18~Terperangah~

1.9K 157 28
                                    

Hiks.

Hiks.

Hiks.

Sial!

Gadis itu mengusap sudut matanya yang berair. Sekuat mungkin menahan gejolak perasaan tersebut. Ia merogoh cepat ponsel nya lalu mengirim pesan singkat.

Milly
Lo nipu gue ya? Bilangnya itu film happy ending, nyatanya sad! Jadi kan nangis bombay. Huaaaaaaa

Tidak berapa lama bau khas masuk ke indra penciumannya. Segera ia mematikan film menyebalkan yang membuat dirinya seolah menjadi peran utama.

Gadis yang dengan bodohnya terus berjuang mendapatkan perhatian pria idamannya. Hingga mau di perbudak dan dibuang ketika tidak diperlukan.

Bego!

Satu kata yang ada dibenaknya. Hingga gadis itu ternyata memiliki riwayat penyakit kronis menyebabkan hidupnya sudah diujung tanduk, pria idamannya tak pernah menoleh sedikit pun.

Cerita klasik namun penggambaran dan alur cerita yang dibuat sungguh menyentuh hati.

"Kayaknya enak Ma,"

Olyn menghampiri Diana yang sibuk dengan piring berbentuk bulat, dengan diameter cukup lebar.

Baru memegang pisau, punggung tangan Olyn disentil Diana. "Jangan dipotong dulu! Bukan yang ini punya kita." Lalu mengambil alih pisau tersebut dan menjauhi bolu yang belum di poles bahkan diberi topping pun.

Olyn mengerucutkan bibirnya, "Terus buat siapa?" Ia melirik Diana yang bertolak belakang mencuci sesuatu.

Dengan gerakan cepat ia menadah dan menuangkan butiran meisess masuk ke dalam mulutnya.

Diana pun berbalik mengeringkan sebentar tangannya. "Kamu gak ke luar 'kan siang ini?" Tanyanya tanpa mengalihkan pandangan pada bolu yang diberi butter cream.

Olyn hanya menggumam sambil mengunyah butiran cokelat itu. Ternyata ia terlalu banyak mengambil.

"Berarti kamu bisa anterin ini ke rumah Julian."

"Uhukkkk..." Gadis itu meraih cepat botol minumnya. Tepat di depannya.

Diana menatap heran putri kesayangannya, "Kamu kenapa begitu? Gak mau nganterin?"

Gadis itu menggeleng cepat, membantah pertanyaan tersebut. Bisa-bisa ia tidak akan mendapat uang jajan hanya menolak hal seperti ini.

"Yaudah. Kalau gitu ganti baju dan antarkan bolu ini."

"Sekarang, Ma?"

"Subuh nanti."

Olyn menampakan wajah kusutnya lalu berjalan gontai keluar dapur menuju kamarnya. Rasanya terlalu susah untuk tidak melihat wajah Julian sehari saja.

Tidak butuh lama gadis itu mengganti dengan kaos santai dilapisi jaket kulit dan jeans panjang. Ia segera keluar menuju rumah Julian di kompleks yang hanya berbeda blok tetapi sangat jauh bila berjalan kaki. Mengendarai Vario hitam dengan kecepatan standar.

Sesampainya di sana Olyn langsung menghidupkan bel di samping pintu besar di depannya.

Brummm

Deru ninja hitam memenuhi pekarangan rumah mewah ini.

Julian memarkirkan ninja tersebut bersebelahan dengan motor Olyn. Ia melepas helm dan menurunkan resleting jaketnya.

Olyn hampir susah menelan salivanya. Melihat rambut cokelat sedikit berantakan itu ditambah sinar matahari yang tidak terlalu terik. Semakin menambah daya tarik yang diciptakan pria tersebut.

SOMPLAK PLUS GESREK (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang