"Heart beats another ten thousand times before
I got the chance to say i want you"
A Little Braver - New EmpireDaffa menjejalkan kedua telapak tangannya ke dalam saku celana. Tubuhnya terhenti melangkah. Sebuah senyuman miring tercantum di wajahnya. Tatapannya tajam, menatap lurus ke arah depannya. Mulutnya terkatup, terhiasi dengan senyuman miringnya.
Di depan Daffa, terdapat Rhasel. Sama seperti Daffa, kedua tangan Rhasel ia jejalkan di saku celananya. Matanya menatap tajam, lurus ke depan. Kakinya ia arahkan, searah dengan tatapan matanya. Raut wajah datar, sedatar mungkin sehingga membuat wajahnya tampak sedikit menakutkan.
Senyuman miring Daffa semakin mengembang. Ia sama sekali tak takut dengan ancaman apalagi pukulan orang di depannya ini. Dadanya memburu, ingin melayangkan beribu-ribu tinju di wajah Rhasel.
Kaki Rhasel terhenti tepat di depan Daffa. Smirk khas andalannya tersungging rapi menghiasi wajahnya. Rhasel berdehem, "Nanti gue yang akan dapatin Laura, bukan elo," ujarnya dengan nada suara yang rendah dan tegas.
Amarah Daffa bergejolak mendengar ucapan dari Rhasel. Dirinya saat ini seakan ingin meninju habis-habis orang yang ada di depannya saat ini. Ini bukan tentang dia, Laura, atau siapapun. Jika boleh jujur dirinya sama sekali tidak suka jika perempuan harus dipermainkan layaknya mainan.
Tatapan tajam Daffa ia layangkan ke Rhasel, "Gue sama sekali gak suka liat cewek dijadiin bahan taruhan," ujarnya dengan nada yang tajam dan mengancam.
Mendengar itu, raut wajah Rhasel berubah menjadi tak percaya, keningnya mengernyit sesaat. Tepukan tangannya menggema di belakang sekolah yang biasanya sepi dikarenakan sama sekali tidak dianggap ada oleh penghuni sekolah.
Kekehan tersungging di wajahnya, "Ohh, gue salut banget sama lo. Lo sama sekali gak berubah," ujarnya dengan raut wajah yang masih tak percaya.
Sebelah alis Daffa terangkat. Dirinya terkekeh lalu kembali menatap Rhasel dengan santainya, "Cuman itu lo mau bilang?" Tubuhnya ia balikkan, "Yaudah gue balik," tambahnya dengan santainya.
Namun sebelum Daffa benar-benar membalikkan badannya, Rhasel menahannya. Dengan cekatan, Rhasel mengembalikan posisi dimana Daffa berdiri tadi.
Kedua tangan Rhasel ia gunakan memegang kedua bahu Daffa, menatapnya dengan tatapan tajam, "Gue bilang, gue yang bakal-"
Kedua tangan Daffa dengan cekatan beralih memegang kerah baju Rhasel, memotong ucapan yang ingin dikatakan Rhasel. Tatapannya mengancam. "Gue bilang berhenti cari masalah ama gue," tuturnya dengan tegas.
Kepalanya ia miringkan, "Tapi kalo lo mau."
Satu pukulan keras menghantam wajah mulus dari Rhasel sehingga hampir membuatnya terjatuh dikarenakan kehilangan keseimbangan. Diliriknya Daffa dengan senyuman sinisnya.
Rhasel menormalkan posisinya, "Gue gak bakal pukul lo balik, karena pukulan dari lo gue anggap impas," ujarnya dengan tatapan mata tajam dan senyuman sinisnya.
Rhasel berbalik, nafasnya yang tidak beraturan berusaha ia normalkan. Tangannya kembali ia jejalkan di sakunya. Matanya menatap Daffa dengan tatapan kemenangan. Langkah kakinya ia arahkan berbalik meninggalkan Daffa sendiri.
Daffa menatap kepergian Rhasel dengan tatapan penuh kata tak suka. Diambilnya pecahan beling yang ada tak jauh darinya kemudian diremasnya. Tak peduli telapak tangannya akan mengeluarkan banyak darah. Tujuannya saat ini adalah melampiaskan emosinya pada pecahan beling tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Double Broken
Teen FictionAku menyukai dia yang terluka. Dirinya bagaikan kaktus yang berduri dan aku bagaikan balon. Balon dan kaktus tidak dapat bersatu, sedangkan aku dan dia.. Mungkin.... Amazing cover by @katrinapradnya 9 Mei 2017