"Ada satu hal lain yang membuat aku bersemangat menjalani hidup, yaitu berusaha membuatmu tersenyum bahagia."
-Nandish Julian Schmidt
Kring... kring... kring...
Olyn mematikan suara jam weker di atas nakas sebelah ranjang nya. Ia menarik selimut tebal hingga bahunya tanpa membuka matanya. Gadis itu mencoba kembali ke alam mimpi yang sempat hilang.
Diana membuka pintu melihat Olyn masih asyik tidur saat, sinar matahari memasuki celah gorden dengan dinding bernuansa biru laut ini.
Wanita itu mendekat dan menarik pelan selimut tersebut. "Bangun Lyn," Ia menepuk pelan lengan anaknya. Namun, Olyn tidak menghiraukan dan justru menarik kembali selimutnya. "Akibat dari begadang jadi kayak gini."
Diana mengambil segelas air putih di atas nakas, lalu mencipratkan air ke wajah Olyn.
Gadis itu menggeliat tidak suka masih mementingkan tidur panjangnya.
"Ya ampun," Diana mengusap wajahnya kasar. "Cara terakhir," Lanjutnya melihat Olyn bergerak, tidur membelakanginya.
Byurrrr
"HUJANNNN..."
Diana tersenyum puas memerhatikan Olyn yang setengah duduk di atas ranjang, menampilkan ekspresi khas orang kaget. Wajah dan kaus tidurnya telah basah kuyup. Merasa heran, ia menoleh ke samping, "Mama?" Ia mengusap kasar wajah basah nya. "Atap nya, bocor?" Tanyanya dengan wajah polos.
Diana mengacungkan gelas kosong dihadapan Olyn. Gadis itu langsung manyun mengetahui hal yang dilakukan wanita itu.
Olyn beranjak dari duduknya dan langsung membereskan ranjangnya. "Mandi gih, udah jam setengah tujuh."
Seketika ia tidak jadi melipat selimut nya dan menoleh kaget. "Beneran?!" Tanpa menunggu jawaban Diana ia menoleh ke arah jam weker. "MAMPUS TELAT!" Diana langsung menutup kedua telinganya.
Olyn berlari menuju kamar mandi di ujung ruangan dengan tergesa. Nasib sial memperlambat beberapa detik gerakannya, karena lengan kausnya tersangkut di knop pintu. "Yaelah," Rutuknya segera melepas kaitan tersebut.
Diana hanya menggeleng lemah ketika mendengar pintu kamar mandi dibanting keras. Ia menaruh kembali gelas beling ke atas nakas dan melanjutkan pekerjaan Olyn yang sebelumnya tertunda.
**
"Pagi Ma,"
Julian berjalan santai menuju meja makan dan mengecup sekilas pipi Riana. Wanita itu tersenyum manis melihat putranya telah rapi, dengan kaus wisata, celana trainning, dan sepatu olahraganya.
"Pagi sayang."
Julian mengambil posisi duduk di dekat Riana sambil memoles roti yang telah disediakan. "Hari ini Mama berangkat kerja jam berapa?" Ia meminum sedikit susu cokelat di sampingnya.
"Nanti jam sepuluh, sekalian ada rapat dewan pimpinan LSM." Balasnya.
Julian mengangguk sambil menguyah potongan roti nya. "Dianter Pak Tio, 'kan?"
"Iya, tapi mungkin pulangnya naik taksi aja."
"Kenapa?" Ia berhenti saat ingin memasukkan suapan berikunya.
Riana menautkan kedua tangannya di atas meja sambil tersenyum jahil. "Biasa, berkunjung ke rumah teman." Ucapnya membuat Julian menyipitkan matanya.
"Jangan bilang mau ke rumah Tante Diana?" Tebak Julian yang membuat Riana terkekeh pelan. Julian mendengus pelan, "Giliran Lian mau pergi ke daerah, Mama mau asyikan ngerumpi ke sana. Gak ajak Lian lagi, sengaja deh." Pria itu cemberut dengan segala pemikiran yang keluar di otaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMPLAK PLUS GESREK (SELESAI)
Teen FictionAda rasa yang harus diutarakan. "Permusuhan antara cewek dan cowok itu biasa, yang berujung jatuh cinta. Tetapi kadang kala atmosfer yang kita rasakan berbeda. Memiliki kesan tersendiri, tak akan terlupakan."-Jasmine Alice Cover by Fians Minor