"How would you feel,
If i told i loved you?
It's something that i want to do"
How Would You Feel - Ed Sheeran
Daffa tersenyum sumringah ketika dilihatnya Laura dengan tasnya yang digendongnya dengan baik-baik di punggungnya. Sudah Daffa pastikan Laura kini akan menuju laboratorium kimia.Bergegas, kakinya diarahkannya menuju Laura. Mengendap-ngendap ketika dirinya berhasil tiba di belakang Laura dengan selamat. Dengan hati-hati, kedua tangannya teralih bermaksud mengagetkan Laura. "Hoi!" teriaknya dengan kedua tangan yang sudah berada di punggung Laura.
"Ya ampun setan, kambing, ayam, anjing, eh," pekik Laura.
Laura menoleh, dilihatnya Daffa yang kini kembali mengeluarkan cengiran kampretnya. "Lo bikin kaget aja," ujar Laura dengan sedikit nada kesal.
Menghiraukan perkataan Laura, Daffa mengarahkan pandangannya pada Laura. Jarinya ia jentikkan, "Gue tebak pasti lo mau ke lab kimia," ujarnya.
Tebakan Daffa benar. Selain muncul di berbagai tempat, menarik lengan secara tiba-tiba, ternyata Daffa sudah mempunyai hobi baru, yaitu menjadi peramal.
Laura menghela nafasnya, "Serah lu lah," ucapnya dengan acuh tak acuh.
Daffa tersenyum, tubuhnya didekatkannya lebih dekat dengan Laura. Sebelah tangannya digunakan untuk merangkul Laura. Juga kepalanya didekatkan di telinga Laura. "Gue pernah janji kan sama lo pergi ke tempat makan yang enak," tutur Daffa dengan nada suara yang terdengar jelas di telinga Laura.
Ah ya, Laura sudah lupa akan hal itu. Untung saja Daffa mengingatkannya. Sebuah cengiran terpampang di wajah Laura, "Traktir nih," ujarnya dengan nada menggoda.
Daffa terkekeh, "Ya iyalah. Mau pergi sekarang juga boleh."
Terlihat, Laura menimbang-nimbang apa yang dikatakan Daffa. "Yaudah, ntar kalo pulang sekolah aja deh," sahutnya setelah berpikir keras.
Daffa memelas, "Pulang sekolah kelamaan. Bolos yuk!" seru Daffa dengan nada yang antusias.
Seketika, mata Laura membulat sempurna. Dengan cepat, Laura menggelengkan kepalanya juga menggoyang-goyangkan kedua tangannya di depan dadanya. "Lo gila, ya? Eh salah, lo emang selalu gila." Laura berdehem kembali melanjutkan aktingnya, "Lo tambah bego, ya?"
Daffa kembali terkekeh, "Kalo udah gila mau diapain lagi. Jadi mau kan?" Kedua matanya diarahkannya menatap Laura yang kini menatapnya tak percaya. Tak lupa dengan kedipan sebelah matanya juga senyuman kampretnya.
Laura mengedipkan kedua matanya berkali-kali. Dilihatnya wajah Daffa yang kini berada beberapa senti dari wajahnya. Nafasnya ia tahan. Jantungnya berdegup begitu kencangnya. Hatinya kembali terasa ingin menggila. Perutnya bergejolak.
"Te-teman gue gi-gimana?" tanya Laura kaku.
Daffa kembali menormalkan posisi kepalanya, pandangan matanya ia arahkan ke depan. "Teman lo udah gue urus," jawabnya santai kemudian ditatapnya Laura lagi yang terlihat tak percaya akan kata-katanya. "Gak percaya? Nih gue telepon temen lo," ujarnya dengan tangan yang diarahkannya pada saku celananya mengambil ponselnya.
Jari-jemari tangannya terlihat menari-nari diatas layar ponselnya, menekan beberapa tombol dalam ponselnya. Tak lupa, jarinya menekan tombol speaker agar Laura dapat mendengarnya.
"Tenang aja Daf, nanti gue ijinin ke Bu Novi."
Mulut Laura membulat tak percaya. Tak percaya kedua sahabatnya dapat mengatakan hal tersebut. Diliriknya Daffa dengan tatapan sinisnya. Disantet pake apa Shania ama Niken? batinnya. Keterkejutan Laura bertambah ketika Daffa kembali secara tiba-tiba menarik lengannya, lagi.
![](https://img.wattpad.com/cover/103368266-288-k460667.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Double Broken
Teen FictionAku menyukai dia yang terluka. Dirinya bagaikan kaktus yang berduri dan aku bagaikan balon. Balon dan kaktus tidak dapat bersatu, sedangkan aku dan dia.. Mungkin.... Amazing cover by @katrinapradnya 9 Mei 2017