Part 8

7K 389 100
                                    

"The fault, the blame, the pain still there
I'm here alone inside of this broken home"
Broken Home - 5 Seconds Of Summer

***


Kringgg....kringgg...

Bel tanda istirahat berbunyi menandakan pelajaran Bahasa Indonesia yang cukup membosankan berakhir. Laura merentangkan tangannya berniat merenggangkan otot-otot tangannya, "Akhirnya, guru pembunuh itu dah keluar," soraknya dengan riang.

Baginya, Bu Hatijah adalah guru pembunuh karena tatapannya yang sangat tajam yang jika didefinisikan sebagai hewan sama seperti hiu yang dapat menerkammu kapan saja juga mulutnya yang terus saja mengomel dengan suara yang terlihat seperti marah dan jangan lupa ia sungguh disiplin, tidak ada tapi-tapi bagi siapapun yang tidak mengerjakan tugas juga terlambat masuk kelasnya.

Shania terkekeh kemudian menyunggingkan senyum manisnya, "Sekarang tanggal berapa ya?" tanyanya dengan raut wajah yang riang juga antusias.

Niken memelas lalu memutar bola matanya, "Yee goblok. sekarang tanggal enam, tahu bulat." Jari telunjuknya ia gunakan untuk menyentil dahi Shania.

"Jadi......" ujarnya dengan antusias.

Tak lama, Laura dan Niken saling melirik satu sama lain tak mengerti. Laura menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal sedangkan Niken menatap Shania heran.

Melihat wajah bingung kedua sahabatnya, ia kemudian mengerucutkan bibirnya. "Ish kalian tuh ya gak peka banget sih. Sekarang tanggal 6, hari mensive gue," ujarnya dengan raut wajah yang berpura-pura sebal.

Oh iya ya, gumam Laura.

Laura lalu memeluk Shania, "Uuuu tanyank, happy mensive nak semoga langgeng ama Safat," ujarnya dengan raut wajah yang sengaja ia dramatiskan.

Jari telunjuk Niken kembali terulur menyentil dahi Shania, "Happy mensive tahu bulat semoga langgeng ama tahu normal," ujarnya lalu tertawa sejenak.

Laura tersenyum kecil melihat betapa bahagianya Shania saat ini. Laura tahu Shania sangat mencintai Safat begitu juga dengan Safat. Menurutnya, Shania dan Safat merupakah salah satu pasangan paling goals yang ada.

Niken beranjak dari bangkunya, "Laura lu mau ke kantin gak?" tanyanya dengan mata yang menatap Laura yang masih duduk di bangkunya.

Laura menangguk dan berdiri dari duduknya. Badannya ia tundukkan, "Semoga berhasil ye," bisiknya tepat di telinga Shania yang membuat Shania menarik sudut-sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman.

Niken dan Laura berjalan beriringan menuju kantin sedangkan Shania yang masih berada dalam kelas terlihat mempersiapkan hadiah yang akan diberikan untuk Safat.

"Anak gue ya, langgeng banget ama Safat. Gue kapan ya kek gitu?" gumam Laura lebih pada diri sendiri sambil membayangkan sesuatu yang sama sekali tidak jelas.

Niken tak tahan untuk mendorong kepala Laura hingga akhirnya ia lakukan, "Makanya jangan stuck terus ke orang gak punya hati kek dia," ujarnya dengan mulut yang berakting layaknya dia akan muntah.

Kedua alis matanya ia tautkan, "Gak nyadar diri," ujar Laura dengan santainya.

"Gue mah nyantai-nyantai aja yakan," ujarnya dengan raut wajah juga nada yang angkuh.

Double BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang