"I don't like the way he's looking at you"
Jealous - Nick Jonas
Kedua tangan Anggi semakin terkepal dengan kuatnya. Dadanya terus bergerak secara naik-turun. Tatapan matanya tajam, menatap kedua orang yang mengalihkan dunianya. Giginya ia gertakkan.Tatapan matanya yang tajam terus menatap Laura dan Daffa yang kini tengah bercanda ria di salah satu bangku yang terbuat dari semen yang disediakan oleh sekolahnya. Kedua matanya tidak ia biarkan terlewatkan oleh satu adegan sedikit pun yang diperlihatkan mereka.
Ia tahu dulu ia memang salah. Ia menyia-nyiakan Daffa yang selalu setia di sisinya. Namun, apakah itu salah jika mengharapkan dia kembali seperti dulu lagi? Salahkah itu? Jujur, bisa dikatakan jika dirinya menyesal akan perlakuannya pada Daffa dulu.
Mengingat itu, tatapannya berubah menjadi tatapan iba kepada dirinya sendiri. Matanya masih menatap Laura juga Daffa sembari berpikir-pikir. Apa gue pantas, ya? batinnya. Pantaskah dirinya bersanding dengan Daffa?
Di sisi lain, Laura terkekeh sehabis mendengar lelucon yang diutarakan Daffa. Tangan kanannya teralih memukul-mukul lengan Daffa sambil sesekali tangan kanannya mendorong kepala Daffa dengan gerakan pelan. "Sumpah, garing banget," ungkapnya di sela-sela tawanya.
"Gapapa garing yang penting kamu ketawa," tutur Daffa dengan santai. Ia mengelus-elus lengannya yang terkena pukulan dari Laura disertai dengan tatapan jengah yang dilayangkan pada Laura, "Eh anjir, udahan mukul lengan aku. Ntar kalo tulangnya patah, kan gak bisa meluk kamu."
Laura menyeka air mata yang tak sengaja keluar dari pelupuk matanya. Dirinya tak berniat mengindahkan ucapan dari Daffa, walaupun sebenarnya suasana hatinya mendengar ucapan itu seolah-olah meloncat-loncat riang.
Ia menolehkan kepalanya, memandang Daffa, "Sekarang biar aku yang ngegombal." Pandangan matanya mengarah pada kedua sepatunya, memikirkan kata-kata yang akan diutarakannya. Ia berdehem ketika kata-kata menarik baginya muncul di otaknya. Ditatapnya Daffa disertai dengan senyuman genitnya, "Cinta aku ke kamu itu sama kayak kecoak, gak akan punah dimakan zaman," tuturnya.
Daffa menatap Laura heran kemudian tertawa kecil, "Gombalan menakutkan, tapi aku suka," tuturnya. Kembali ia menatap Laura jengah, "Masa aku disama-samain dengan kecoak? Kecoak mah harus dibasmi," omelnya.
Laura mencibir, "Kecoak punya hak untuk hidup," tegasnya.
Daffa tak menggubris ucapan Laura lagi. Biarlah untuk kali ini Laura menang, asalkan kecoak tidak muncul dihadapannya. Kedua tangannya teralih mencubit kedua pipi tembem Laura, "Oh Pipi bakso, oh pipi bakso!" Daffa bersenandung. "Mau makan bakso?" tanyanya masih dengan senandungnya.
Laura tersenyum sumringah. Kedua tangannya digunakannya menyingkirkan tangan Daffa yang masih mencubit pipinya. "Kalo makanan, masa mau ditolak," ujarnya dengan seringaian yang terlihat jelas di wajahnya.
Daffa berdiri disusul oleh Laura yang juga ikut berdiri. "Kuy! Tenang aja, nanti aku yang bayar," tuturnya sembari tangan kiri yang menunjuk pada dirinya sendiri.
Laura mengangguk dengan antusias. Langkah kakinya ia arahkan menuju kantin terlebih dahulu dari Daffa dengan semangatnya.
------
Rhasel melepaskan tas yang dikenakannya secara sembarangan di kamarnya. Bokongnya ia daratkan di sofa yang ada dalam kamarnya itu. Tangan kanannya teralih mencari-cari keberadaan remot televisi di sofa tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Double Broken
Подростковая литератураAku menyukai dia yang terluka. Dirinya bagaikan kaktus yang berduri dan aku bagaikan balon. Balon dan kaktus tidak dapat bersatu, sedangkan aku dan dia.. Mungkin.... Amazing cover by @katrinapradnya 9 Mei 2017