Part 3

9.7K 643 126
                                    

"Cause i don't wanna wasting my time alone
I wanna get lost and drive forever you
Talking 'bout nothing yeah, whatever baby"
Long Way Home - 5 Seconds Of Summer

***

Seorang cowok berjalan berbolak-balik di kamarnya tampak memikirkan sesuatu. Ya, cowok itu adalah cowok yang ditemui oleh Laura kemarin di Stadion. Pikiran cowok itu tidak lepas dari bayangan Laura sejak dia mengantarnya pulang ke hotel tempatnya menginap.

Kemarin, cowok itu sudah menurunkan Laura di stadion. Namun, karena teriknya sinar matahari kala itu ia tak tega membiarkan cewek itu berjalan kaki menuju hotel tempatnya menginap. Oleh karena itu, ia menyuruh cewek itu masuk kembali ke dalam mobil miliknya dan membiarkannya mengantarnya menuju hotel tempatnya menginap.

"Argghhh," geramnya sambil menjambak rambutnya, frustasi.

Ia berjalan ke arah dimana tasnya ia tempatkan. Matanya melirik jam di tangan kanannya, sudah jam 8 dan kelasnya akan dimulai jam 9. Ia memasukkan beberapa buku di tasnya dan tak sengaja sebuah foto jatuh dari tasnya. Ia melirik foto itu dan mengambilnya. Foto itu, foto itu adalah foto yang tak sengaja jatuh dari tas cewek yang ia temui kemarin. Foto dimana cewek itu memegang bunga beserta tulisan "Makasih sayang" yang terdapat di bawah fotonya.

Ia mengamati foto cewek itu dengan teliti. Dari lubuk hatinya, ia ingin menemui cewek itu sebelum cewek itu pulang ke Indonesia. Namun, otaknya berpikir lain, toh dia juga baru ketemu sama dia kemarin dan itu juga cuma insiden kecil saja.

Akhirnya, ia menghembuskan nafasnya. Kini waktunya ia mengikuti kata hatinya. Ia mengambil tasnya tak lupa juga kunci mobilnya. Mobilnya melaju ke arah hotel tempat cewek itu tinggal.

Ia berlari kecil ke arah hotel itu. Langkah kakinya terhenti di front office hotel itu. Pelayan hotel itu menyambutnya dengan ramah.

Pelayan hotel itu tersenyum, "Si alguen que puedo ayudarle?" (Apakah ada yang bisa saya bantu?) tanya pelayan hotel itu dengan ramah.

Kedua tangan cowok itu ia tautkan di meja front office hotel itu juga dengan badan yang bersangga pada meja itu. Dia lupa, dia sama sekali tidak tahu menahu tentang nama cewek itu. Ya, mereka tidak pernah saling mengenal.

Ia menggaruk kepalanya yang sama sekali tak gatal. Ia bingung harus berkata apa. "Busco una chica se efrentaron a Asia, la edad más o menos la misma edad que soy, la altura del hombro, delgada, casi blanco de piel, pelo largo hasta la cintura, se quedó en ella hotel, y hoy volvió a casa," (aku mencari seorang gadis berwajah Asia, umurnya kira-kira seumuran aku, tingginya sebahu aku, kurus, kulit agak putih kecoklatan, rambutnya sepinggang, dia menginap di hotel ini, dan hari ini dia pulang) jelasnya sambil terlihat berpikir-pikir.

Pelayan hotel itu terlihat sedikit bingung, "Lo siento,"(aku minta maaf) tuturnya dengan nada sedikit bersalah, "pero, ¿podría mencionar su nombre?"(tapi, bisakah anda menyebutkan nama gadis itu?"

Cowok itu menggaruk kepalanya yang sama sekali tak gatal. Ia bingung ingin berkata apa. Dirinya sama sekali tidak pernah berkenalan dengan cewek itu. Tangannya ia jejalkan di saku celana dan sesuatu yang mengganggu keberadaan tangannya ia ambil. Foto itu, foto yang merupakan milik cewek itu, foto yang terdapat cewek itu dalamnya. Ia memberikan foto itu ke arah pelayan itu.

Pelayan itu mengambil foto itu dengan ramah. Ia mengamati foto itu lebih jelas kemudian tersenyum. Ia mengembalikan kembali foto itu kepada cowok itu, "La chica se había ido hace una hora al aeropuerto, que estaba hablando con ella, le dijo que su vuelo a las 9," (gadis itu sudah pergi sekitar sejam yang lalu ke bandara, aku sempat berbincang-bincang dengan gadis itu, katanya penerbangannya jam 9) jelasnya.

Double BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang