Kalau bunglon berubah warna menyesuaikan tempat, kamu justru menyesuaikan sifat sesuai keadaan.
Perjalanan Jakarta menuju Bumi Perkemahan Ranca Upas, ditempuh dalam waktu empat jam lebih. Mata yang sebelumnya lelah langsung disuguhkah dengan pemandangan indah ketika bus pariwisata telah sampai. Semua murid turun bus satu persatu membawa tas dan mulai mengambil sebagian barang lain dari bagasi bus.
Pemandangan asri dengan suasana sejuk memaksa sebagian dari mereka untuk mengabadika moment itu. Begitu pun dengan Olyn, dan yang lainnya.
Julian memerhatikan sekelilingnya telah berdiri kokoh tenda-tenda, dengan kapasitas lima orang. Tenda siswa dan siswi berhadapan memanjang dengan di tengahnya diberi jarak beberapa meter untuk kegiatan api unggun dan lainnya.
"Sekarang kalian silakan masuk ke dalam tenda masing-masing sesuai kelompok." Suara panitia menginterupsi aktivitas mereka. Pria setengah baya itu mendekatkan kembali toa putih itu, "Setelah itu, anggota OSIS akan membagikan makan siang kalian dan yang ingin sholat bergantian saja. Jadi, setiap tenda ada yang menjaga." Lanjutnya mempersilakan mereka semua untuk bergegas menuju tenda.
"Enak banget ya, kalo tenda nya udah dipasang kayak gini." Celetuk Reta melempar ranselnya. "Gak nyusahin kita." Ia nyengir kuda dibalas gelengan Olyn.
"Iya, enak sih cuma kalo kayak gini rasa kekompakannya sedikit kurang." Balas Olyn.
Ia melihat Kania yang sedang mengeluarkan beberapa barang dalam tasnya. Olyn bersyukur, setidaknya ia bisa satu tenda dengan sahabatnya ini. Selain ia Kania, dan Reta. Ada juga siswi dari kelas Bahasa; Gea, dan Cilla. Mereka teman yang cukup baik dan bersahabat.
"Lyn, lo mau sholat sekarang atau nanti?" Tanya Cilla sudah memegang mukenah.
"Nanti gue nyusul," Balasnya. "Mau beresin perlengkapan gue dulu bareng Kania." Lanjutnya tersenyum tipis.
Cilla mengangguk lalu mengajak Reta dan Gea pergi menuju Musholla yang tidak terlalu jauh dari tenda.
"Ka, gue keluar bentar ya."
"Oke, "
Tenda Olyn berada di belakang tenda barisan paling depan. Lebih tepatnya barisan tendanya ada pada urutan kedua, dengan bertuliskan kelompok 14. Dibarisan depan, tenda siswi berseberangan langsung dengan tenda siswa.
Disekitar tenda murid, sudah ada beberapa tenda besar yang terdiri dari tim medis dan dapur umum. Olyn membalikkan tubuhnya dengan mata berbinar menatap danau yang tidak jauh dari barisan tendanya.
Olyn mengusap kedua telapak tangannya dan melirik jam tangannya. "Masih siang, tapi cuacanya mulai dingin." Ia pun berjalan kembali menuju tendanya.
Namun langkahnya terhenti ketika Rafa memanggilnya. "Ini, buat lo dan yang lain." Olyn menerima satu bungkus berukuran sedang nasi kotak untuk kelompoknya.
"Makasih,"
"Sama-sama." Balasnya tersenyum manis. "Jangan lupa, jam tiga nanti ke aula untuk mendengarkan beberapa kata sambutan dan penjelasan dari panitia." Rafa melirik tenda Olyn ketika Kania ikut keluar.
Rafa beralih menatap Olyn, "Sesuai yang dijelaskan beberapa hari lalu, ketika menjelang malam. Kalian kalo lapar bisa menuju dapur umum untuk masak sendiri." Jelasnya diberi anggukan keduanya. "Kalo gitu gue duluan." Sambungnya berlalu menuju tenda selanjutnya.
**
"Lepasin gak tangan lo!"
"Gak mau! Mending kayak gini tau, biar lebih dekat."
"Apa banget sih yang ada gue jijik!"
Joshua terus menuruni lengan Boby yang bertengger santai di bahunya. Namun pria itu masih terus melingkarkan lengannya dengan menarik tubuh Joshua semakin dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMPLAK PLUS GESREK (SELESAI)
Teen FictionAda rasa yang harus diutarakan. "Permusuhan antara cewek dan cowok itu biasa, yang berujung jatuh cinta. Tetapi kadang kala atmosfer yang kita rasakan berbeda. Memiliki kesan tersendiri, tak akan terlupakan."-Jasmine Alice Cover by Fians Minor