Part 39

2.2K 166 35
                                    

"Namun bila ku mulai sadar, dari sisa mabuk semalam
Perihnya luka ini semakin dalam ku rasakan"
Diary Ekspresiku - Last Child

Laura terduduk di pinggir kasur kamar kedua orang tuanya sembari membereskan beberapa barang untuk dimasukkan ke dalam tas yang berukuran besar. Laura berdecak kesar kemudian menatap kedua orang tuanya secara bergantian yang kini sedang sibuk mempersiapkan diri mereka. Ia memelas, "Kalian gak mau bawa aku sekalian?" Ia mencibir.

Papanya yang ikut memasukkan beberapa barang dalam tas besarnya, menengadah, menatap Laura. "Ya kan, kamunya sekolah. Ini juga Papa sama Ibu mau pergi karena ada acara," jelasnya disertai dengan senyuman kecilnya.

Kembali, Laura mencibir. Ia memasukkan beberapa oleh-oleh yang ditujukan untuk tantenya. "Lagian aku kangen sama Rino, udah lama banget gak ketemu," ujarnya dengan senyum antusias sambil membayangkan wajah imut dari Rino yang masih berumur satu tahun.

"Cuma sehari aja juga," tutur ibunya yang sibuk menghias dirinya.

Kedua orang tuanya akan pergi ke rumah tantenya yang berada di Tasikmalaya. Tantenya memang mengadakan acara keluarga yang mengundang seluruh keluarga dari ibunya untuk hadir dalam acara tersebut. Tantenya yang bernama Tante Gisel merupakan adik kandung dari ibunya. Ia memang baru-baru menikah dan masih dikaruniai oleh seorang anak laki-laki yang menurut Laura sangat imut.

Gerakan tangan papanya teralih mengancing tas berukuran besar yang dipenuhi oleh berbagai jenis makanan dan minuman tersebut. Tas tersebut yang tadinya berada di pinggir kasur tidurnya, kemudian ia letakkan di bawah kasurnya. Tubuhnya beralih duduk disamping anaknya dimana tas tersebut tadi diletakkannya. Ia menatap anaknya dengan senyuman menghangatkan, "Besok malam Papa sama ibumu bakal balik, kok. Besok pergi sama pulang sekolah naik go-jek ya," pesannya disertai dengan tangannya yang digunakan mengelus-elus rambut Laura.

Laura mengangguk dengan pasti? "Hooh, gampang itu mah. Oleh-oleh?" tanyanya dengan seringaiannya.

"Nanti Ibu beliin. Kamu jaga diri. Tutup pintu sama pagar kalau udah pergi sekolah sama pulang sekolah. Kalau mau makan, jangan keluar rumah, di kulkas banyak makanan tinggal diambil aja," tutur ibunya yang Laura sendiri tidak tersadar kapan ibunya berada di depannya.

Laura berdiri memeluk papanya juga ibunya secara bergantian. "Salam sama Tante, Om, dan Rino, ya!" pesannya pada kedua orang tuanya dengan senyuman kecilnya.

"Gak takut dirumah sendirian, kan?" tanya ibunya dengan raut wajah khawatir.

Dengan cepat, Laura menggeleng. "Aku bukan bocah kecil yang percaya sama gitu-gituan. Udah mau jadi anak kuliahan juga," tuturnya sembari tertawa kecil.

Papanya hanya menggelengkan kepalanya kecil, "Hati-hati loh, nak!" tuturnya kemudian beralih mengangkat tas berukuran besar itu. Ia berjalan menuju garasi mobilnya diikuti oleh isterinya juga anaknya.

Laura melambaikan tangannya ketika kedua orang tuanya telah berlalu menuju rumah tantenya yang berada di Tasikmalaya dengan senyuman kecilnya. Matanya terus mengekor ke arah mobil berwarna hitam yang ditempati kedua orang tuanya hingga mobil tersebut hilang dari pandangannya.

Kedua tangannya ia gunakan menggeser pagar besinya, tak lupa memguncinya. Kakinya ia seret menuju kamarnya. Ia berbaring di atas kasurnya sembari menghela napasnya secara perlahan. Tangannya digunakannya untuk membuka laptopnya berniat menonton film yang baru saja diunduhnya. Posisi tidurnya ia ubah menjadi tengkurap dengan kedua mata yang fokus pada layar laptopnya.

Baru saja Laura akan membuka film yang baru saja diunduhnya, terdengar bunyi bel dari luar. Ia berdecak kesal, "Anjir. Kalo ada barang ketinggalan gausah mencet bel kali, Pa," geramnya dengan kesal. Kedua orang tuanya sebenarnya tak perlu memencet bel dikarenakan kunci rumah juga dibawa mereka.

Double BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang