23~Sebuah Awal Buruk~

2K 145 3
                                    

Hidup penuh dengan berbagai macam permasalah yang terdapat di dalamnya. Mengantarkan pada sebuah rasa dan akan menciptakan sebuah keyakinan yang kuat agar dimiliki individu tersebut.

Pria kecil itu hanya menatap iri teman-temannya yang asyik bermain tanpa mau menyadari keberadaannya.

Ia duduk termenung di sebuah ayunan kecil sambil menggenggam kotak bekal. Berharap dengan membawanya dapat menarik perhatian anak seusianya. Namun itu semua tidak menjadi kenyataan.

Wajah itu terlihat polos mengukir sebuah senyum menatap temannya berlari di depannya.

Tapi tidak dengan hatinya.

Ia sakit.

Sangat.

Tanpa ada yang bisa merasakan hal yang dirinya rasakan; sekarang.

"Hei kau!"

Segerombolan pria seusianya berjalan menuju ayunan, berdiri di depannya membuat pria itu ikut berdiri. Mereka terlihat lebih tinggi darinya mengharuskan ia sedikit mendongak, "Ada apa?"

Pria yang tampaknya sebagai ketua melipat kedua tangannya di dada, "Tidak. Kami hanya melihatmu sendiri saja tanpa ikut bergabung." Jelasnya tersenyum manis. "Kau tidak ikut bermain bersama mereka?" Tanyanya membuat pria kecil itu menggeleng.

Ia menunduk lemah, "Mereka tidak menyukai ku."

"Oh ayolah kawan. Kau itu pria pintar di kelas dan mereka tidak ingin berteman dengan mu? Yang benar saja. Mereka melewatkan orang baik dan ramah sepertimu." Balas salah satu dari mereka yang bersender pada tiang ayunan.

Pria kecil itu menatap satu per satu dari keempat anak tersebut, "Kalian mau apa?" Tanyanya langsung pada teman satu sekolahnya tapi berbeda kelas itu.

Mereka semua terkekeh pelan mendapati pertanyaan tersebut yang semakin membuat pria kecil itu bingung.

"Kita mau berteman dengan mu." Jelas ketua itu serius.

Ia menyipitkan matanya mencari sesuatu, "Kau tidak tulus ingin berteman dengan ku. Pasti kalian hanya ingin memanfaatkan ku saja!"

Ia menerobos keluar dari lingkaran tersebut memilih untuk tidak menanggapi ucapan sang ketua tadi.

"Tunggu!"

Pria kecil itu berhenti berjalan dan berbalik sebentar, ingin tahu apa yang akan ketua tersebut ucapkan.

"Kita berteman selama satu minggu dan kau sendiri yang akan memutuskan untuk lanjut atau tidak."

Seketika hal itulah yang menjadi awal pertemanan mereka di mulai.

Sekarang pria kecil itu tidak sendiri lagi. Penampilan mereka mungkin bisa dibilang menyalahi aturan yang ditetapkan St. Paulus dan mereka bukan anak-anak dengan IQ baik. Namun mereka adalah teman yang paling pengertian dan bisa diandalkan; bagi pria kecil itu. Susah senang mereka lalui bersama.

Julian terbangun setelah mendengar adzan subuh yang berkumandang. Ia mengusap wajahnya sambil setengah duduk mengembalikan jiwanya yang hilang. Meraih remote AC mematikannya dan segera menyingkap selimut tebal. Bergegas menuju kamar mandi yang letaknya sedikit jauh.

Dibawah, Riana sedang menyiapkan bahan untuk sarapan sederhana selagi menunggu pembantunya sholat. Ia membuka lemari atas mengambil gula pasir dan menuangkannya ke dalam toples kosong.

Duk!

"Ouch, my head!"

Riana menoleh cepat mendengar rintihan Merriam yang ternyata menabrak pintu kulkas. Ia berjalan menghampiri gadis kecil itu yang mengusap keningnya. "Kamu kenapa bisa kebentur Mer?"

SOMPLAK PLUS GESREK (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang