"Sudah lupakan segala cerita
Antara kita
Ku tak ingin, ku tak ingin
Kau terluka karena cinta"
Serba Salah - Raisa
Laura mematikan mesin motornya pada salah satu parkiran sebuah minimarket. Dinginnya angin malam sehabis hujan deras sore tadi, membuatnya merekatkan posisi jaket yang ia kenakan di tubuhnya.Kedua kakinya teralih masuk ke dalam minimarket tersebut. Air hujan yang masih tersisa di jalanan membasahi kakinya yang hanya mengunakan sendal jepit, namun ia sama sekali tak peduli. Sejenak, ia berhenti menghembuskan napasnya perlahan lalu kembali melangkahkan kakinya.
Sebelah tangannya terangkat mendorong pintu masuk dari minimarket tersebut. Kedua tangannya lalu dijejalkannya pada saku jaketnya.
Kakinya terarah pada stand tempat dimana berbagai jenis mie kemasan sachet berada. Bibirnya mencibir sembari melihat-lihat beberapa jenis mie yang terdapat disitu. Tangannya kemudian mengambil mie yang menarik perhatiannya untuk dimakan.
Tubuhnya ia balikkan berniat melangkah menuju kasir. Sebelah tangannya sudah memegang tigas sachet mie yang bersedia untuk dibayarnya. Namun, tubuhnya membeku sesaat melihat seseorang yang hampir saja ditabraknya.
Kedua matanya terbelalak sedikit terkejut, "Da-Daffa?"
Daffa menelan air ludahnya. Ia kembali meletakkan tangannya dalam saku jaketnya. Matanya menatap Laura sejenak kemudian berbalik. Tetapi sebelum dirinya benar-benar berbalik, lengannya ditahan oleh Laura membuatnya kembali pada posisinya seperti tadi. Ia tak mengerti apa yang menyebabkan Laura sekuat itu dapat menahannya kini.
Laura menatap Daffa dari bawah hingga ke atas. Sudut-sudut bibirnya sedikit terangkat, "Ka-kamu, ka-kamu." Bibirnya sedikit kalang kabut mengeluarkan suaranya.
Daffa masih terdiam. Mulutnya terus-menerus dikatupkan rapat-rapat. Berniat mengeluarkan suara, namun tak tahu apa yang harus dikatakannya.
Tangan Laura kembali menahan lengan Daffa sehingga Daffa kembali berdiri pada posisinya seperti tadi. "Pleasee..aku cuman mau bicara sebentar aja. Kasih aku waktu lima menit aja, pleasee.." tuturnya memohon.
Daffa menatap Laura lekat-lekat. Rasa tak tega mulai menjalar di tubuhnya membuatnya menunduk dan menghela napasnya. Kepalanya kemudian ia anggukan kemudian menarik lengan Laura sehingga mie yang tadi dipegang Laura terburu-buru Laura lepaskan. Sudah lama dirinya tak menarik lengan Laura lagi.
Ia duduk di trotoar di depan minimarket tersebut, disusul oleh Laura yang ikut terduduk. Mulutnya masih terkatup rapat-rapat. Matanya lurus memandang ke depan.
Laura memandang Daffa beberapa saat, berharap cowok disampingnya dapat mengeluarkan suaranya. Tak lama dirinya mendengus pelan, "Ish, bicara kek. Jangan diem mulu!" tuturnya dengan nada kesal.
Daffa tetap diam. Matanya terus menatap ke depan, menunggu apa yang selanjutnya akan dikatakan Laura.
Laura terdiam beberapa saat. Tak ada lagi ocehan yang dikeluarkan dari mulutnya karena ia sudah tahu Daffa tak akan menggubrisnya.
"Aku udah tau alasan kamu jauhin aku." Laura menelan air ludahnya, matanya mengamati Daffa dengan intens. "Karena Ayah kamu, kan?"
Sedikit terkejut, namun berusaha Daffa sembunyikan. Matanya terus-menerus menatap jalan raya kota Jakarta pada malam hari. Bibirnya masih terkatup rapat dengan maksud agar Laura menyelesaikan seluruh penjelasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Double Broken
أدب المراهقينAku menyukai dia yang terluka. Dirinya bagaikan kaktus yang berduri dan aku bagaikan balon. Balon dan kaktus tidak dapat bersatu, sedangkan aku dan dia.. Mungkin.... Amazing cover by @katrinapradnya 9 Mei 2017