1~Tertipu~

10.2K 756 511
                                    

Kanan? Aman.

Kiri? Aman.

Belakang? Sip!

Yes! Dapat. Batin gadis manis itu. Ia bersorak gembira.

Gelas plastik digenggamannya telah berisi banyak warna.-Merah-Kuning-Biru-. Umm, warna yang menarik. Dengan semangat, ia kembali menyaring dengan gelas plastik satunya. Cuaca yang tidak terlalu terik, membuatnya semakin bersemangat.

"Lo mancing ikan di selokan? Ya ampun..."

Deg!

Gadis itu menelan salivanya susah payah. Padahal situasi sudah sangat aman tadi. Ia melirik jam tangannya, pukul 3 sore. Masih sama seperti hari biasa ia melakukan kegiatan seminggu terakhir ini.

Pria di belakangnya berdecak kesal. "Ketahuan banget. Udah kelas 3 SMP, masih aja kayak anak kecil," Ucapnya berkacak pinggang. "Dan terlebih masih pakai seragam olahraga sekolah." Sambungnya.

"Mau lo apa, sih?" Kesalnya berdiri. Bagaimanapun ia sudah tertangkap basah. Biarkan saja pria itu menertawakannya. Mata mereka saling bertemu. Pria bule dengan mata cokelat caramel itu hanya tersenyum sinis. Sekilas, menatap tangkapan nya berkisar, 5. Maybe. Membuat gadis itu menggeram pelan.

"Heran gue, emangnya lo gak malu apa? Lagian gak perlu ngambil di selokan juga kali, jorok." Jari telunjuknya bergerak dari pangkal kepala, sampai ujung sepatu gadis tersebut.

"Bodo amat! Yang malu 'kan gue, bukan elo. Lagian selokan rumah gue bersih, sehabis ini langsung Meni-Pedi." Jelasnya.

Ia membenarkan tas ransel yang melorot di bahu kirinya. Dengan langkah lebar, ia meninggalkan pria tersebut.

Baru membuka pagar rumah, "Gadis kecil!" Ia pun menoleh dengan malas sebelum alisnya terangkat.

Gadis itu memicingkan matanya ketika pria itu mengacungkan ponselnya. Seolah tahu, dengan senyum penuh kemenangan ia berkata, "Besok, foto lo bakal tersebar!"

1 detik

2 detik

3 detik

Mata gadis itu membelalak sempurna. "NANDISH JULIAN SCHMIDT... SIALAN LO!"

Dimana? Bagaiman? Dan sejak kapan? Dan sekarang pria itu tertawa penuh kemenangan.

***

Dua tahun kemudian

Jari telunjuk kanan itu terus menyusuri deretan nama pada lembaran pembagian lokal, di papan pengumuman. Mata hitamnya terus memandang lekat-lekat. Takut namanya terlewat.

Griselda Violyn. 11 IPA 3.

Dalam hati ia bersorak gembira, benar-benar kelas yang sangat strategis. Berada di lantai dasar, dekat Kantin-Toilet-Perpustakaan-Lapangan Upacara-Parkir Motor.

"Kenapa, Lyn. Kayaknya seneng banget." Ucap temannya berwajah cantik tersebut.

Tanpa suara Olyn menunjuk namanya yang tertera pada urutan ke sepuluh. Gadis itu mengangguk mengerti, kemudian berganti dengan senyum menggoda. "Dan lo bakal satu kelas lagi dengannya."

Mata Olyn membulat sempurna. Mengerti maksud Kania-gadis tadi-. Benar! Nomor dua setelahnya.

"Oh My Allah!" Kagetnya. Matanya terus berkedip beberapa kali, berharap ia salah melihat. Ternyata tidak ada yang berubah dari tulisan di atas kertas putih itu. Apakah tidak cukup dua tahun satu kelas dengannya.

Dan sekarang? Huft...

"So sweet... Tuhan itu Maha Adil ya," Seru gadis bermata sipit ikut bergabung. Salah satu sahabat dari mereka berdua.

SOMPLAK PLUS GESREK (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang