6~Sahabat Terbaik~

3.9K 408 179
                                    

Mata mereka melongo sesampainya di parkiran. Ban depan serta belakang.

"Sial!" Umpat Joshua memukul jok motornya. Julian hanya pasrah dan menangkup wajahnya dengan kedua tangan, menumpu di atas motornya.

"Terus gimana nih?" Joshua mencoba mengatur napasnya yang memburu. Ia menatap Julian, tepat berada di sampingnya.

"Ya.. terpaksa. Untuk malam ini motor, kita tinggal."

Joshua mengembuskan napasnya kasar. Dering ponsel pun berbunyi. Segera ia merogoh saku celananya. Nomor tidak dikenal.

"Halo?"

Julian ikut memperhatikan Joshua yang menyender pada body ninja merahnya.

"Hai Joshua jelek..."

"Siapa lo?"

"Gue? Lo gak tau siapa gue? Oh My God! Huft..."

Julian memberi kode agar ia menghidupkan loudspeakers. Ia pun mengangguk lalu mendekat ke arah Julian.

"Seorang gadis lumayan populer di sekolah, cantik, putih dan mempunyai tinggi badan 168 cm, Bapak gue orang Jep-"

"Lo Milly?"

Julian memotong pembicaraan orang di sana.

"That's right! Bau-baunya lo kepikiran gue yang temenan dengan Olyn. Duh.. gue gak bisa mungkiri permusuhan diantara kalian."

Wajah Julian merona menahan malu mendengar ucapan yang dilontarkan Milly.

"Oh.. jadi elo yang kempesin ban gue? Dasar sipit! Gak tanggung jawab."

"Tanggung jawab? Emang gue hamilin elo?"

"Gak jelas banget deh lo!"

"Santai bro.. enak 'kan dikerjain? By the way, dompet lo tebel juga ya. Punya Julian juga disini,"

"Dompet?"

Mereka berdua mengecek dompet pada saku celana belakang. Benar. Tidak ada. Kenapa mereka tidak sadar. "Kok bisa dompet gue dan Julian di elo? Turunan tukang copet lo?" Ucapnya marah sekaligus kesal. "Terus kita pulang naik apaan, sipit!" Joshua menjadi pasrah mendengar Milly tertawa disebrang sana.

"Lo tau aja sih. Waktu dulu gue pernah diajarin mantra sama buyut gue."

"Pulangnya? Ya jalan kaki lah. Manja banget, sampai jumpa..."

Panggilan telepon ditutup secara sepihak. Joshua mengacak rambutnya frustrasi.

Tidak ada pilihan lain. Waktu terus berjalan, dan dengan berat hati mereka menitipkan motor pada security sekolah setelah memasang kunci ganda. Pengaman ketat, beserta cctv yang terpasang 24 jam, membuat mereka tidak perlu khawatir dengan motor masing-masing.

"Mending lo pesen taksi aja Josh," Ucap Julian. "Gue gak ada pulsa." Lanjutnya.

Joshua kembali merogoh ponselnya. "Aduh! Pakai abis segala baterainya, apes banget sih nasib kita sekarang."

***

"Ada mangsa nih,"

Suara tersebut membuat mereka berdua berhenti berjalan. Tepat di depannya segerombolan anak SMA menghadang jalan mereka. Satu diantara mereka berdiri di depan. Julian memperhatikan lambang sekolahnya. SMA Bhakti Mulia.

"Serahin duit kalian!" Ia melipat kedua tangannya di depan dada. Menampilkan senyum meremehkan. Pakaian seragam putih abu-abu mereka keluarkan, dasi yang tidak pada letaknya mereka sampirkan di bahu. Berbanding terbalik dengan Julian dan Joshua.

SOMPLAK PLUS GESREK (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang