"What would you do
If you are the one"
Thinking Of You - Katy PerryShania dan Niken menatap Laura yang kini berada di depan mata mereka secara intens juga butuh penjelasan. Kedua tangan mereka ditautkan tepat di depan dada mereka. Tak lupa dengan wajah yang datar sedatar yang mereka bisa.
Laura menunduk, ditatapnya meja berwarna merah yang saat ini tidak disediakan semangkuk bakso kesukaannya. Jari-jemarinya ia mainkan, gugup. Dirinya tetap menunduk, sama sekali tak berani menatap kedua sahabatnya yang memberinya tatapan menyeramkan menurutnya.
Niken menghela nafasnya. Lidahnya ia arahkan pada susunan gigi geraham bagian atasnya. Ditatapnya Laura dengan sedikit tatapan muak. Sebelah kakinya ia hentakkan tepat disamping kaki Laura sehingga membuat Laura terkejut.
Secara perlahan, Laura mengangkat kepalanya dengan raut wajah ragu-ragu juga takut. Air ludahnya ditelannya. Ia menatap kedua sahabatnya dengan ragu-ragu. Jari-jemarinya masih ia mainkan lebih kuat.
Shania berdehem, "Jadi gini, gue gak mau kebanyakan basa-basi. Sejak kapan lo bisa pacaran sama Daffa?" tanyanya dengan serius. Kedua matanya masih menatap Laura dengan intens juga penuh penjelasan.
Sudah diduganya sahabatnya akan menanyakan hal itu. Laura menelan ludahnya. Mulutnya terbuka berniat menjawab pertanyaan dari Shania sebelum Shania kembali berbicara. "Oh ya, gue ingat. Pasti setelah lo tau kalo lo suka sama Daffa, kan?" Kedua sudut bibir Shania tertarik membentuk sebuah senyuman setelah pernyataan tersebut dikeluarkannya dari otaknya.
Mata Laura membulat. Dengan cekatan, kedua tangannya digoyang-goyangkannya di depan dadanya juga kepalanya yang ia gelengkan.
"Gue tau. Pasti kemarin, kan? Pas si Daffa ngajak lo bolos?" tanya Niken setelah dipikir-pikirnya berulang kali.
Laura menundukkan kepalanya. Mendengar itu, ia memelas. Anju, Niken tau segalanya batinnya. Kembali, diangkatnya kepalanya menatap kedua sahabatnya dengan ragu-ragu, "I-iya," jawabnya dengan nada gelagapan.
Kedua tangan Shania dihentakkannya di meja merah didepannya. Kepalanya ia dekatkan ke Laura, "Gimana ceritanya? Dia nembak lo atau lo yang nembak dia?" Kedua mata Shania berbinar memancarkan keantusiasannya.
"Eh anjir sante sedikit napa," pekik Laura.
Shania tersenyum kikuk, ditatapnya kedua sahabatnya bergantian dengan raut wajah malu. Kepalanya ia mundurkan. Kembali dinormalkan tubuhnya seperti semula. Dilihatnya Laura dengan tatapan membutuhkan penjelasan.
"Gue minta maaf sama kalian berdua. Iya, gue salah. Kemarin gue gak langsung ngabarin kalian. Ya mau gimana lagi, kemarin sampe rumah pikiran gue itu-itu aja. Sampe di rumah gue gila sangat mikirin caranya Daffa nembak gue," jelasnya sambil sesekali terkekeh, mengingat-ingat kejadian kemarin. Sebuah senyuman sumringah tersungging di wajahnya, menatap kedua sahabatnya dengan sedikit malu, "Jangan ngomongin tentang yang kemarin deh, bisa gila ntar gue," tambahnya masih dengan senyuman sumringahnya.
Niken mengangguk mengerti, "Oooh, jadi Daffa yang nembak lo. Lo beruntung banget ya, perasaan lo terbalaskan," sahutnya.
Shania melirik Laura dengan kedua alis mata yang ditautkan, "Tapi gue lebih setuju lo sama Rhasel, sih. Soalnya Daffa kurang waras hehehe," tuturnya dengan senyuman tanpa rasa bersalah di wajahnya. Jari telunjuk juga jari tengahnya ia ancungkan pada tangan kanannya membentuk huruf v, takut Laura akan memukulnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Double Broken
Teen FictionAku menyukai dia yang terluka. Dirinya bagaikan kaktus yang berduri dan aku bagaikan balon. Balon dan kaktus tidak dapat bersatu, sedangkan aku dan dia.. Mungkin.... Amazing cover by @katrinapradnya 9 Mei 2017