"Seperti pedih yang kita bagi
Layaknya luka yang telah terobati"
Melompat Lebih Tinggi - Sheila On 7
Para anggota Bad Boy Alim tengah berjalan menuju parkiran sekolah mereka. Bel tanda pulang sekolah telah berbunyi sekitar setengah jam yang lalu. Kebiasaan yang kadang-kadang mereka lakukan setelah bel pulang sekolah berbunyi, yaitu duduk di tepi lapangan sembari bergosip layaknya kumpulan cewek ataupun bermain basket atau sepak bola. Hal-hal tersebutlah yang menyebabkan biasanya mereka terlambat pulang ke rumah mereka masing-masing.Kini mereka tengah berjalan beriringan menuju parkiran sekolah bertujuan mengambil motor mereka dengan keringat bercucuran di wajah mereka tak lupa seragam mereka yang terlihat basah akibat keringat mereka.
"Masa kemarin gue nonton The Conjuring sama Aurel." Aryo menoleh ke arah kedua sahabatnya yang berada disampingnya dengan raut wajah yang antusias. Aurel merupakan adik satu-satunya yang dimiliki oleh Aryo, yang terkadang membuatnya sedikit jengkel.
Daffa terkekeh, "Pantesan lu parno-parno hari ini," ujarnya.
Lengan Farel teralih menyenggol Daffa, "Pak Tarno kali ya, Daf."
Cengiran muncul di wajah khas Tionghoa milik Aryo, "Ehehehe, jadi kemarin itu kan gue juga sebenarnya gak mau nonton film horror itu tapi tuh Aurel kampret mengamuk di rumah sampe-sampe gue dimarahin ama emak gue, jadi terpaksa gue temanin tuh," wajah Aryo memancarkan kekesalan, "dan momen paling anjirnya itu pas adegan terhorrornya, Aurel tidur." Aryo memasang wajahnya yang datar.
Aryo kembali membuka suara, "Sampe-sampe gue gak bisa tidur kemarin malam gara-gara si Aurel," ujarnya dengan nada kasihan juga raut wajah kasihan. Mengasihani dirinya sendiri.
Daffa memutar kedua bola matanya, "Lagian lo juga kenapa gak lari pas Aurel dah tidur," semprotnya.
Mendengar itu, Aryo tersenyum kikuk. Dirinya menjadi salah tingkah. Sebelah tangannya ia gunakan mengusap tengkuknya yang sedikit basah dikarenakan sisa-sisa keringat yang masih membekas di tengkuknya, "Ya kan gue penasaran hehehe," tuturnya masih dengan senyuman kikuknya.
Kedua sahabatnya tak dapat menahan tawanya. Mereka melepaskan tawanya di sela-sela perjalanan mereka menuju parkiran sekolah.
Farel menyeka air-air yang tak sengaja keluar dari matanya, "Tapi masalahnya kita gak suruh lo jelasin," ujarnya dengan santai dan sedikit kekehan.
Aryo kemudian berdiri tepat di depan kedua sahabatnya itu. Tangannya ia silangkan di depan dadanya, "Yee lo berdua ya kalo gue curhat gak dikasihani, jarang-jarang gue curhat nih," ujarnya lalu berbalik menuju pakiran lebih dahulu.
Sedangkan, kedua sahabatnya hanya menatap kepergian Aryo dengan raut wajah polosnya. Lalu mereka berdua kemudian menggelengkan kepalanya layaknya seorang Bapak yang baru saja memarahi anak kecilnya.
Daffa menyenggol lengan Farel, "Gara-gara lo kan dia ngambek lagi. Mana ada cewek mau ama Aryo kalo ama temannya aja ngambek apalagi cewek," ujarnya disertai dengan hembusan nafasnya.
Farel mengangguk-anggukan kepalanya tanda mengerti kemudian mencibir, "Lagian dia kek cewek aja, cepet amat baper, cewek aja gak terlalu gitu-gitu amat." omelnya kemudian mengedikkan bahunya acuh tak acuh. "Besok juga dia baikkan," ujar Farel dengan raut wajah tak pedulinya. Kakinya kemudian ia langkahkan menuju parkiran sekolah merek mendahului Daffa yang terlihat mencerna apa yang dikatakan Farel.
Kening Daffa mengernyit, tak mengerti. Daffa kemudian menggelengkan kepalanya lalu mengikuti Farel yang sudah berjalan terlebih dahulu ke arah parkiran sekolah.
---------
Mesin motor Kawasaki Ninja milik Daffa, Daffa hentikan di salah satu cafe yang sudah menjadi andalannya ketika dirinya sudah puas bermain dengan kedua sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Double Broken
Fiksi RemajaAku menyukai dia yang terluka. Dirinya bagaikan kaktus yang berduri dan aku bagaikan balon. Balon dan kaktus tidak dapat bersatu, sedangkan aku dan dia.. Mungkin.... Amazing cover by @katrinapradnya 9 Mei 2017