Double Broken
Teen FictionAku menyukai dia yang terluka. Dirinya bagaikan kaktus yang berduri dan aku bagaikan balon. Balon dan kaktus tidak dapat bersatu, sedangkan aku dan dia.. Mungkin.... Amazing cover by @katrinapradnya 9 Mei 2017