"Leave me alone to pick up the pieces"
Lindsay Lohan - Confession Of A Broken HeartEntah sudah beberapa jam Daffa terus melajukan motor miliknya dengan kecepatan tinggi, berputar-putar mengelilingi jalanan Kota Jakarta. Sebelah tangannya terus-menerus menancapkan gas motornya dengan tangan yang mengepal kuat pada pegangan motornya. Pikirannya terus-menerus memikirkan masalah yang dihadapinya kini.
Matanya memerah, menahan tangisannya. Napasnya terengah-engah seakan pasokan oksigen berkurang di sekitarnya. Pikirannya fokus untuk terus memikirkan kejadian yang baru saja terjadi. Dadanya masih sesak, melebihi kata sesak mungkin. Motornya dibelokkannya pada salah satu gang kecil dengan pencahayaan minim dari lampu jalanan.
Sepi.
Satu kesan yang terlintas di benak Daffa melihat hanya beberapa orang saja yang masih terlihat oleh matanya berjalan masuk ke dalam gang tersebut. Gas motornya ia rendahkan. Matanya menyipit, menatap beberapa bangunan yang berada di sebelah kanan dan kirinya. Matanya berhenti pada salah satu bangunan yang tak jauh dari posisinya kini dengan konsep lampu berwarna-warni sehingga terlihat mencolok dari bangunan lainnya. Ia menelan air ludahnya. Sekali lagi, maafkan aku, Ibu, gumamnya.
Satu tarikan gas motornya melajukannya ke arah bangunan tersebut. Motornya ia tepikan di ujung dari gang sempit tersebut. Helm full-face yang ia kenakan, digantungnya pada setang motornya. Ia menatap bangunan tersebut, melihat tulisan bergaya hand drawn dengan dihiasi lampu berwarna merah mudah yang bertuliskan Lounge Night Club. Tulisan tersebut sudah jelas menandakan jenis dari tempat tersebut.
Kedua kakinya dilangkahkannya secara ragu-ragu tempat tersebut. Matanya sedikit membelalak melihat kegiatan-kegiatan yang terjadi di depan matanya ketika dirinya telah memasuki klub malam tersebut. Telinganya disuguhkan dengan dentuman musik yang sangat keras. Kedua matanya disuguhi oleh beberapa ladies night yang menari dengan tarian erotis juga beberapa yang sedang menggoda pengunjung-pengunjung didalamnya.
Kedua matanya ia katupkan sembari menggelengkan kepalanya sejenak. Kakinya diarahkannya pada bar yang kini sedikit tak ramai akibat beberapa pengunjung yang lebih memilih menuju ke ruang tarian sambil memegang bagian-bagian sensitif dari wanita oleh pria-pria bermata keranjang dengan senyuman genitnya.
"Hey babe, wanna do something for me?" tanya salah satu ladies night dengan nada genitnya sembari mengigit bawah bibirnya juga memainkan rambutnya, sebelah tangannya ia gunakan menjelajahi leher Daffa.
Daffa segera menepis tangan wanita yang mengenakan mini dress ketat tersebut dengan kasarnya. Tatapan nanarnya ia layangkan pada wanita tersebut, "Lo sama aja kayak Ayah gue. Sama-sama murahan," geramnya.
Tangan wanita itu menjalar, mengaitkannya di leher Daffa sembari memasang wajah manjanya. Wanita tersebut mendesah, "C'mon babe!"
Kembali, Daffa melepaskan kedua tangan wanita tersebut dengan kasarnya. Tatapan matanya masih memancarkan kebenciannya. Naik pitam akan apa yang dilakukan wanita tersebut. "Gue emang gak mukul perempuan, tapi gue bakal hajar lo kalo lo macem-macem, lagi." Suaranya memancarkan ketegasan pada setiap kata yang diucapkannya. Tangannya mengepal dengan kuatnya, bersiap dilayangkannya pada wanita tersebut.
Wanita tersebut kemudian berbalik, berjalan meninggalkan Daffa tanpa menyadari dosa yang dibuatnya.
Daffa kembali mengarahkan kakinya pada bar yang tadi ditujunya. Tidak menggubris wanita yang tadi menganggunya tersebut. Pikirannya kalut, masih terus memikirkan hal-hal yang baru saja terjadi. Matanya masih memerah, menahan tangisan yang masih saja hendak keluar dari pelupuk matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Double Broken
Teen FictionAku menyukai dia yang terluka. Dirinya bagaikan kaktus yang berduri dan aku bagaikan balon. Balon dan kaktus tidak dapat bersatu, sedangkan aku dan dia.. Mungkin.... Amazing cover by @katrinapradnya 9 Mei 2017