Milly keluar dari kamar Olyn sesekali bersenandung sumbang. Pintu kembali ia tutup dan berjongkok sebentar membenari ikat flatshoes.
Atas perintah Riana dan ketidakberatan Kania, Milly, dan Joshua mereka memutuskan menginap di rumah wanita itu. Hal ini Riana lakukan agar Olyn tidak terlalu merasa kesepian dan patah hati.
Ya. Tanpa diberitahu, Riana akan tahu apa yang terjadi pada Olyn. Selain Diana bercerita mengenai putusnya hubungan Olyn dan Mauza, Riana ingin Olyn tidak tertekan tinggal di rumahnya.
"Selesai," Seru Milly tersenyum senang. "Udah makan di rumah, tapi kenapa masih laper ya?" Milly mengelus perutnya yang keroncongan.
"Ah, iya," Ucapnya tiba-tiba. "Tante Riana tadi kan suruh gue dan yang lain kalau mau makan langsung ambil aja." Kedua sudut bibirnya terangkat. "Asyik ... biasanya stok orang kaya penuh di dapur."
"Mantap, bro. Body nya aduhay."
"Gue gak kuat lihat tatapan mereka."
Tap.
Pendengaran Milly berfungsi sempurna karena kakinya berhenti seketika. Keningnya mengkerut mendengar sahutan dari dalam kamar Julian.
Ia kembali memundurkan langkahnya dan mengintip kedua sahabat itu.
"Gimana? Rekomen banget, kan barang yang gue bawa beserta perangkatnya?"
Keduanya duduk membelakangi pintu dan terlihat Julian mengangguk. "Lumayan."
Milly menyipitkan matanya melihat keduanya duduk tidak berjauhan dan tampak memandang gawai.
"Ada yang gak beres nih,"
Kemudian gadis itu membuka pintu sangat pelan, berharap tidak menimbulkan suara sekecil apa pun. Ia berjalan mengendap melihat punggung keduanya tidak bergerak dan hanya fokus pada gawai.
"Please, jangan ganggu konsentrasi gue!"
"Weits, lo mulai ketagihan game online ya?" Joshua tertawa pelan sambil menepuk bahu Julian semangat.
Kedua tangan Milly sukses mengambang di udara. Ia berlagak berhenti seperti patung dengan wajah cengo. Di depan matanya, keduanya tengah sibuk dengan ponsel dan gawai memainkan Heroes Envolved.
"Kok, aneh?"
Suara dan wajah penuh kebingungan Milly membuat kedua sahabat itu menoleh lalu memasang wajah kaget. "Ngapain masuk kamar cowok?" Tanya Joshua berdiri dan menghadap Milly disusul Julian yang menatapnya tidak kalah bingung.
"Gu-e," Milly bingung ingin menjawab pertanyaan Joshua yang membuatnya tersudut.
Jelas saja, ia masuk tanpa meminta izin lagi dan tiba-tiba sudah ada di belakang mereka.
"Lo salah masuk kamar?" Kini giliran Julian menyahut dengan melempar gawai nya ke sofa di depannya.
"Enggak, kok. Oh iya, gue ke sini mau kasih tau Joshua kalau Kania minta ditemenin ke minimarket." Milly mencari alasan lain agar mereka berdua memercayainya.
"Tadi gue sempet chat Kania dan dia bilang gak perlu apa-apa." Jawaban pria itu membuat Milly merapatkan bibirnya.
Julian tersenyum tengil. "Jangan bilang lo mau ngintip aktivitas kita?"
Milly menggigit bibir bawahnya dan menggeleng cepat. Joshua mencebikkan bibirnya dengan memasang wajah tidak suka. "Udah sana pegi! Kepo lo terlalu aneh, emang kita lagi gak ngapa-ngapain."
Julian mengangguk, "Betul banget karena kita sedang seru mabar."
Kali ini gadis bermata sipit itu kalah dan hanya bisa bungkam. Tapi, penjelasan mereka dan apa yang dilihatnya sangat berbeda beberapa menit lalu. Ia yakin akan sesuatu, namun semua nyatanya tidak terbukti.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMPLAK PLUS GESREK (SELESAI)
Roman pour AdolescentsAda rasa yang harus diutarakan. "Permusuhan antara cewek dan cowok itu biasa, yang berujung jatuh cinta. Tetapi kadang kala atmosfer yang kita rasakan berbeda. Memiliki kesan tersendiri, tak akan terlupakan."-Jasmine Alice Cover by Fians Minor