Diana berjalan tergesa menuju pintu utama mendengar suara pintu yang diketuk beberapa kali. Ia kaget melihat wajah pucat Olyn dengan seragam putih abu-abu yang sudah tidak rapi. "Wajah kamu kenapa pucet banget?!"
Diana meraih kedua bahu Olyn memuntun ke sofa, "Badan kamu panas, Lyn. Sejak kapan?"
Olyn mengangguk lemah, "Waktu istirahat kedua Ma, kayaknya karena Olyn gak makan lagi selama di sekolah."
Sontak, jawaban gadis itu membuat Diana marah. "Kamu kan tau, kalo makan siang itu penting. Tuh, jadinya sakit kan?"
Lagi, ia mengangguk. "Kepala Olyn pusing Ma ..."
Diana menghela napasnya, "Yaudah, ayo Mama anterin kamu ke kamar, langsung istirahat." Ucapnya dan Olyn hanya menurut sambil dituntun menuju kamarnya. "Mama panasin dulu sup ayam, terus langsung minum obat abis itu tidur."
Olyn menyesal telah membuat Diana repot karena dirinya. Padahal siang tadi Mauza akan mengajaknya ke kantin dan langsung ditolak.
"Ma?"
"Hm?"
Olyn memerhatikan Diana yang menyelimuti tubuhnya sambil membenarkan letak bantal.
"Waktu Papa dinas di luar kota, Mama selalu kangen gak?"
Kening Diana berkerut mendengar pertanyaan putrinya itu yang berbaring di sebelahnya. Namun ia tetap menjawabnya, "Iya, tapi jarang karena Mama tau tujuan Papa mu ke sana untuk apa. Dia sedang melaksanakan tugas yang diemban."
"Kamu kenapa tanya kayak gitu?"
Seketika Olyn menjadi kikuk, "Ng.nggak kok," Balasnya. "Cuma mau tanya aja gimana perasaan Mama kalo Papa sering keluar kota."
Diana tersenyum tipis sambil mengelus puncak kepala anaknya penuh sayang. "Mama selalu kangen sama Papa mu ketika kita tidak bisa melihatnya lagi. Tidak ada wajah yang bisa terlihat nyata dengan tangan yang selalu Mama sambut ketika orang yang Mama cintai pulang."
Diana berusaha tegar walau bibirnya sedikit bergetar untuk mengingat memori dulu. Kebersamaan keluarga kecilnya tidak berlangsung lama. Sang Pencipta lebih menyayangi suaminya, cinta pertama dan terakhirnya.
"Ma ..."
Diana mengisyaratkan Olyn untuk kembali berbaring ketika gadis itu melihat buliran air mata membasahi pipi Diana.
"Kamu sayang Papa, kan?"
Olyn mengangguk pasti. "Kalo gitu jangan buat Papa dan Mama khawatir sama kamu Lyn. Jaga kesehatan, karena Papa selalu mengingatkan kamu untuk menjaga pola makan. Jangan sampai kamu sakit seperti sekarang.
Olyn terisak. Pasti di sana almarhum Papa nya sedih, mengetahui bahwa ia tidak mendengarkan pesan yang selalu diucapkan. Memberi nasehat kepada anak gadis nya itu.
Diana menghapus pelan air mata Olyn. "Sudahlah. Sekarang kamu ingat kan apa yang sering Papa bilang?" Olyn mengangguk masih sesenggukan.
"Jadi, jangan buat kami khawatir lagi, sayangilah tubuh kamu Lyn. Penyakit itu jangan dibuat sendiri, mengerti?"
"I.ya Ma, maafin Olyn."
Diana tersenyum senang dan memeluk anaknya, titipan Sang Pencipta dan suaminya yang telah lebih dahulu pergi.
**
"Lyn, lo harus makan apel dulu."
"Gak, buah pear lebih baik."
"Jeruk aja Lyn, gak asem kok."
"Udah yang gue aja kenapa sih?!"
"Cowok itu harus ngalah."
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMPLAK PLUS GESREK (SELESAI)
Teen FictionAda rasa yang harus diutarakan. "Permusuhan antara cewek dan cowok itu biasa, yang berujung jatuh cinta. Tetapi kadang kala atmosfer yang kita rasakan berbeda. Memiliki kesan tersendiri, tak akan terlupakan."-Jasmine Alice Cover by Fians Minor