"Am I wrong for wanting us to make it?"
Zayn - IT's YoU
Niken menggaruk-garuk rambut pendeknya yang sama sekali tidak gatal. Kepalanya ia arahkan ke kanan dan ke kiri secara bergantian bertujuan mencari-cari salah satu dari kedua orang sahabatnya.
Namun, usahanya nihil, ia tidak mendapati salah seorang dari kedua sahabatnya itu. Nafasnya ia hembuskan, berusaha menahan rasa kesalnya. Entah kenapa kedua sahabatnya itu selalu meninggalkannya.
Disisi lain, Farel sebuah senyuman merekah di wajahnya ketika dirinya tak sengaja mendapati Niken yang kini mengarahkan pandangannya ke arah kiri dan kanan secara bergantian. Dengan cekatan, kedua tangannya digunakan merapikan seragam sekolahnya tak lupa mengusap-usap seragamnnya yang terlihat kotor. Kakinya ia arahkan menuju Niken disertai juga dengan helaan nafas meyakinkannya.
"Lagi ngapain?" tanyanya ketika dirinya berhasil berdiri disamping Niken yang masih terlihat sibuk mengedarkan pandangannya. Kedua matanya memandang wajah Niken dari posisinya kini.
Niken menoleh ke arah dimana suara itu berasal. Terkejut, hampir saja dirinya mendorong Farel yang kini menatapnya dengan tatapan polosnya. "Lo ngagetin aja," balasnya dengan nada yang sedikit terkejut juga sebelah tangan yang mengusap-usap dadanya.
Farel membalikkan kepalanya, menatap lapangan basket yang kini dipenuhi oleh siswa-siswi yang tengah sibuknya bermain basket. Matanya sedikit melirik Niken yang masih membelalakkan matanya dengan santainya, "Lonya aja yang gak nyadar," sahutnya.
Ketika dipastikannya nafasnya berangsur normal, ditatapnya Farel dengan tatapan kesalnya, "Lagian lo juga muncul kek setan aja. Gue tabok baru tahu rasa," ujarnya dengan tangan kanan terkepal yang bersiap dilayangkan di wajah Farel.
Dengan cepat, Farel memundurkan tubuhnya dengan satu langkah kaki. Kedua tangannya sigap diangkatnya tepat di bawah wajahnya bertujuan menghalangi pukulan dari Niken. "Eh jangan dong," ujarnya sambil memperlihatkan gigi-giginya, tersenyum secara paksa.
Niken menurunkan tangannya yang tadi diniatkannya untuk memukul wajah Farel. Matanya kembali ia edarkan, oh bukan untuk mencari sahabatnya tetapi mencari sahabat dari cowok disampingnya kini. Tidak ada. Sahabat dari Farel juga saat ini hilang entah kemana. Ditatapnya Farel dengan sebelah alis yang terangkat, "Temen lo pada kemana?"
Bagian bawah bibir Farel ia majukan dengan kedua alis yang tertaut. Matanya ia arahkan, menatap Niken dengan tatapan rendah diri, "Hidup gue miris banget, sahabat gue semua pada sibuk sendiri. Gak ada yang inget gue," ujarnya dengan akting layaknya dirinya sedang menitihkan air mata juga tak lupa dengan jarinya yang ia usap dibawah matanya seakan dirinya menghapus air matanya.
Kedua mata Niken menatap Farel dengan tatapan aneh sekaligus jijik. Diarahkannya pandangannya kembali lurus ke depan kemudian menghembuskan nafanya, "Lo gak sendiri, gue juga kek gitu. Mungkin memang takdir yang mengatakan kalo sahabat kita selalu lupain kita."
Farel membenarkan argumen dari Niken tersebut dengan menganggukkan kepalanya. Ditatapnya Niken yang kembali pada aktivitasnya mencari-cari keberadaan kedua orang sahabatnya dari posisinya lagi dengan wajah tak berdosanya.
Kedua tangannya ia sembunyikan di balik punggung sambil bertautan satu sama lain. Mulutnya ia dekatkan ke telinga kiri Niken, "Sampe kapan mau nyari temen lo?" tanyanya dengan senyuman kecilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Double Broken
Teen FictionAku menyukai dia yang terluka. Dirinya bagaikan kaktus yang berduri dan aku bagaikan balon. Balon dan kaktus tidak dapat bersatu, sedangkan aku dan dia.. Mungkin.... Amazing cover by @katrinapradnya 9 Mei 2017