Part 10

6.5K 384 50
                                    

"A smile, a laugh everyday of my life
My heart can't possibly break"
Because Of You - Kelly Clarkson


Laura duduk di tepi lapangan dengan kedua kaki bersila juga meremas tangan Shania. Kakinya gemetar karena tak lama lagi namanya akan dipanggil.

"Laura Pranata," ujar Pak Azis yang duduk di kursi kebesarannya dengan mata yang melirik Laura kemudian kembali fokus ke daftar nilai yang dipegangnya.

Laura gemetar. Jantungnya memompa darah lebih cepat. Ia ragu-ragu. Apakah ini yang dinamakan cinta? Eh salah, ya.

Laura melangkahkan kakinya menuju lapangan bulutangkis dengan raket yang dipegangnya.

Ia berdiri tepat disamping Niken yang terlihat biasa-biasa saja karena olahraga adalah pelajaran favorit Niken.

Peluit dari Pak Azis terdengar. Kok bulutangkis dilemparkan oleh Rahma dari regu lawan Laura.

Dengan sigap, Niken menangkas perlawanan dari regu lawan itu. Sedangkan Laura yang tak tahu menahu dengan olahraga bulutangkis hanya diam dan sesekali menghindar.

---------

Daffa mematikan ponselnya karena merasa bosan bermain game terus. Ya, saat ini Pak Sudirman, guru Fisika tidak hadir dikarenakan hal yang Daffa tidak ketahui dan juga tidak pedulikan menyebabkan kelasnya menjadi heboh akibat free class.

Ia menoleh ke arah dua sahabatnya yang sedang duduk di lantai samping meja paling pojok, dilihatnya kedua sahabatnya sedang sibuk bermain Clash Royale.

"Gue keluar dulu, bosan gue di kelas," ujar Daffa kepada kedua sahabatnya.

Aryo dan Farel hanya diam. Raut wajah mereka terlihat sangat fokus dengan game andalan para lelaki itu. Mereka sama sekali tak menghiraukan keadaan sekitarnya.

Tak lama, ia mengerang kesal melihat kedua sahabat tak menggubris apa yang dikatakannya, "Kalian berdua ya, kalian butuh gue atau Clash Royale sih?" Pertanyaan Daffa yang terlihat seperti pernyataan.

Dengan rasa yang sedikit kesal, ia meninggalkan kelasnya. Juga tak lupa kedua sahabatnya masih sibuk bermain Clash Royale.

Ia melangkahkan kakinya ke arah lapangan bulutangkis berniat duduk di taman dekat lapangan bulutangkis tersebut. Matanya tak sengaja menatap Laura yang tengah bermain bulutangkis. Sepertinya bukan main bulutangkis tapi jadi perusak permainan.

Sebuah ide gila nan menyenangkan menurutnya muncul dalam benaknya. Ia menyunggingkan senyum cengirannya, tak lupa melangkahkan kakinya di tepi lapangan dekat dengan dimana Laura berdiri saat ini.

Masih sama seperti tadi, Laura tetap diam sambil sesekali menghindar juga mengayunkan raketnya sembarangan. Ia menatap kok yang melambung tinggi ke arahnya.

"AYO PIPI BAKSO SEMANGAT!" teriak Daffa sambil bertepuk tangan dengan raut wajah yang antusias juga senyuman yang tak hilang dari wajahnya.

Laura menghela nafas, ia melirik cowok itu sekejap. Ia tahu orang itu adalah Daffa. Seketika dadanya bergerak naik turun, wajahnya memerah, teman-temannya tertawa sambil ikut bersorak.

"HAHAHAHAHA PIPI BAKSO."

"Laura ternyata bisa juga ya."

Double BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang