Part 15

4.1K 251 45
                                    

"Well, you drive me crazy half the time
The other half i'm only trying
To let you know that what i feel it true"
I'm Only Me When I'm With You - Taylor Swift

Laura menarik-narik lengan ibunya dengan antusias, "Ibu ke Gramed." Kedua tangan Laura ia gunakan menarik-narik lengan ibunya.

"Kamu ke Gramed sendiri aja, Ibu mau liat-liat baju, sapa tau ada nangkring di hati," ujar ibunya dengan sedikit kekehan.

Laura terlihat memikir-mikir lalu kemudian menghela nafasnya, "Yaudah," jawabnya.

Ibunya kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya. Matanya ia alihkan ke arah tas yang ia kenakan bertujuan mengambil dompetnya.

"Gak usah, Bu," sergah Laura. Sebelah tangannya mengangkat tas kecil yang ia kenakan, "Aku punya uang kok," ujarnya dengan santai.

Dompet ibunya kembali ia masukkan ke dalam tas yang dibawanya. Matanya kembali melirik anak semata-wayangnya, "Jangan lupa telepon Ibu nanti," pesan ibunya.

Sebuah senyuman terukir di wajah Laura. Kedua tangannya terulur memeluk ibunya dengan riang, tak lupa ia mencium pipi ibunya kemudian beranjak berlalu menuju toko buku yang cukup terkenal itu.

Kedua kaki Laura ia arahkan menuju toko buku Gramedia yang terdapat di ujung salah satu mall di Jakarta yang ia kunjungi kali ini. Sebuah senyuman antusias menyungging di bibir Laura.

"AYO PIPI BAKSO SMANGAT JALAN TANPA PAMRIH!"

Seketika, senyuman Laura memudar dari wajahnya tergantikan dengan raut wajah sebal. Suara itu, dia kenal sekali dengan suara itu. Terlebih lagi dengan sebutan yang disebutkan oleh suara itu.

Daffa

Satu kata tersebut terlintas di benak Laura. Kejadian di sekolah beberapa hari yang lalu terulang lagi di mall, bahkan lebih memalukan lagi.

Langkah kakinya ia percepat menuju ke arah dimana tujuannya sebelumnya. Tak lupa, kedua tangannya ia tempelkan ke kedua telinganya berusaha agar dirinya tidak mendengar teriakan dari cowok setengah gila itu.

"JALAN TERUS PIPI BAKSO, JALAN TERUS!"

Namun ternyata usaha Laura sia-sia saja, telinganya masih saja mendengar suara cowok itu. Kepalanya ia tundukkan menatap sepasang sepatu Converse merah yang kali ini dipakainya. Sebuah ide cemerlang terlintas dalam benak Laura.

Dengan sigap, ia melepas sebelah sepatunya kemudian tubuhnya ia balikkan. Ia memicingkan matanya, mengira-ngira posisi lemparan sepatu yang tidak akan mengenai pengunjung lain.

Diujung sana, Daffa terkekeh memperlihatkan gigi-gigi putihnya. Kemudian, kedua bola matanya membulat sempurna ketika sepatu Converse berwarna merah melayang ke arahnya. Dengan cekatan, Daffa menangkap sebelah sepatu yang ia sudah yakini milik dari Laura tepat di depan matanya.

Perasaan sebal Laura semakin bertambah ketika dilihatnya Daffa dapat menangkap lemparan sepatunya. Ia menggaruk-garuk rambutnya dengan kasar.

Lalu, Laura teringat sesuatu. Sepatunya, sebelah sepatu yang ia kenakan ada di tangan Daffa. Ia yakin Daffa tidak akan membiarkannya mendapatkan sepatunya secara cuma-cuma.

Tanpa disuruh, Laura berlari ke arah Daffa, "SEPATU GUE, KEMBALIIN," teriak Laura disela-sela larinya.

Sebuah senyuman seringaian terbersit di wajah Daffa. Ia membalikkan tubuhnya, berlari agar Laura tak bisa mendahuluinya. Gigi-gigi putihnya dia perlihatkan dalam larinya.

Double BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang