Sejauh apa pun hati ini membenci. Pasti tetap ada rasa untuk melindungi, meskipun itu tidak terlihat.
**
Keenam remaja itu berjalan beriringan keluar Bandara Astana Ajapura Cirebon menuju seseorang yang telah menunggu kedatangan mereka dari Jakarta.
Pria berambut cokelat gelap itu menyibukkan diri dengan ponsel sambil menutupi manik cokelat karamel itu menggunakan kacamata berlensa biru.
Joshua memimpin jalan di depan, lalu tidak lama mereka semua berhenti ketika pria itu berjabat tangan dengan lelaki berkulit sawo matang dengan tubuh kurusnya.
"Mas Joshua, kan?"
Joshua mengangguk. "Suruhan Pak Mulyo?"
"Iya, Mas." balasnya membungkuk hormat. "Pak Mulyo menyuruh saya untuk menjemput Mas dan teman-teman." ia beralih menatap teman Joshua dan tersenyum ramah.
Olyn beserta sahabatnya menjabat tangan Pak Sur, selaku sopir yang menjemput mereka. Mauza dan Julian terakhir berkenalan dengan lelaki yang memasuki usia empat puluh tahun.
"Saya bantu memasukkan barangnya."
Joshua membiarkan kopernya diambil Pak Sur dan memilih membantu yang lain memindahkan ke dalam bagasi.
Mereka bergilir mengangkat barang, membiarkan ketiga gadis itu diam menunggu.
Olyn melirik arloji hitam, "Berapa lama perjalanan ke desa Winangun?"
Kania menatap Joshua sebentar yang terlihat sibuk, lalu beralih ke Olyn sambil mengedikkan bahu. "Kita pergi ke desa yang jauh dari kota."
"Please, jangan bilang gue bakal susah cari makanan dan mengunjungi wisata di sana." Milly berseru takut. "Apalagi susah air. Gue gak mau bolak balik sungai ngambil air, lagian jijik."
Gadis itu bergidik ngeri membayangkan betapa susah liburan yang seharusnya bermakna menyenangkan.
"Udah, gak usah berlebihan." sahut Kania datar. "Walaupun desa, di sana perkembangannya cukup pesat. Sedia puskesmas, pasar yang tidak terlalu jauh dan pastinya ada warga yang senantiasa ramah."
"Lo tau dari mana?" timpal Olyn.
"Joshua yang bilang." balasnya. "Tahun lalu dia udah ke sana. Cuma satu hari sih karena ada urusan mendadak makanya langsung pulang." kedua gadis itu mengangguk mengerti.
"Ayo Mas, mari kita pergi sekarang. Pak Mulyo sudah tidak sabar menunggu kedatangan anda dan yang lain." jelasnya menggeser pintu mobil dengan isi jok yang cukup untuk mereka semua.
Joshua menyuruh Kania, Milly, dan Olyn terlebih dahulu masuk. Mauza duduk bersebelahan kekasihnya.
"Lo duduk di depan?" Joshua menghentikan langkah Julian.
Julian mengangguk malas seraya menaikkan kacamata. "Gue mau sendiri aja."
Joshua tidak memaksakan kehendaknya dan membiarkan Julian menikmati kesendirian. "Oke, tapi kalau mau pindah duduk bilang aja ya."
Julian mengangguk sekilas. "Bisa diatur."
**
"Selamat datang Mas Joshua dan teman-temannya,"
Pak Mulyo, pria berusia lima puluh tahun itu menyambut kedatangan mereka dengan senyum hangat. Ia sengaja berdiri di depan Villa masih mengenakan pakaian dinas selaku Kepala Desa.
"Terimakasih Pak." ucapnya tersenyum lebar. "Saya hampir tidak mengenali Bapak. Maklum, tahun kemarin adalah kali pertama saya bertemu Bapak. Dengan waktu singkat seperti itu membuat saya ragu untuk menebak siapa anda yang ternyata menjabat sebagai Kades."
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMPLAK PLUS GESREK (SELESAI)
Teen FictionAda rasa yang harus diutarakan. "Permusuhan antara cewek dan cowok itu biasa, yang berujung jatuh cinta. Tetapi kadang kala atmosfer yang kita rasakan berbeda. Memiliki kesan tersendiri, tak akan terlupakan."-Jasmine Alice Cover by Fians Minor